Dua minggu
menjelang lebaran biasanya perusahaan sudah membagikan Tunjangan Hari Raya
(THR) kepada para karyawannya. Tapi seringkali dana THR yang kita peroleh
’menguap’ untuk kebutuhan yang tidak penting. Jangankan untuk menabung dari
THR, membuat hari-hari usai lebaran tidak nombok saja sulit.
Bagaimana
sebaiknya kita mengelola THR agar pengeluaran bulan puasa dan lebaran tidak
terlalu membengkak?
Johanes,
Senior Vice President, Head of Liabilities and E-Channels, dari Commonwealth
Bank Indonesia, mengatakan bahwa THR sebenarnya merupakan tambahan pendapatan
yang diperoleh di luar gaji. Jika dengan gaji bulanan saja kebutuhan
pengeluaran bisa teratasi, maka dengan adanya THR tentu ada kelebihan dana yang
bisa digunakan untuk membiayai pengeluaran ekstra yang memang pasti terjadi
menjelang hari raya. Biasanya harga kebutuhan pokok meningkat 10-20 persen
menjelang hari raya, sehingga penggunaan THR seharusnya sudah mencakup hal-hal
seperti ini.
Apakah
sebaiknya uang THR ini dipakai untuk kebutuhan Hari Raya, untuk bayar hutang,
diinvestasikan, dipakai untuk ’merapikan’ rumah, atau tergantung kondisi
keuangan?
Menggunakan
THR untuk melunasi utang yang belum terbayar sangat direkomendasikan. Konsekuensinya
memang Anda tidak bisa menikmati THR untuk belanja banyak. Tapi dengan begitu
sebenarnya Anda lebih lega karena tidak memiliki utang lagi dan tidak perlu
repot menyisihkan dana untuk bayar utang.
Selain itu
THR dapat Anda anggarkan untuk membereskan kewajiban yang bersifat tahunan,
seperti misalnya pembayaran premi asuransi, STNK, PBB, atau juga membayarkan
THR bagi orang-orang yang bekerja untuk kita, seperti PRT, baby sitter, supir
dll.
Pada
intinya, kita tetap perlu merencanakan anggaran untuk penggunaan THR. Tentu
yang diprioritaskan adalah melunasi kewajiban-kewajiban sebelum mengalokasikan
sisanya untuk hal-hal lain, seperti merapikan rumah atau bahkan berinvestasi.
Ketika kita
menerima THR, sebaiknya digunakan untuk apa saja? Apakah ada perbedaan antara
yang sudah berkeluarga dan belum?
Baik yang
sudah berkeluarga atau belum, pasti perlu membayar zakat/ sedekah atau berbagi
dengan orang-orang yang membutuhkan. Ambil anggarannya dari THR.
Pada
umumnya, pengeluaran rumah tangga bagi yang sudah berumah tangga tentu akan
lebih besar. Contohnya untuk keperluan anak-anak, konsumsi keluarga, atau biaya
transportasi untuk mudik. Sedangkan bagi yang belum berkeluarga, biaya untuk
keperluan seperti diatas tentunya akan lebih sedikit.
Apa saja
yang harus diingat ketika kita menerima THR?
Sekali
lagi, mari buatlah alokasi anggaran yang cukup detil untuk mengakomodasi setiap
kebutuhan bulan puasa dan Hari Raya, dengan mendahulukan pelunasan kewajiban.
Sesuaikan dengan kemampuan keuangan Anda. Yang penting, patuhilah anggaran yang
telah Anda susun.
Bagaimana
tips cermat mengalokasikan penggunaan THR dengan bijak?
Agar THR
tidak habis ’di tengah jalan’ jangan membeli keperluan untuk Hari Raya secara
berlebihan.
Berbuka
puasa tidak harus selalu dengan penganan yang berlebihan. Lebaran kan juga
tidak harus selalu memakai pakaian baru, sehingga biaya untuk baju baru bisa
dikurangi.
Bagi yang
masih single, kewajiban semestinya tidak sebanyak yang sudah berkeluarga;
sehingga seharusnya bisa lebih leluasa menyusun anggaran penggunaan THR,
termasuk mengalokasikan dana yang lebih besar untuk menabung atau berinvestasi.
Nah, bagi
pasangan yang bekerja, bisa saja baik suami maupun istri mendapat THR dobel.
Buat kesepakatan misalnya THR suami untuk keperluan lebaran dan THR istri
ditabung atau diinvestasikan di reksa dana. Biasakan untuk menyisihkan dana THR
misalnya 20 persen untuk ditabung/diinvestasikan.
Satu hal
yang patut Anda ingat, seandainya Anda sudah berinvestasi jangan menarik
investasi hanya untuk membiayai kebutuhan Hari Raya Anda. Gunakan dana dari THR
Anda dengan bijak. (www.beritasatu.com)
No comments:
Post a Comment