Thursday, February 6, 2014

Barirah dan Mughits


Barirah adalah seorang budak milik Ummul Mukminin, Aisyah. Suaminya, Mughits, adalah seorang budak berkulit hitam.[1] Setelah Aisyah memerdekakannya, Rasulullah memberikan pilihan kepada Barirah: bersama suaminya ataukah bercerai dengannya. Barirah sangat membenci suaminya, sementara suaminya sangat mencintainya. Karena itu, Barirah lebih memilih agar diceraikannya.
Ibnu Abbas berkata, “Seakan-akan saya melihat Mughits mengelilingi Barirah sambil menangis, sampai-sampai air matanya melinang ke sela-sela jenggotnya.”
Rasulullah bertanya kepada Ibnu Abbas bin Abdul Muthalib, “Apakah kamu tidak terheran-heran dengan hasrat cinta Mughits kepada Barirah? Dan kebencian yang tertanam dalam hati Barirah kepada Mughits?”
Karena merasa kasihan kepada Mughits, Rasulullah memberikan pertimbangan kepada Barirah, “Bagaimana jika kamu kembali lagi kepada suamimu.”
Barirah bertanya, “Apakah engkau telah memerintah saya wahai Rasulullah.”
Beliau menjawab, “Saya hanya kasihan saja.”
Barirah berkata, “Saya sama sekali tidak membutuhkannya.”[2]

Putri Abu Lahab
            Dzurrah adalah putri Abu Lahab. Dia memeluk Islam dan ikut serta hijrah ke Madinah. Suaminya adalah Harits bin Nufail bin Harits bin Abdul Muthalib. Untuk suaminya, dia menghadiahkan tiga anak: Uqbah, Walid dan Abu Muslim. Ketika Dzurrah berada di Madinah, banyak orang yang mengolok-olok kedua orang-tuanya.[3] Sebab itu, dia mengadu kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apakah anak orang kafir itu hanya saya?”
Rasulullah balik bertanya, “Kenapa kamu bertanya seperti itu?”
Dzurrah menjawab, “Penduduk Madinah telah menyakiti saya dengan mengolok-olok kedua orang-tuaku.”
Rasulullah berpesan, “Bilamana nanti kamu hendak shalat Dhuhur, shalatlah di posisi yang bisa saya lihat.”
Kemudian Rasulullah melakukan shalat Dhuhur. Setelah itu, beliau menoleh ke Dzurrah untuk selanjutnya menghadap ke jamaah shalat. Beliau berkata, “Wahai manusia, apakah hanya kalian yang mempunyai nasab (jalur keturunan), sementara saya tidak mempunyai nasab?”
Seketika Umar bin Khattab berdiri dan berucap, “Allah akan marah terhadap orang-orang yang membuatmu marah.”
Lalu Rasulullah mengingatkan, “Perempuan ini adalah putri paman saya. Maka, jangan sekali-kali seorang pun berkata kepadanya kecuali dengan perkataan sopan.”[4]


[1]Mughits adalah budak milik Abu Ahmad bin Jahsy al-Asadi. Lihat: al-Ishâbah (3/451-452), nomor (8172).
[2]Diriwayatkan oleh Bukhari (2075, 5283), Abu Daud, (2231), al-Tirmidzi (1156), al-Nasaî (8/245-246), Ibnu Majah (2075), al-Darimi (2292), Ahmad (1/215,281,361). Dalam hadits, terdapat beberapa faedah yang telah ditulis oleh sebagian Ahli Hadits. Lihat: al-Ishâbah (4/251-252), Fath al-Bâri (5/223-229), (9/318-327) dan Syirar al-Nubalâ’ (3/533-537).
[3]Dalam riwayat lain dari Umar bin Yasir, Ibnu Umar dan Abu Hurairah disebutkan bahwa kaum perempuan di Madinah dari Bani Zuraiq menggelar tikar besama, kemudian berkata kepada putri Abu Lahab, “Kamu adalah putri Abu Lahab yang telah Allah sebutkan dalam ayatnya, تبت يدا أبي لهب وتب… Hijrahmu tidak cukup untuk menebus semua itu.” (Diriwayatkan oleh al-Thabrani) Dalam riwayat tersebut terdapat Abdurrahman bin Basyir al-Damasyqi yang telah dianggap terpercaya oleh Ibnu Hibban dan dilemahkan oleh Abu Hatim. Sementara para perawi yang lain semuanya terpercaya. Lihat. Majma’ az-Zawâid (9/257-258).
[4]Diriwayatkan oleh al-Thabrani.

No comments:

Post a Comment