Friday, May 23, 2014

Taubatnya Seorang Wanita Setelah Kematian Suaminya



NAS, nama inisial, berubah hidupnya setelah kematian suaminya. Dia menceritakan kisahnya kepada kami:
“Kami mengunjungi saudari iparku dan ketika kami masuk ke flatnya, kami duduk di ruang tamu. Tiba-tiba, tanpa terduga suamiku terjatuh di kursi. Dalam keadaan bingung aku berteriak. Aku menduga-duga segala kemungkinan, kecuali kematian. Kami hubungi ambulan dan dokter memberitahu bahwa suamiku telah meninggal. Aku menangis dan berteriak dan aku tidak percaya apa yang dikatakan dokter.
Tidak terpintas di hatiku apa yang akan kukatakan dan aku belum mengenal Allah SWT. Aku juga belum melaksanakan shalat dan aku belum konsisten memakai pakaian yang Islami. Aku merasa malu pada diriku dan pada orang lain. Diriku pernah menyuruhku memakai pakaian yang panjang tertutup, tetapi suamiku melarangnya dan dia menganggapnya itu kembali ke zaman dulu.
Suamiku tidak melaksanakan shalat, tetapi kami cocok dan saling cinta. Kami hanya makan, minum, bersenang-senang dan bepergian serta mencari model pakaian terbaru.
Setelah suamiku meninggal, aku pindah ke rumah ayahku. Lalu aku melihat adikku yang usianya lebih muda 7 tahun dariku memakai hijab. Dialah satu-satunya orang yang memperhatikanku dengan penuh cinta. Dia meringankan musibahku dan dia mengajariku sebuah doa yang sebelumnya aku belum pernah mendengarnya, "Ya Allah, berilah pahala kepadaku dalam musibahku ini dan gantilah dengan yang lebih baik." Aku mengucapkannya sambil menangis. Dia juga mengajariku shalat. Meskipun aku tahu bagaimana shalat, namun aku merasa shalatku saat itu ada kekhusyukan di dalamnya. Aku memakai pakaian yang tertutup. Aku merasa tenang dan tenteram. Yang menambah kegembiraanku adalah membaca al-Quran. Mula-mula aku menghafat surat-surat pendek, adikku mengajariku hukum tajwid. Dia dan teman-temannya mengisi waktu luangku. Mereka mencarikan seorang suami yang baik untukku dan aku memuji Allah SWT yang telah memberiku petunjuk. Aku memohon kepada Allah SWT agar Dia mengampuni dosaku yang telah lalu.
Dialah kematian yang tidak ada tempat untuk berlindung dan lari darinya
Saat dia diturunkan dari keranda, dia akan diusung
Kami menyaksikan dia dengan yakin hakikatnya
Anak kecil, pemuda, orang dewasa dan orang tua akan berada di atasnya
Tetapi ada sesuatu yang menuruti hati seakan-akan
Kami mengingkari apa yang kami tahu dengan yakin
Kami memiliki harapan dan kami harapkan hasilnya
Tetapi kerusakan dari yang kami harapkan hasilnya lebih dekat lagi
Kami membangun istana yang megah dengan nafsu
Sedangkan kami tahu kami akan mati dan istana itu akan hancur
Kami mengadukan kerasnya hati kami kepada Allah
Setiap hari, nasehat kematian selalu mengajak kami. [1]


[1]Al-'Aidûn Ila Allah (4/80-82).

No comments:

Post a Comment