Thursday, January 10, 2013

Bumiputera Serius Bidik Asuransi Guru


Bumiputera bekerjasama dengan PGRI tingkatkan kesejahteraan guru. Selain melalui produksi asuransi, juga membuka peluang bagi guru untuk menjadi agen Bumiputera. Saling menguntungkan dan cukup prospektif.

Tekad Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 merangkul guru untuk memperluas pasar cukup efektif. Hal ini tercermin, salah satu di antaranya, pada kenaikan premi Asuransi Mitra Guru dari Rp30  miliar di tahun 2010 menjadi Rp37 miliar pada tahun 2011. Kenaikan ini tidak terlepas dari kenaikan jumlah nasabah dari kalangan guru yang juga mengalami kenaikan dari 229.000 orang (2010) menjadi 272.000 orang (2011).
Direktur Utama AJB Bumiputera 1912 Dirman Pardosi menyambut gembira perkembangan positif nasabah dan premi Asuransi Mutra Guru ini. Ke depan, katanya, peluang pengembangan produk Asuransi Mitra Guru sangat besar karena saat ini belum mencakup daerah-daerah pelosok. Mitra Guru didesain dengan premi rendah yang jika dirata-rata hanya Rp100 ribu per bulan. “Diharapkan dengan premi sekecil itu akan terjangkau oleh guru-guru. Metode pembayaran program ini bervariasi, per 3 bulan, 6 bulan dan tahunan. Pemegang polisi memilih metode atau jangka waktu pembayaran,” jelas Dirman Pardosi dalam kesempatan temu pers akhir tahun 2011.
Guru, terutama yang tergabung ke dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), merupakan pasar potensial bagi AJB Bumiputera 1912. Tidak kurang terdapat 3,7 juta orang guru dan dosen di seluruh Indonesia, mulai dari guru Taman Kanak-Kanak (TK) hingga dosen Perguruan Tinggi, tercatat sebagai anggota PGRI. Sebagian besar dari mereka berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Yang lainnya guru sekolah swasta, yayasan dan guru honorer. Jumlah tersebut diperkirakan bisa menjadi 4 juta orang jika ditambah dengan pegawai Tata Usaha sekolah.
Dirman Pardosi menegaskan bahwa AJB Bumiputera 1912 dan Guru (PGRI) tidak dapat dipisahkan. Persatuan Goeroe Hindia Belanda (PGHB), pendiri Bumiputera, kata Dirman, merupakan cikal dari keberadaan PGRI. “Sebab itu, Bumiputera yang saat ini sudah menjadi entitas bisnis yang kuat, merasa trenyuh mengetahui bahwa tingkat kesejahteraan guru masih ada yang di bawah UMR. Kami menjalin kerjasama dengan PGRI untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Selain melalui produk asuransi yang dirancang khusus untuk guru, misalkan Asuransi Mitra Guru, juga dengan membuka kesempatan guru-guru untuk menambah penghasilan dengan berprofesi sebagai agen Bumiputera,” paparnya.
Selain itu, AJB Bumiputera 1912 melaksanakan berbagai kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang berhubungan dengan guru. Sekadar contoh, jelas Dirman, pelaksanaan Ekspedisi Guru Kumbang di mana Bumiputera memberikan bantuan kepada guru yang ikut serta dan sekolah asal guru. Contoh lain, Bumiputera bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengadakan Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG).
Saat ini, Bumiputera juga sudah menandatangani nota kesepahaman bersama dengan PGRI. Ke depan, adanya nota kesepahaman tersebut diharapkan semakin mempertegas peran Bumiputera dalam meningkatkan kesejahteraan guru. "Selama ini Bumiputera terus mendukung berbagai kegiatan yang dilakukan PGRI. Kami juga telah menyediakan produk Asuransi Mitra Guru untuk meningkatkan kesejahteraan guru," kata Dirman Pardosi.
Ketua Pengurus Besar PGRI Pusat Dr. Sulistiyo menyambut baik perhatian Bumiputera kepada guru. “Kami pun siap mendukung apa yang telah Bumiputera berikan kepada guru. Sebagai tahap awal, pengurus Pusat PGRI telah dilindungi program asuransi Bumiputera. Kami berharap anggota PGRI seluruh Indonesia juga akan mengikuti program yang sama secara bertahap. Untuk itu, PGRI mengharapkan Bumiputera bisa melakukan sosialisasi asuransi kepada pengurus PGRI tingkat provinsi. Tidak ada perusahaan yang miskin karena membantu guru," papar Sulistiyo meyakinkan.
Di samping itu, Sulistiyo pun menginginkan agar anggota PGRI mendapatkan jaminan hari tua dan jaminan kesehatan dengan bekerja sama dengan lembaga yang kredibel seperti Bumiputera.
Menanggapi permintaan ini, Direktur Utama AJB Bumiputera 1912 Dirman Pardosi menegaskan, "Bumiputera dan guru tidak dapat dipisahkan. Kalau perlu Bumiputera akan membuat account khusus untuk PGRI tanpa hitung-hitungan bisnis." ***

Boks:
Guru Butuh Perlindungan Asuransi

Saat ini kondisi jutaan guru non-PNS yang tersebar di negeri ini masih memprihatinkan. Bagaimana tidak, kata Ketua Pengurus Besar PGRI Pusat Dr. Sulistiyo, mereka diminta bekerja penuh namun honor yang diterima sangat kecil, ada yang hanya Rp200 ribu per bulan.
Untuk itu, jelas Sulistiyo, PGRI telah mengusulkan kepada pemerintah untuk mengeluarkan peraturan pemerintah yang mampu melindungi guru-guru non-PNS. “Kami berharap peraturan pemerintah itu nanti bisa menegaskan bahwa guru harus memperoleh upah minimal yang wajar, mendapatkan perlindungan jaminan kesehatan dan jaminan hari tua,” tuturnya.
Berbicara soal jaminan kesehatan dan jaminan hari tua, Sulistiyo menilai sudah masuk ke ranah dalam prinsip dan subtansi asuransi. “Kami pengurus memandang, jika upaya PGRI berhasil, saya kira harus ada pola perlindungan. Apakah secara nasional, provinsi, kabupaten, atau kota. PGRI telah memiliki kantor sendiri hingga tingkat kecamatan. Jadi, kalau sebagian kantor PGRI sekaligus untuk pelayanan pemegang polis oleh Bumiputera, saya kira sangat bagus,” paparnya.
PGRI sudah mengalokasikan dana untuk asuransi. Kami mengharapkan inisiatif dan kontribusi Bumiputera bukan sekadar menawarkan produk dan menunggu para guru menjadi pemegang polis. Melainkan partisipasi Bumiputera memberikan pencerahan asuransi untuk meningkatkan pemahaman para guru. Jadi, suatu saat nanti guru mempunyai kemampuan yang baik, mereka tidak ragu-ragu masuk asuransi Bumiputera. Sudah saatnya Bumiputera berbakti kepada guru. Karena sejarah Bumiputera memang khas dengan kehidupan guru. Ketika Bumiputera tumbuh besar seperti sekarang, hendaknya tidak melupakan guru. Saya ingin mendekatkan guru dengan Bumiputera,” ujar Sulistiyo.
Bumiputera dan PGRI memiliki asal usul yang relatif sama. Sama-sama didirikan oleh guru, sama-sama bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan para guru. Bumiputera didirikan oleh organisasi Persatuan Goeroe Hindia Belanda (PGHB), yang tak lain adalah cikal bakal dari PGRI.
Jika guru-guru di Indonesia menjadi pemegang polis Bumiputera, kata Sulistiyo, dampaknya sangat luas. Langsung atau tidak, mereka akan bertindak sebagai “juru bicara” di hadapan para siswa dan mahasiswa. Bukankah para pengusaha dan pemimpin yang akan datang adalah mereka yang sekarang sedang belajar, mereka yang sedang dididik para guru. Artinya, para guru saat ini sedang berinteraksi dengan pemimpin masa depan. ***

No comments:

Post a Comment