NAS, nama inisial, berubah hidupnya setelah kematian suaminya. Dia
menceritakan kisahnya kepada kami:
“Kami
mengunjungi saudari iparku dan ketika kami masuk ke flatnya, kami duduk di
ruang tamu. Tiba-tiba, tanpa terduga suamiku terjatuh di kursi. Dalam keadaan
bingung aku berteriak. Aku menduga-duga segala kemungkinan, kecuali kematian.
Kami hubungi ambulan dan dokter memberitahu bahwa suamiku telah meninggal. Aku
menangis dan berteriak dan aku tidak percaya apa yang dikatakan dokter.
Tidak
terpintas di hatiku apa yang akan kukatakan dan aku belum mengenal Allah SWT. Aku juga belum melaksanakan shalat dan aku belum konsisten
memakai pakaian yang Islami. Aku merasa malu pada diriku
dan pada orang lain. Diriku pernah menyuruhku memakai pakaian yang panjang
tertutup, tetapi suamiku melarangnya dan dia menganggapnya itu kembali ke zaman
dulu.
Suamiku
tidak melaksanakan shalat, tetapi kami cocok dan saling cinta. Kami hanya
makan, minum, bersenang-senang dan bepergian serta mencari model pakaian
terbaru.
Setelah
suamiku meninggal, aku pindah ke rumah ayahku. Lalu aku melihat adikku yang
usianya lebih muda 7 tahun dariku memakai hijab. Dialah satu-satunya orang yang
memperhatikanku dengan penuh cinta. Dia meringankan musibahku dan dia
mengajariku sebuah doa yang sebelumnya aku belum pernah mendengarnya, "Ya Allah,
berilah pahala kepadaku dalam musibahku ini dan gantilah dengan yang lebih
baik." Aku mengucapkannya sambil menangis. Dia juga mengajariku shalat.
Meskipun aku tahu bagaimana shalat, namun aku merasa shalatku saat itu ada
kekhusyukan di dalamnya. Aku memakai pakaian yang tertutup. Aku merasa
tenang dan tenteram. Yang menambah kegembiraanku adalah membaca al-Quran.
Mula-mula aku menghafat surat-surat pendek, adikku mengajariku hukum tajwid.
Dia dan teman-temannya mengisi waktu luangku. Mereka mencarikan seorang suami
yang baik untukku dan aku memuji Allah SWT yang telah memberiku petunjuk. Aku memohon kepada
Allah SWT agar Dia mengampuni dosaku yang telah lalu.
Dialah
kematian yang tidak ada tempat untuk berlindung dan lari darinya
Saat
dia diturunkan dari keranda, dia akan diusung
Kami
menyaksikan dia dengan yakin hakikatnya
Anak
kecil, pemuda, orang dewasa dan orang tua akan berada di atasnya
Tetapi
ada sesuatu yang menuruti hati seakan-akan
Kami
mengingkari apa yang kami tahu dengan yakin
Kami
memiliki harapan dan kami harapkan hasilnya
Tetapi
kerusakan dari yang kami harapkan hasilnya lebih dekat lagi
Kami
membangun istana yang megah dengan nafsu
Sedangkan
kami tahu kami akan mati dan istana itu akan hancur
Kami
mengadukan kerasnya hati kami kepada Allah
Setiap
hari, nasehat kematian selalu mengajak kami. [1]
No comments:
Post a Comment