Seorang laki-laki memadu istrinya. Kemudian istri mudanya
melewati rumah istri tua sambil berkata:
Dua
kaki tidak sama, satu kaki sehat
Satu lagi telah tua dan bengkok
Lalu dia pulang dan berujar:
Dua baju tidak sama, baju yang telah lusuh
Dan baju baru di tangan penjual
Pada suatu hari, istri tua melewati rumah istri muda dan berucap:
Pindahkan hatimu semampumu dari cinta
Cinta
itu hanya untuk kekasih pertama
Berapa
banyak rumah yang dikenal pemuda
Tetapi
kerinduannya selalu untuk rumahnya yang pertama.
Tetangga yang
Baik
Seorang
nenek menangisi mayat, lalu dia ditanya, "Kenapa kau menangisi mayat
ini?" Jawab nenek itu,
"Dia bertetangga dengan kami. Tidak ada di antara kami kecuali orang yang berhak mendapat sedekah dan sekarang
dia mati, maka tidak ada orang di antara
kami kecuali orang wajib berzakat."[1]
Wanita dan Suaminya
Pada hari raya Hassan bin Abu Sanan keluar rumah. Ketika dia
kembali, istrinya bertanya, "Berapa orang wanita cantik
yang kau lihat hari ini?” Hassan menjawab, "Celaka kau, aku hanya
melihat jempolku sejak aku keluar sampai aku pulang."[2]
Tidak mengherankan istrinya bercerita tentang suaminya, "Dia datang lalu
masuk ke kamar bersamaku. Kemudian dia mengakaliku seperti seorang wanita
mengakali anaknya yang masih kecil. Ketika dia tahu aku telah tidur, dia bangun
lalu keluar.” Kemudian dia shalat. Istrinya berkata kepadanya, "Wahai Abu Abdullah, betapa kau telah
menyiksa dirimu! Sayangi dirimu," Dia menjawab, "Diamlah, nyaris saja
aku tidur dan tidak bangun lagi."[3]
Pemarah
Musa
bin Ishaq adalah seorang hakim dan dia terlihat tidak pernah tersenyum sama
sekali. Lalu seorang wanita berkata, "Pak hakim, tidak baik jika kau memutuskan
hukuman antara dua orang dalam keadaan marah." Dia bertanya,
"Kenapa?" Jawab wanita itu,
"Karena Nabi Saw bersabda, ‘Seorang hakim tidak boleh memutuskan
perkara antara dua orang dalam keadaan marah’."[4]
Lalu Musa bin Ishaq tersenyum.[5]
No comments:
Post a Comment