Saturday, November 23, 2013

Adab-Adab Orang Shaleh dalam Bulan Ramadhan




Allah SWT berfirman:

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia. Dan sebagai penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS Al-Baqarah [2]: 185).
Siratan ayat ini menerangkan bahwa di antara keistimewaan bulan suci Ramadhan adalah karena di dalam bulan suci ini, kitab suci al-Qur’an itu pertama kalinya diturunkan. Rasulullah Saw selalu bersemangat tiap kali menghadapi bulan suci yang penuh berkah ini. Perhatian yang beliau berikan pada bulan penuh kemuliaan ini melebihi perhatiannya pada bulan-bulan yang lainnya. Karena malaikat Jibril a.s selalu menemui beliau pada malam-malam bulan sakral ini untuk mengajarkan al-Qur’an kepadanya.
Belajar dan membaca al-Qur’an merupakan cara mendekatkan diri yang terbaik kepada Allah SWT. Hal ini seperti ini ditegaskan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw yang menyatakan, “Orang yang paling baik di antara kalian semua adalah ia yang belajar al-Qur’an lalu mengajarkannya.” (HR Imam Bukhari).
Diceritakan pula dari Ibnu Abbas r.a. bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda, “Seseorang yang dalam hidupnya tidak pernah membaca al-Qur’an, sama halnya seperti rumah yang hancur berantakan.” (HR Imam Tirmidzi).
Ketahuilah, bahwa pahala membaca al-Qur’an sangatlah besar. Membaca satu huruf al-Qur’an saja akan mendapat nilai satu kebaikan. Dan satu kebaikan tersebut akan dilipat-gandakan menjadi sepuluh kali lipat. Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca satu huruf saja dari kitab suci al-Qur’an, ia akan mendapatkan pahala satu kebaikan. Dan satu kebaikan tersebut akan dilipat-gandakan menjadi sepuluh kali lipat. Dan aku (Rasulullah Saw) tidak mengatakan bahwa alif lam mim’ (الم) itu hanya satu huruf semata. Namun alif (ا) adalah satu huruf, lam (ل) adalah satu huruf, dan mim (م) juga satu huruf.” (HR Imam Tirmidzi).
Dalam beberapa hadits, Rasulullah Saw senantiasa mendorong umatnya untuk membaca surat-surat tertentu yang memiliki beberapa keutamaan dan manfaat tersendiri. Misalnya, surat al-Fatihah merupakan surat teragung dalam al-Qur’an. Membaca satu kali surat al-Ikhlas sama halnya seolah membaca sepertiga al-Qur’an. Membaca surat al-Falaq dan surat an-Naas akan dapat penjagaan dari Allah SWT. Dan, dalam al-Qur’an terdapat sebuah surat yang hanya memiliki tiga puluh ayat, yaitu surat al-Mulk. Barangsiapa yang rutin membacanya (surat al-Mulk) niscaya ia akan mendapat syafa’at dan akan diampuni dosa-dosanya.
Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah pada malam hari, niscaya ia akan senantiasa terjaga dalam tidurnya.” (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Mengenai hal ini, Imam Nawawi memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa orang yang membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah pada malam hari, ia akan terjaga dari hal-hal buruk yang tidak diinginkan sepanjang malam itu.
Adapun ayat yang memiliki kandungan paling agung dari sekian banyak ayat adalah ayat kursi. Seperti dikisahkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata, “Suatu ketika malaikat Jibril mendatangi Rasulullah Saw, lalu duduk di samping beliau. Tiba-tiba malaikat Jibril mendengar suara dari atas, kemudian ia melihat ke langit dan  berkata, ‘Hari ini pintu langit telah dibuka, dan tidak akan terbuka lagi kecuali hanya hari ini saja. Para malaikat pun akan turun ke bumi, dan mereka tidak akan turun lagi kecuali pada hari ini saja.’ Lalu para malaikat itu pun turun dan memberi salam kepada Rasulullah Saw kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah Saw sebarkanlah berita gembira ini ke seluruh umatmu bahwa engkau dan umatmu telah diberikan dua cahaya yang belum pernah diberikan kepada siapapun sebelum engkau. Ketahuilah, dua cahaya tersebut adalah surat al-Fatihah dan ayat-ayat terakhir di dalam surat al-Baqarah’.”
Menjadi jelas bahwa membaca ayat-ayat suci al-Qur’an pada bulan suci Ramadhan memiliki nilai keistimewaan tersendiri. Karena memang pada bulan suci inilah kitab suci al-Qur’an itu diturunkan. Ia diturunkan untuk membimbing manusia sekaligus sebagai petunjuk jalan kehidupannya.
Selanjutnya, hal yang menjadi amal kebiasaan Rasulullah Saw setiap bulan Ramadhan adalah beliau selalu memperbanyak sedekah. Sebagaimana diuraikan di atas bahwa pahala sedekah sangatlah banyak dan mulia. Selain itu, ia juga memiliki fungsi sosial, yaitu dapat meringankan beban yang melanda saudara Muslim yang kurang mampu. Jika pada hari biasa saja sedekah begitu bermakna, apalagi jika dilakukan pada bulan suci Ramadhan.
Dikisahkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata, “Rasulullah Saw adalah orang paling dermawan di muka bumi ini. Beliau pasti akan jauh lebih dermawan ketika pada bulan suci Ramadhan. Terlebih, ketika beliau hendak didatangi oleh malaikat Jibril, sifat kedermawanan beliau semakin meningkat. Karena pada malam Ramadhan itulah malaikat Jibril akan menyampaikan dan mengajarkan al-Qur’an pada Rasulullah Saw. Sehingga ketika Rasulullah Saw bertemu dengannya beliau akan jauh lebih dermawan daripada malaikat Jibril sendiri. Oleh karena itu, berdasarkan hadits ini, kita dapat memahami bahwa antara bulan Ramadhan, al-Qur’an dan sedekah memiliki hubungan yang sangat erat, yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.”
Bagi siapa saja yang melakukan aktivitas seperti berpuasa, membaca al-Qur’an dan bahkan memperbanyak sedekah selama di bulan Ramadhan, niscaya hati dan jiwanya tidak akan kosong dari cahaya Ilahi dan rahmat-Nya. Pada akhirnya, ia akan merasa terlahir kembali menjadi manusia yang dermawan dan juga senang dengan segala hal yang berkaitan dengan kebaikan. Sebagaimana ditegaskan Allah SWT di dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS Al-Taubah [9]: 111).
Bulan suci Ramadhan bisa pula dikatakan sebagai bulan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan dari Allah SWT. Di dalam bulan suci ini, umat Islam akan berusaha meningkatkan kualitas keimanannya, serta senantiasa mengasah dirinya agar dapat menjadi pribadi yang berguna. Bulan suci Ramadhan disebut juga sebagai sebuah masa yang memiliki periode keimanan tertinggi selama satu tahun lamanya. Tidak mengherankan bila pada bulan suci ini, banyak umat Islam yang berlomba-lomba untuk menjadi orang yang dermawan. Kedermawanan ini timbul sebagai sebuah kesadaran jiwa yang beriman kepada-Nya. Inilah sebetulnya inti dari kedermawanan itu sendiri; ia selalu bertolak pada dimensi keimanan Ilahi. Dan tentunya, kedermawanan menggunakan harta bisa dijadikan petunjuk dan tolok ukur kualitas keimanan seseorang. Sebagaimana firman Allah SWT:
   
“Sekalipun mereka dalam kesusahan, dan terpelihara dari kekikiran, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS Al-Hasyr [59] 9).
Dan di dalam ayat yang lain, Allah SWT berfirman:
Ÿ  
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Ali-Imran [3]: 180).
Islam sendiri sangat menganjurkan tegaknya keadilan. Sampai-sampai jika salah seorang Muslim bersedekah pada tetangga sebelah kirinya, tetapi tidak pada tetangga sebelah kanannya, maka ia akan dimasukkan oleh Allah SWT ke dalam golongan orang-orang yang dzalim.
Sebagai umat Rasulullah Saw, kita mesti mencintai beliau dan meneladaninya. Terlebih ketika bulan suci Ramadhan tiba. Di bulan suci ini, beliau selalu memperbanyak membaca al-Qur’an dan bersedekah. Hingga pada sepuluh hari terakhir dari bulan ini, beliau semakin giat melakukan amal-amal kebaikan, seperti mendirikan shalat malam secara istiqamah. Bila pada bulan suci Ramadhan Rasulullah Saw senantiasa memperbanyak dan meningkatkan kualitas ibadahnya dari pada bulan-bulan yang lain, maka pada sepuluh hari terakhir dari bulan suci ini beliau akan semakin meningkatkan kualitas amal kebaikan dan ibadahnya.
Rasulullah Saw bersabda dalam hadits Qudsi bahwa Allah Swt berfirman, “Setiap amal ibadah anak-cucu Adam akan kembali kepada pribadi masing-masing, kecuali ibadah puasa. Ketahuilah bahwa ibadah puasa sepenuhnya menjadi milik-Ku dan Aku sendirilah yang akan memberikan balasan pahala bagi siapa saja yang menjalankannya. Ibadah puasa merupakan tameng atau perisai bagi diri seorang Muslim. Jika salah satu dari kalian sedang dalam keadaan berpuasa, maka janganlah kalian berbicara jorok dan jangan juga bertingkah bodoh. Dan seandainya kalian dilawan atau dicaci-maki, hendaklah dengan sadar kalian berkata, ‘Aku ini sedang berpuasa, Aku ini sedang berpuasa.’ Nafas orang yang sedang berpuasa pun jauh lebih harum daripada aroma minyak misik. Dan ketahuilah bahwa orang yang berpuasa itu memiliki dua kebahagiaan. Pertama, kebahagiaan ketika ia berbuka, dan kedua kebahagiaan saat ia bertemu dengan Allah SWT sebab puasanya.” (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim).

No comments:

Post a Comment