‘Toko Maju’ adalah warung kopi antik, sebut saja begitu. Kenapa
saya sebut 'warung antik'? Sebab, plang nama
‘Toko Maju’ kuno yang saya kenal sejak masa kanak-kanak hingga remaja,
tetap di pasang oleh pemiliknya. Toko ini sudah berpindah tempat
beberapa kali dari
mula berdirinya sekira tahun 1970an".
Teks dan Foto: Rahmayanti Helmi Yanuariadi (Samarinda).
Teks dan Foto: Rahmayanti Helmi Yanuariadi (Samarinda).
Teh Susu dan Roti Bakar.
Membuat Roti Telur di atas api arang.
Membuat Roti Bakar.
Teko penyeduh teh. |
Pagi-pagi, tepat pada jam biologis
sarapan pagi, sekira jam 7, melangkahlah
ke jalan Panglima Batur. Tujuan pertama;
Toko Maju. Di
jalan raya satu
arah ini,
warung antik ini ada di sisi kanan jalan deretan toko-toko elektronik setelah toko
elektronik Perkasa. Saat toko-toko masih
rapat-rapat menutup pintunya, jam 6 pagi enci dan engkoh toko Maju sudah rapi menunggu tamu-tamunya yang ingin
menyeruput kopi tubruk racikan mereka
sendiri, teh susu, roti bakar selai Sarikaya
buatan sendiri,
roti telur, dan telur ayam kampung setengah matang, atau ingin menikmati coto
Makasar, dan soto Banjar. Hmmm... cita rasa asli, pokoknya.
Segera saja, teh susu asli Samarinda saya pesan
untuk mengingat kembali rasa asli teh tarik di masa kanak-kanak dulu. “Benar,
ini rasanya sama dengan rasa yang dulu,” pekikku kegirangan, cita rasa yang sudah lama saya cari-cari,
baru ketemu lagi sekarang.
Konon,
teh susu ini adalah suguhan minuman berkelas tinggi pada jaman dulu, yang
biasanya disajikan untuk tamu istimewa, tamu penting, atau tamu terhormat yang
datang ke rumah kita.
v Cara membuatnya: masukkan bubuk daun teh (loose leaf yang
potongan daunnya kecil-kecil) ke dalam kain penyaring, lalu diseduh dengan
air panas rebusan baru, diamkan/rendam 3-4 menit, lalu tuang ke cangkir; terakhir tambahkan
susu kental manis yang banyak. Rasanya (harus) manis –kalau menginginkan rasa yang original.
Sambil menunggu roti telur, dan roti bakar selai Sarikaya dibuat dengan menggunakan bara api arang, tidak mau buang kesempatan kamera segera mengabadikan proses memasak di depan kita, dan memotret beberapa perabotan dan peralatan antik yang masih digunakan.
Warung ini sengaja masih menggunakan barang peralatan memasak
jaman dulu, furniturenya juga model lama. Meja kayu biasa yang cat permukaan
mejanya terkelupas sedikit-sedikit, rak gelas, tempat pencucian piring, panci
jerang air, teko pembuat kopi teh, rak roti, lemari kaca penyimpan kue pie
kacang, rak rokok, semua model kuno.
Satu porsi roti telur dengan pilihan selai
nanas atau sarikaya, cukup membuat kenyang untuk sarapan pagi. Untung tidak
datang ke sini sendiri, sebab pasti tidak bisa menghabiskan sendirian. Saya
datang bertiga bersaudara (kakak yang memang tinggal di Samarinda, dan adik dari
Medan yang berlibur ke sini) memesan
semua kuliner kenangan ini.
Mereka yang kangen rasa original kuliner masa kecil. |
Coto Makasar belum lagi diicipi. Yang
jelas, siangnya kembali lagi ke sini untuk makan siang Coto Makasar yang kendati
bukan asli dari Samarinda, namun menu coto ini sangat diminati di sini. Tidak ada masalah kalau bolak-balik ke sini, karena
ke sana-kemari di kota Samarinda
ini
tidak memakan waktu karena jarak dari satu tempat ke tempat lain tidak
berjauhan.
Menu ‘Toko Maju’:
Coto Makassar --18
Kopi/Teh -- 14
Roti Telur -- 10
Roti Bakar -- 10
Pia Kacang Hijau -- 3
*harga ini sebelum ada kenaikan beberapa bahan pangan di Indonesia di pertengahan 2013
Meracik Coto Makassar. |
Coto Makassar. |
Pia Kacang Hijau. |
Coto Makassar --18
Kopi/Teh -- 14
Roti Telur -- 10
Roti Bakar -- 10
Pia Kacang Hijau -- 3
*harga ini sebelum ada kenaikan beberapa bahan pangan di Indonesia di pertengahan 2013
. ****
(http://rahmayantihelmiyanuariadi.blogspot.com)
No comments:
Post a Comment