Makna
Hijrah akan selalu hidup dalam diri kita. Hidup karena kita menteranformasikan
maknanya ke dalam moral. Sehingga peristiwa yang pernah dilakukan Rasulullah
itu, tidak semata kejadian biasa, melainkan menjadi sebuah manhaj, yang harus
senantiasa direnungkan maknanya dan diamalkan ibrahnya. Lebih-lebih kini Umat
Islam sedang berada di titik ujian yang sangat berat. Ujian dari dalam maupun
dari luar. Maka masing-masing dari umat Islam agar bisa lulus dari ujian ini -
sangat tertuntut untuk belajar dari masa lalu yang pernah dicapai Rasulullah
dan sahabat-sahabatnya. Dan pada kesempatan memulai tahun baru hijriah ini yang
paling tepat adalah belajar mengamalkan makna hijrah dan implikasinya dalam
kehidupan berukhuwah secara mendalam antara sesama muslim. Karena dari ukhuwah
inilah kekuatan baru umat Islam akan terbangun sebagaimana dulu Rasulullah
telah membangun kekuatan yang mengagumkan di atas fondasi ukhuwah.
Tahun baru
Hijriah telah tiba. Bulan di langit menunjukkan hari tanggal satu Muharram 1435H.
Umat Islam dimanapun berada kini dihentakkan oleh getaran sejarah masa lalu.
Sejarah di saat Rasululah SAW berhijrah meninggalkan kota Makkah (tempat yang
sangat Allah sucikan ) menuju kota Madinah.
Di hari itu
tergambar dengan jelas titik perjuangan dan pengorbanan Rasulullah berserta
sahabat-sahabatnya untuk mempertahankan risalahnya. Tak terbayang bagaimanan
penderitaan yang harus ditanggung ketika di siang hari yang sangat panas atau
di malam yang sangat gelap, mereka berjalan kaki, turun naik gunung yang
berbatu-batu, melewati padang sahara yang gersang, dengan perbekalan seadanya.
Padahal di Makkah mereka bisa hidup nyaman. Namun semua itu dilakukan demi
tegaknya agama ini. Hijrah adalah langkah strategis untuk membangun basis
kekuatan baru. Tidak hanya kekuatan fisik, melainkan juga kekuatan psikologis.
Dari Hijrah
Rasulullah SAW, bisa membangun masyarakat baru di kota Madinah. Masyarakat yang
terformulasikan dalam bentuk persaudaraan "ukhuwah" yang sangat
kental antara orang-orang yang berhijrah dari Makkah " Muhajirin "
dan penduduk kota Madinah yang membantu mereka " al anshar ".
Kekentalan
ukhuwah ini bisa dilihat dari sebuah ilustrasi ketika Abdurrrahman bin Auf r.a
dari kelompok Muhajarin dipersaudarakan sengan Sa'ad bin al Rabi' dari Anshar.
Seketika Sa'ad r.a. dengan penuh kejujuran dan keikhlasan menawarkan kepada
Abdurrahman untuk mengambil separuh dari kekayaanya dan salah seorang dari
kedua istrinya. Namun apa yang segera terlihat dari peristiwa ini adalah dua
hal :
Pertama,
bahwa hijrah telah melahirkan suasana baru yang sangat memungkinan terbangunnya
ukuwah Islamiyah, di mana kwalitas ukhuwah ini benar-benar melebihi tingkat
ukhuwah yang semata tegak di atas hubungan nasab dan darah.
Kedua,
bahwa dari bentuk ukhuwah seperti inilah kelak kemudian muncul kekuatan umat
Islam yang bisa menaklukkan kekuatan Yahudi di Khaibar, dan bisa mematahkan
kekuatan kaum kafir Quraish dalam beberabagai peperangan, yang puncaknya adalah
terbukanya kota Makkah " Fathu Makkah ".
Lalu, apa
yang harus kita lakukan sebagai umat Islam, dengan hentakan sejarah ini, yang
senantiasa berulang di saat-saat kita memasuki tahu baru Hijriah? Apakah cukup
dengan hanya mengirimkan ucapan selamat tahun baru, melalui SMS atau email? Di
sini ada beberapa langkah penting :
(a)
Pasanglah semangat baru untuk memulai tahun baru ini dengan nilai-nilai mulai
yang memancar dari relung keimanan kita yang sangat dalam. Yaitu keimanan
terhadap kebenaran yang dibawa Rasulullah SAW. tanpa sedikitpun keraguan di
dalamnya.
(b)
Ikutilah jejak perjuangan dan pengorbanan Rasulullah beserta
sahabat-sahabatnya, dimana dari cerminan hijrah yang mereka lakukan, sungguh
terlihat betapa mereka tidak lagi mendahulukan dunia dalam langkah hidupnya,
melainkan malah mengorbankan dunia untuk kepentingan akhirat.
(c) Bawalah
spirit hijrah ini ke segala lapangan kehidupan, dalam arti pindah dari masa
lalu yang kurang baik, penuh maksiat ke hari esok yang penuh dengan ketaatan
kepada Allah. Tidak hanya dalam segi ibadah melainkan dalam segala lapangan
kehidupan. Termasuk berhijrah dari kebiasaan bertindak zalim kepada kebiasaan
bertindak adil dalam bermasyarakat, berbisnis dan bernegara.
Dengan
demikian makna Hijrah akan selalu hidup dalam diri kita. Hidup karena kita
menteranformasikan maknanya ke dalam moral. Sehingga peristiwa yang pernah
dilakukan Rasulullah itu, tidak semata kejadian biasa, melainkan menjadi sebuah
manhaj, yang harus senantiasa direnungkan maknanya dan diamalkan ibrahnya.
Lebih-lebih kini Umat Islam sedang berada di titik ujian yang sangat berat.
Ujian dari dalam maupun dari luar.
Maka
masing-masing dari umat Islam agar bisa lulus dari ujian ini - sangat tertuntut
untuk belajar dari masa lalu yang pernah dicapai Rasulullah dan
sahabat-sahabatnya. Dan pada kesempatan memulai tahun baru hijriah ini yang
paling tepat adalah belajar mengamalkan makna hijrah dan implikasinya dalam
kehidupan berukhuwah secara mendalam antara sesama muslim. Karena dari ukhuwah
inilah kekuatan baru umat Islam akan terbangun sebagaimana dulu Rasulullah
telah membangun kekuatan yang mengagumkan di atas fondasi ukhuwah.
Wallahu
a'lam bisshawab.
Dr. Amir
Faishol Fath
(www.pesantrenvirtual.com)
No comments:
Post a Comment