Pemerintah
Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengikat kerjasama pelaksanaan program
Jamkesda dengan sejumlah rumah sakit swasta (tak terkecuali rumah sakit ibu dan
anak) agar balita gizi buruk dapat cepat teratasi. Jamkesda belum merata karena
prosedur yang tidak mudah.
Warga miskin di
sejumlah kecamatan di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengeluhkan lambannya pelayanan
untuk mendapatkan kartu jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) dan jaminan
kesehatan masyarakat (Jamkesmas). Mereka sangat berharap cepat memperoleh kartu
tersebut agar mudah berobat atau memeriksakan kesehatan.
Menurut warga Ciputat
Timur, Udin, kondisi ekonomi dan penghasilan warga Kota Tangsel masih banyak
yang di bawah standar khususnya. Dia sangat berharap untuk mendapatkan kartu Jamkesmas
atau Jamkesda agar mudah berobat dan mendapatkan pelayanan kesehatan.
“Jangankan
mendapatkan pelayanan yang baik utuk kesehatan jika warga miskin berobat, untuk
mendapatkan kartu Rumah Tangga Miskin (RTM) saja sampai sekarang masih sulit,”
tutur Udin.
Menanggapi keluhan
warga soal pelayanan Jamkesda dan Jamkesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan Dadang S.Ip, M.Epid, menjelaskan pihaknya telah berusaha proaktif menjalankan program Jamkesda
sebagai bentuk program bantuan pelayanan bagi masyarakat miskin yang belum
memiliki asuransi kesehatan seperti Jamkesmas, Jamsostek, Askes dan asuransi
kesehatan lainnya.
“Kami (Pemerintah Kota
Tangsel - red) telah menjalin
kerjasama dengan beberapa rumah sakit (RS) swasta, antara lain RS Medika BSD,
RS Premier Bintaro, RS Eka Hospital, Rumah Sakit Ibu Anak (RSIA) Cinta Kasih
dan RSIA Buah Hati untuk wilayah di sekitar Kota Tangerang Selatan. Sedangkan
untuk rumah sakit yang berada di luar Tangsel kami menjalin kerjasama dengan
RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSUP Fatmawati, Rumah Sakit Jantung Harapan Kita,
RSAB Harapan Kita, RSUP Persahabatan, RS Jiwa Grogol Suharto Heerdjan, RSU
Tangerang, Klinik Haemodialisa Cipta Husada dan yang dalam proses kerjasama RS
Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor,” papar Dadang.
Tidak sebatas
menjalin kerjasama dengan rumah sakit swasta, menurut praktisi kedokteran Dr.
Hj. Suzie BAS, alangkah baiknya Jamkesmas dan Jamkesda yang ada di Tangsel ini
lebih difokuskan kepada rakyat kecil yang tidak mampu agar tepat guna dan tepat
sasarannya. “Usahakan dana yang ada ini benar-benar bermanfaat, karena persentase
orang miskin lebih banyak daripada orang mampu. Dan mereka sama sekali tidak
tahu bahkan tidak mengerti kalau mereka punya hak-hak di situ,” katanya.
“Dan saya mohon juga
kinerja para praktisi kesehatan terutama di garda terdepan, yaitu di Puskesmas,
untuk bekerja maksimal, tidak pilih kasih untuk orang-orang tertentu. Begitu
juga dengan rujukan, agar tidak dipersulit,” tambah Dr. Hj. Suzie BAS.
Manajemen salah satu
rumah sakit, yang melayani program Jamkesda, mengatakan perhitungan pemberian
Jamkesda berdasarkan perhitungan pedoman pelaksanaan (manlak) Jamkesmas 2008,
di mana tidak semua kondisi bisa bebas biaya. Tetapi apabila pasien tesebut
sudah melalui verifikasi lapangan dan ternyata benar-benar tidak mampu, maka
pasien tersebut akan sepenuhnya ditanggung oleh Jamkesda. Bahkan, program
Jamkesda di salah satu rumah sakit besar di wilayah Serpong, hanya bersedia melayani
tindakan Kegawat-daruratan Ibu & Anak serta Rawat Inap untuk Ibu &
Anak.
“Ini menjadi kendala
bagi masyarakat bila harus diverifikasi terlebih dahulu oleh pihak rumah sakit,
bagaimana bila dalam keadaan urgen. Padahal untuk memperoleh Jamkesda sudah ada
tahapan verifikasi mulai tingkat kelurahan, kecamatan dan puskesmas,” kata Nisa
Kea M.Kes, pemerhati kesehatan, sembari menambahkan, “Pengguna Jamkesda pun
masih terhitung rata-rata di bawah 100 pasien per bulan. Padahal dana yang
digelontorkan pemerintah tidak sedikit, mencapai milyaran rupiah. Jadi
pemerintah harus proaktif dalam memantau pelaksanaan Jamkesda di tiap-tiap
rumah sakit penyelenggara Jamkesda, bilamana tak efektif sebaiknya diputus saja
kerjasama (pemberian dana hibah untuk Jamkesda) dengan rumah sakit tersebut.”
Untuk lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan di Tangsel, menurut Kepala Dinas Kesehatan
Kota Tangel Dadang S.Ip, M.Epid, pemerintah telah berusaha mengoptimalkan
pelayanan puskesmas di tiap-tiap kecamatan. “Idealnya 1 (satu) puskesmas di
wilayah berkepadatan 30.000 penduduk dengan pertimbangan jarak dan jangkauan
terhadap masyarakat,” jelas Dadang. Dan saat ini, jelasnya, pemerintah telah
membangun gedung obat di areal sekitar 7.000 meter persegi guna meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan di Tangsel.
"Pemkot Tangsel
memberikan perhatian lebih bagi masyarakat yang tidak terdata oleh Jamkesmas,"
tambah Ida Lidya, sekretaris Dinas Kesehatan Kota Tangsel.
Mengenai kurang
meratanya pembagian Jamkesda, menurut Ida, hal itu terkendala prosedur
mendapatkan kartu Jamkesda yang relatif rumit. "Masyarakat harus mengurus
suratnya dari RT, RW, kelurahan, kecamatan, hingga mendapat verifikasi dari
dinas kesehatan," terang Ida. Setelah itu, lanjutnya, peserta Jamkesda
baru berhak mendapatkan bayaran untuk pengobatannya.
Ibu hamil dan balita
gizi buruk menjadi fokus utama program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
dan Jamkesda di Tangerang Selatan. Selama 2011, pemerintah memberikan anggaran
gratis untuk ibu-ibu hamil yang akan melakukan persalinan. Masing-masing pasien
memperoleh biaya Rp350 ribu. "Biaya dapat diklaim hanya di
puskesmas-puskesmas di Kota Tangsel," jelas Ida. Untuk Jamkesmas, Pemkot
Tangsel mendapat anggaran sebesar Rp1,5 miliar dari Pemerintah Pusat. Pemkot Tangsel
sendiri menganggarkan dana Jamkesda sebesar Rp900 juta (2009), kemudian Rp5,4
miliar (2010), dan Rp10 miliar pada tahun 2011.
Ida menambahkan, jumlah
balita gizi buruk di Kota Tangsel relatif menurun dan jauh dari level
mengkhawatirkan di tahun 2011 ini. Menurutnya, tidak ada balita yang
benar-benar mengalami gizi buruk. Yang ada hanyalah balita gizi buruk yang
disertai penyakit penyerta seperti tuberkulosis yang ditularkan kepada anak.
"Jadi, mereka tidak murni disebut gizi buruk," ujarnya
Dinkes Kota Tangsel mengimbau
agar kaum ibu lebih jeli memberikan perhatian kepada balitanya. Orang tua perlu
memperhatikan kualitas makanan bayi dan kebersihannya. Dia mencontohkan,
kecamatan yang perlu mendapat perhatian adalah Kecamatan Setu. "Desa-desa
di Setu sudah mulai kita jadikan desa binaan oleh Dinkes," kata Ida
sembari menambahkan, "Pasien yang menggunakan fasilitas Jamkesda akan melewati
pemeriksaan dengan sistem finger scan."
Dengan demikian, ketika pasien dirawat di rumah sakit yang bekerja sama dengan
Dinkes Kota Tangsel, warga tidak mengalami kesulitan mengurus administrasi.
Boks:
Syarat-syarat Memperoleh
Jamkesda Kota
Tangerang Selatan
*
Kartu Keluarga Kota Tangerang Selatan.
*
Kartu Tanda Penduduk Kota Tangerang Selatan.
*
Surat Rujukan Penyakit dari Puskesmas setempat.
*
Laporan Verifikasi status ekonomi dari Puskesmas setempat.
*
Surat Keterangan Tidak Mampu yang telah disahkan oleh unsur Kelurahan,
Kecamatan dan Puskesmas.
*
Surat Rujukan Pennyakit RSUD Tangerang Selatan.
*
Surat Keterangan Rawat Inap Apabila telah dirawat.
No comments:
Post a Comment