Mistar
(34), penderita tumor di wajah asal Desa Rejosari, Kecamatan Bantur, Kabupaten
Malang, Jawa Timur, menangis karena ditolak Dinas Kesehatan setempat saat
meminta surat Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Jamkesmas itu tadinya
sebagai bekal untuk berobat dan operasi tumor yang dideritanya selama 32 tahun.
Mistar
didampingi Juari, kepala Rejosari mendatangi kantor Dinkes Kabupaten Malang
pada Senin (7/10/2013). Setelah Dinkes Malang menolaknya, ia duduk sambil
menangis di halaman kantor Dinkes.
Ditemui
para wartawan, Mistar bercerita sembari meneteskan air mata. "Saya
menderita tumor di wajah ini sudah 32 tahun lamanya. Saya hidup membujang,
karena tak ada perempuan yang mau menikah dengan saya akibat tumor ini,"
keluhnya.
Kondisi
tumor Mistar sudah cukup membesar. Tonjolan besar sudah nyaris menutupi seluruh
wajahnya. Pada tahun 2002 dan 2005 lalu, Mistar sudah mencoba berusaha untuk
operasi tumor yang dideritanya. "Saat itu, biayanya menggunakan asuransi
kesehatan," katanya.
Namun,
upaya tersebut belum menyembuhkan tumor yang diderita Mistar. Kondisi tumornya
masih saja terus membesar. "Saat ini saya mencoba mau minta surat
Jamkesmas. Tapi malah ditolak oleh Dinkes," katanya.
Setiap tiga
hari sekali, Mistar harus merasakan rasa sakit di wajahnya. "Setiap tiga
hari sekali wajah saya terasa panas dan sakit sekali. Seperti ada yang membakar
wajah saya," katanya.
Sebelum
mendatangi kantor Dinkes, Mistar mengaku sudah mendatangi Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kanjuruhan, milik Pemerintah Kabupaten Malang. "Siapa tahu
bisa operasi tumor saya dengan gratis, karena saya warga miskin. Tapi rumah
sakit angkat tangan," katanya.
Karena RSUD
Kanjuruhan tak bisa menanganinya, Humas RSUD Kanjuruhan Suwarno, mengantar
Mistar ke Poliklinik bedah. Namun dokter poliklinik mengaku tak bisa
menanganinya. Pihak dokter menyarankan Mistar berobat ke Rumah Sakit Saiful
Anwar (RSSA) Malang milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
"Kalau
tumornya masih kecil katanya bisa menanganinya. Karena tumor saya sudah besar
dokternya tidak siap menangani," kata Mistar.
Agar bisa
dioperasi di RSSA Malang, Mistar harus memiliki kartu Jamkesmas dari Pemda
Malang. Ia pun mendatangi kantor Dinkes Kabupaten Malang. "Saat ke kantor
Dinkes malah saya dicuekin para pegawai yang ada di sana. Pegawai Dinkes
mengaku tidak berani mengeluarkan Jamkesmas tanpa sepengetahuan Kepala Dinkes.
Ya, saya harus pulang dan menangis meratapi nasib saya ini. Memang susah, mas
jadi warga miskin," keluhnya sembari kembali meneteskan air.
Sementara
itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Musyidah mengelak dikatakan
menolak permohonan Mistar untuk mendapatkan Jamkesmas. "Kami tidak
menolak. Kami akan cek dulu lagi di data base. Jika tidak ada, kami akan
mengupayakan untuk penambahan penerima Jamkesmas," katanya singkat.
(regional.kompas.com)
No comments:
Post a Comment