Bumiputera bekerjasama dengan PGRI tingkatkan kesejahteraan guru. Selain
melalui produksi asuransi, juga membuka peluang bagi guru untuk menjadi agen
Bumiputera. Saling menguntungkan dan cukup prospektif.
Tekad Asuransi Jiwa Bersama (AJB)
Bumiputera 1912 merangkul guru untuk memperluas pasar cukup efektif. Hal ini
tercermin, salah satu di antaranya, pada kenaikan premi Asuransi Mitra Guru dari
Rp30 miliar di tahun 2010 menjadi Rp37 miliar
pada tahun 2011. Kenaikan ini tidak terlepas dari kenaikan jumlah nasabah dari
kalangan guru yang juga mengalami kenaikan dari 229.000 orang (2010) menjadi
272.000 orang (2011).
Direktur Utama AJB Bumiputera 1912 Dirman
Pardosi menyambut gembira perkembangan positif nasabah dan premi Asuransi Mutra
Guru ini. Ke depan, katanya, peluang pengembangan produk Asuransi Mitra Guru sangat
besar karena saat ini belum mencakup daerah-daerah pelosok. Mitra Guru didesain
dengan premi rendah yang jika dirata-rata hanya Rp100 ribu per bulan. “Diharapkan
dengan premi sekecil itu akan terjangkau oleh guru-guru. Metode pembayaran
program ini bervariasi, per 3 bulan, 6 bulan dan tahunan. Pemegang polisi
memilih metode atau jangka waktu pembayaran,” jelas Dirman Pardosi dalam
kesempatan temu pers akhir tahun 2011.
Guru, terutama yang tergabung ke dalam
wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), merupakan pasar potensial bagi
AJB Bumiputera 1912. Tidak kurang terdapat 3,7 juta orang guru dan dosen di seluruh
Indonesia, mulai dari guru Taman Kanak-Kanak (TK) hingga dosen Perguruan Tinggi,
tercatat sebagai anggota PGRI. Sebagian besar dari mereka berstatus Pegawai
Negeri Sipil (PNS). Yang lainnya guru sekolah swasta, yayasan dan guru honorer.
Jumlah tersebut diperkirakan bisa menjadi 4 juta orang jika ditambah dengan
pegawai Tata Usaha sekolah.
Dirman Pardosi menegaskan bahwa AJB
Bumiputera 1912 dan Guru (PGRI) tidak dapat dipisahkan. Persatuan Goeroe Hindia
Belanda (PGHB), pendiri Bumiputera, kata Dirman, merupakan cikal dari
keberadaan PGRI. “Sebab itu, Bumiputera yang saat ini sudah menjadi entitas
bisnis yang kuat, merasa trenyuh mengetahui bahwa tingkat kesejahteraan guru
masih ada yang di bawah UMR. Kami menjalin kerjasama dengan PGRI untuk
meningkatkan kesejahteraan guru. Selain melalui produk asuransi yang dirancang
khusus untuk guru, misalkan Asuransi Mitra Guru, juga dengan membuka kesempatan
guru-guru untuk menambah penghasilan dengan berprofesi sebagai agen Bumiputera,”
paparnya.
Selain itu, AJB Bumiputera 1912 melaksanakan
berbagai kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) yang berhubungan dengan guru. Sekadar contoh, jelas
Dirman, pelaksanaan Ekspedisi Guru Kumbang di mana Bumiputera memberikan
bantuan kepada guru yang ikut serta dan sekolah asal guru. Contoh lain,
Bumiputera bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengadakan
Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG).
Saat ini, Bumiputera juga sudah menandatangani
nota kesepahaman bersama dengan PGRI. Ke depan, adanya nota kesepahaman
tersebut diharapkan semakin mempertegas peran Bumiputera dalam meningkatkan
kesejahteraan guru. "Selama ini Bumiputera terus mendukung berbagai
kegiatan yang dilakukan PGRI. Kami juga telah menyediakan produk Asuransi Mitra
Guru untuk meningkatkan kesejahteraan guru," kata Dirman Pardosi.
Ketua Pengurus Besar PGRI Pusat Dr.
Sulistiyo menyambut baik perhatian Bumiputera kepada guru. “Kami pun siap
mendukung apa yang telah Bumiputera berikan kepada guru. Sebagai tahap awal,
pengurus Pusat PGRI telah dilindungi program asuransi Bumiputera. Kami berharap
anggota PGRI seluruh Indonesia juga akan mengikuti program yang sama secara
bertahap. Untuk itu, PGRI mengharapkan Bumiputera bisa melakukan sosialisasi asuransi
kepada pengurus PGRI tingkat provinsi. Tidak ada perusahaan yang miskin karena
membantu guru," papar Sulistiyo meyakinkan.
Di samping itu, Sulistiyo pun menginginkan
agar anggota PGRI mendapatkan jaminan hari tua dan jaminan kesehatan dengan
bekerja sama dengan lembaga yang kredibel seperti Bumiputera.
Menanggapi permintaan ini, Direktur Utama
AJB Bumiputera 1912 Dirman Pardosi menegaskan, "Bumiputera dan guru tidak
dapat dipisahkan. Kalau perlu Bumiputera akan membuat account khusus untuk PGRI tanpa hitung-hitungan bisnis." ***
Boks:
Guru Butuh Perlindungan Asuransi
Saat ini kondisi jutaan guru non-PNS yang tersebar
di negeri ini masih memprihatinkan. Bagaimana tidak, kata Ketua Pengurus Besar
PGRI Pusat Dr. Sulistiyo, mereka diminta bekerja penuh namun honor yang
diterima sangat kecil, ada yang hanya Rp200 ribu per bulan.
Untuk itu, jelas Sulistiyo, PGRI telah
mengusulkan kepada pemerintah untuk mengeluarkan peraturan pemerintah yang mampu
melindungi guru-guru non-PNS. “Kami berharap peraturan pemerintah itu nanti
bisa menegaskan bahwa guru harus memperoleh upah minimal yang wajar,
mendapatkan perlindungan jaminan kesehatan dan jaminan hari tua,” tuturnya.
Berbicara soal jaminan kesehatan dan jaminan
hari tua, Sulistiyo menilai sudah masuk ke ranah dalam prinsip dan subtansi
asuransi. “Kami pengurus memandang, jika upaya PGRI berhasil, saya kira harus
ada pola perlindungan. Apakah secara nasional, provinsi, kabupaten, atau kota. PGRI
telah memiliki kantor sendiri hingga tingkat kecamatan. Jadi, kalau sebagian
kantor PGRI sekaligus untuk pelayanan pemegang polis oleh Bumiputera, saya kira
sangat bagus,” paparnya.
PGRI sudah mengalokasikan dana untuk asuransi. “Kami mengharapkan inisiatif dan kontribusi
Bumiputera bukan sekadar menawarkan produk dan menunggu para guru menjadi
pemegang polis. Melainkan partisipasi Bumiputera memberikan pencerahan asuransi
untuk meningkatkan pemahaman para guru. Jadi, suatu saat nanti guru mempunyai kemampuan yang baik, mereka tidak ragu-ragu masuk asuransi Bumiputera. Sudah saatnya Bumiputera
berbakti kepada guru. Karena sejarah Bumiputera memang khas dengan kehidupan
guru. Ketika Bumiputera tumbuh besar seperti sekarang, hendaknya tidak
melupakan guru. Saya ingin mendekatkan guru dengan Bumiputera,” ujar Sulistiyo.
Bumiputera dan PGRI memiliki asal usul yang
relatif sama. Sama-sama didirikan oleh guru, sama-sama bertujuan untuk
mensejahterakan kehidupan para guru. Bumiputera didirikan oleh organisasi Persatuan
Goeroe Hindia Belanda (PGHB), yang tak lain adalah cikal bakal dari PGRI.
Jika guru-guru di Indonesia menjadi pemegang
polis Bumiputera, kata Sulistiyo, dampaknya sangat luas. Langsung atau tidak,
mereka akan bertindak sebagai “juru bicara” di hadapan para siswa dan
mahasiswa. Bukankah para pengusaha dan pemimpin yang akan datang adalah mereka
yang sekarang sedang belajar, mereka yang sedang dididik para guru. Artinya, para guru saat ini sedang berinteraksi
dengan pemimpin masa depan. ***
No comments:
Post a Comment