Oleh Setia Permana
Warga negara Indonesia tinggal di
Stockholm, Swedia
Pelayanan
kesehatan merupakan hal utama dan memegang peranan utama dalam pembentukan
masyarakat sehat dan bermartabat. Hal ini sudah mulai diperhatikan oleh
beberapa Pemerintahan Daerah seperti dengan adanya Kartu Sehat di Solo, Kartu
Jakarta Sehat (KJS) di Ibukota dan rencananya Kartu Juara di Bandung. Besar
harapan masyarakat akan terlaksananya semacam kartu asuransi ini yang dapat
membantu rakyat menengah ke bawah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
prima.
Selain
tujuan utama tersebut, kartu-kartu sehat ini sebenarnya memiliki keuntungan
lain jika dapat dipergunakan dan dikelola dengan baik. Di negara-negara
Skandinavia di mana sistem pelayanan kesehatannya sudah maju, selain
menfokuskan pada pelayanan dan tindakan, juga pengumpulan data-data dari sistem
tersebut yang digunakan untuk peningkatan pelayanan kesehatan, pencengahan dan
pengobatan, mengurangi kejadian malpraktek, dan efisiensi, baik dari segi
pelayanan dan keuangan dalam skala makro atau pun mikro.
Sistem
asuransi dan pelayanan kesehatan terpadu dengan sistem database lainnya seperti
data kependudukan, register pasien masuk rumah sakit, diagnosa penyakit, obat
yang diberikan, database kecelakan dan lain-lainnya mampu meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, dan yang jelas meningkatkan standar kesehatan rakyatnya.
Negara-negara
Skandinavia yang dikenal dengan catatan kependudukan terlengkap dan terpadu
menjadi salah satu rujukan oleh PBB dalam hal pengembangan statistik
pemerintahan, kependudukan, sistem informasi kesehatan dan lain lain. Data yang
didapatkan dari sistem terebut menjadi ladang bagi penelitian di seluruh dunia
yang berujung pada peningkatan sistem dan kualitas hidup warganya.
Di
Swedia asuransi kesehatan warganya adalah gratis dan dibebankan pada pajak.
Setiap warga memiliki akses sama terhadap pelayanan kesehatan. Sistemnya juga
mirip di Indonesia di mana pelayanan dimulai di unit kecil puskesmas (ward
central). Saat kita berkunjung ke rumah sakit atau puskesmas di Swedia yang
diperlukan adalah Personal Identity Number/Personnummer atau kalau di Indonesia
mirip dengan Nomor Induk Kependudukan yang ada di KTP kita. Dengan PIN ini data
kita akan otomatis tercatat dan dapat langsung tergabung dengan data lainnya.
Resep obat pun berupa elektronik resep dan diambil di apotik dengan sekali lagi
menggunakan PIN kita.
Sistem
kesehatan ini adalah bagian dari banyak database yang terintegrasi di seluruh
Swedia. Semua sistem tersebut didukung pemerintah dengan memberikan hampir 10%
dari GDP untuk pelayanan kesehatan dan medis warganya.
Dengan
sistem terintegrasi dan “well connected”, pengumpulan data statistik dasar
sebagai bahan perencanaan pembangunan pemerintah menjadi lebih mudah.
Riset-riset dengan menggunakan data tersebut atau yang dikenal dengan istilah
register-based research dapat dilakukan oleh berbagai pihak seperti universitas
atau lembaga riset lainnya, baik berkenaan dengan kesehatan, kependudukan
maupun social ekonomi.
Di
Swedia penelitian semacam ini sudah banyak sekali dilakukan dan berdampak besar
pada kebijakan publik. Seperti hasil riset baru-baru ini yang menyimpulkan
bahwa memberikan bantuan kepada orang-orang miskin akan memberikan efek
negatif. Mereka akan miskin terus, salah satu sebabnya karena yang diberi
bantuan cenderung menjadi pasif. Berdasarkan riset ini pemerintah mencari
solusi lain untuk pengentasan kemiskinan.
Bagaimana
Implementasi di Indonesia? Key point dari sistem pelayanan kesehatan dan
pendataan terpadu yang dijelaskan di atas adalah dengan penggunaan Personal
Identification Number yang mampu menghubungkan berbagai database yang ada, baik
pada pemerintahan lokal maupun pusat. Indonesia telah mulai memperkenalkan
Nomor Induk Kependudukan sebagai single identity number yang nantinya akan
tercantum setiap Dokumen Kependudukan dan dijadikan dasar penerbitan KTP,
paspor, SIM, nomor pokok wajib pajak, polis asuransi, dan penerbitan dokumen
identitas lainnya.
Terlepas
dari beberapa kelemahan NIK seperti yang telah saya bahas sebelumnya di tautan
ini, rencana tersebut sangat bermanfaat nantinya jika implementasinya tepat.
Pada KJS sudah terlihat bahwa NIK telah menjadi salah satu field pada kartu
tersebut. NIK dalam KJS ini dapat digunakan untuk menautkan dengan sistem
pendataan lainnya oleh suku-suku dinas dalam ruang lingkup Pemda tersebut dan
juga dengan data nasional melalui BPS.
Karena
KJS saat ini masih bersifat pilot project (baru 1.7 juta dari 4.7 juta yang
direncanakan), dapat dijadikan pilot juga untuk sistem integrasi data antara
penyelenggaraan pelayanan kesehatan (rumah sakit) dan Pemda seperti data
kependudukan, pendidikan dan lain lain.
Andai
KJS ini sudah terhubung dengan semua data tersebut, selain statistik dasar
seperti penyakit yang sering diderita, dengan mudah kita juga dapat melihat
hubungan antara penyakit tertentu dengan tempat tinggal, tingkat pendidikan dan
pekerjaan. Lokasi mana yang rawan akan penyakit tertentu tentunya akan dapat
kita cegah dengan adanya data ini. Kita juga dapat memonitor berkembangnya
penyakit-penyakit menular di masyarakat.
Sebagai
contoh, pasien yang terkena kanker paru paru, dengan sistem ini kita dengan
mudah dapat merunut (trace) medical record, untuk mengetahui perkiraan
penyebabnya, baik itu life style, lokasi tempat tinggal (dengan menautkannya
dengan catatan kependudukan), pekerjaan (dinas pekerjaan), dan sebagainya.
Bahkan kita bisa merunutnya dengan riwayat dari orangtua atau saudaranya yang
mungkin menurunkan penyakit tersebut.
Jika
kita memiliki data obat yang diberikan, kita juga dapat melihat apakah obat
tersebut manjur dan juga dari sisi keuangan Pemda dapat mengefisiensikan obat
yang disalurkan ke puskesmas dan mengurangi kebocoran dan penyalahgunaan.
Data
tersebut pastinya akan menjadi tambang emas bagi para peneliti baik dalam dan
luar negeri yang ke depannya akan memberikan masukan untuk peningkatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakatnya. Para mahasiswa dari perguruan tinggi
setempat dapat dilibatkan baik dalam pengelolaan, penelitian serta implementasi
hasil riset tersebut.
Masih
banyak lagi keuntungan yang akan didapat jika sistem integrasi ini diterapkan.
Semoga sistem jaminan sosial yang telah dan akan ada seperti KJS atau Kartu
Juara, serta kartu sehat lainnya di Indonesia mampu melakukan integrasi ini
dengan tetap mengacu sistem nasional terintegrasi, yang nantinya kita dapat
memiliki sistem yang terintegrasi secara nasional. (www.news.detik.com)
No comments:
Post a Comment