Saturday, November 23, 2013

Kinerja Dua Tahun Kepemimpinan Fredrik Menufandu

Sukses besar menuntut Anda memikul tanggung jawab. Jika dianalisa, maka akhirnya ditemukan bahwa suatu kualitas yang dimiliki oleh semua orang sukses adalah kemampuannya dalam memikul tanggung jawab.
Michael Korda, Pimpinan Simon & Schuster

SORENDIWERI. Sebuah kota yang relatif kecil dan sepi di Kabupaten Supiori, Provinsi Papua. Kota kecil di Distrik Supiori Timur ini sekarang menjadi ibukota Kabupaten Supiori. Sebuah kabupaten termuda di Provinsi Papua yang merupakan hasil pemekaran Kabupaten Biak Numfor yang disahkan dan diresmikan berdasarkan Undang-undang Nomor (UU) 35 Tahun 2003 tertanggal 18 Desember 2003.
Sorendiweri hanyalah sebuah kota kecil yang cukup dengan berjalan kaki saja Anda dapat mengitari hampir segenap penjuru di sekelilingnya. Menyusuri setiap sudut dan penjuru, Anda akan disuguhi potret sebuah daerah yang tengah berbenah. Ya, Bupati Supriori Fredrik Menufandu memang tengah bertekad membangun sarana dan prasarana di wilayah ini sebelum pemerintah kabupaten mengundang investor untuk menanamkan modalnya di wilayah yang kaya sumberdaya alam ini.
“Apa artinya investor atau wisatawan berbondong-bondong datang kalau infrastruktur dan akomodasi belum ada. Kami memprioritaskan pembangunan sarana dan prasarana, baru kemudian nanti mempromosikan ke dunia luar,” jelas Bupati Fredrik Menufandu dalam satu kesempatan di Jakarta.
Kabupaten Supuiori mempunyai wilayah daratan dengan luas 704,24 Km2 dan wilayah perairan seluas 5.993 Km2. Wilayah Kabupaten ini sebagian besar terletak di Pulau Supiori dan sebagian yang lain berada di Pulau Biak yang dipisahkan oleh Selat Sorendiweri. Kedua pulau ini terhubung oleh jembatan sepanjang 100 meter yang berada di atas Selat Sorendiweri. Kabupaten ini terbagi ke dalam lima distrik, masing-masing Supiori Timur, Supiori Barat, Supiori Utara, Supiori Selatan dan Kepulauan Aruri. Sebagian besar wilayah kabupaten ini berupa cagar alam yang dilindungi.
Kondisi topografi daerah ini pada umumnya bergunung-gunung dan hanya pada beberapa bagian tertentu saja yang merupakan daerah datar hingga landai. Daerah yang datar dan landai tersebar di sepanjang daerah pesisir pantai. Pada daerah yang datar dan landai inilah warga masyarakat membangun permukiman, berkebun, berladang dan melakukan aktivitas ekonomi lainnya.
Akses transportasi untuk menuju ke wilayah Kabupaten Kabupaten Supiori relatif tidak terlalu sulit. Dari Jakarta, dapat dicapai dengan penerbangan Jakarta-Biak. Setiba di Biak, dapat ditempuh lewat jalan darat melalui 3 jalur, yaitu: pertama, jalur Biak Utara yang berjarak 90 Km menuju Sorendiweri dengan waktu tempuh sekitar 2-3 jam. Kedua, jalur Biak Barat, lewat Samber berjarak 80 Km sampai Sorendiweri dapat ditempuh dengan waktu berkisar 2-2,5 jam. Dan ketiga, lewat Boibaken dan Syabes berjarak 78 Km dengan waktu tempuh sekitar 2-2,5 jam perjalanan darat.
Sorendiweri terasa sedikit ramai lantaran tengah ada geliat membangun sarana dan prasarana yang memang sangat dibutuhkan oleh daerah yang dalam sepuluh tahun terakhir berpisah dari Kabupaten Biak Numfor. Bupati Fredrik Menufandu telah berpikir jauh ke depan bahwa infrastruktur kabupaten ini harus dibenahi setelah sedikit terbengkalai akibat ketidak-jelasan prioritas pembangunan pemimpin daerah sebelumnya.
Di tengah kesederhanaan Sorendiweri, saat ini banyak peluang usaha yang terbuka. Antara lain usaha perikanan tuna dan cakalang (jenis pelagis besar), baik dalam bentuk segar maupun olahan; usaha perikanan ikan demersal yang memiliki nilai ekonomis tinggi; usaha perikanan jenis pelagis kecil (dalam hal ini ikan tongkol, layang, kembung dan sejenisnya) untuk kebutuhan industri pengalengan ikan; usaha budidaya rumput laut; dan wisata bahari panorama alam bawah laut.  

A.   Kondisi Lingkungan dan Sosial-Ekonomi
Kondisi lingkungan hidup ekosistem Pulau Supiori secara umum masih relatif baik.
Menurut peta kawasan hutan dan wilayah perairan Provinsi Papua, sebagian besar wilayah Kabupaten Supiori merupakan kawasan hutan suaka alam. Secara total wilayah daratan Kabupaten Supiori mencapai luas 704,24 Km2 dan wilayah perairan seluas 5.993 Km2.
Kawasan hutan di daerah Kabupaten Supiori dibagi menjadi 4 fungsi: kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi, kawasan suaka alam (cagar alam) dan kawasan lainnya. Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, kawasan-kawasan hutan tersebut memiliki pendefenisian tersendiri.
Potensi sumberdaya hutan didasarkan pada SK Menthutbun Nomor 891/KPTS-II/1999, kawasan hutan lindung mempunyai luas yang paling besar yaitu 123.436,89 Ha (42,33% dari luas wilayah hutan) dan menempati urutan berikutnya adalah kawasan hutan produksi terbatas seluas 54.648,83 Ha (18,74% dari luas wilayah hutan), kawasan hutan konservasi seluas 45,148,96 Ha (15,46% dari luas wilayah hutan), areal penggunaan lain seluas 34.500,23 Ha (11,83%) dan hutan produksi seluas 33.860.83 Ha (11,61% dari luas wilayah hutan).
Hutan konservasi terdiri dari cagar alam Kabupaten Supiori terletak di Supiori Selatan dan Supiori Utara, berdasarkan hasil tata batas panjangnya 159,14 Km, luas 41,990 Ha dengan SK Penetapan No.026/Kpts-II/1988 tanggal 11 Januari 1988.
Atas dasar tersebut, diperlukan adanya perlindungan terhadap kawasan hutan lindung, kawasan hutan konservasi serta pengawasan terhadap pengelolaan kawasan hutan produksi supaya produktivitas kayu stabil atau mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun dengan tujuan untuk menopang kesejahteraan masyarakat dan tetap terjaganya kelestarian alam.
Wilayah Kabupaten Supiori didominasi oleh kelerengan yang curam hingga sangat curam dan hanya sebagian kecil yang datar hingga landai. Kelas lereng yang sangat curam (>40%) mendominasi wilayah Kabupaten Supiori dengan luas areal 40.393 Ha atau 57,35% kelerengan sedang sampai curam (15-40%) menempati areal seluas 12.251 Ha (17,40%) dan areal datar sampai landai (0-15%) seluas 17.780 Ha (25,25%).
Kondisi peruntukan lahan di Kabupaten Supiori menunjukkan bahwa lebih dari 61% wilayah ini merupakan kawasan hutan tutupan, baik untuk kepentingan pelestarian alam maupun untuk sistem penyangga kehidupan dan hanya sekitar 27.218 Ha (39%) yang diperuntukkan bagi kegiatan produktif. Dilihat dari faktor topografi, erodibilitas dan erosivitas, pola penutupan dan penggunaan lahan ini cukup baik.
Penutupan lahan di Kabupaten Supiori, Provinsi Papua, didominasi oleh hutan tropika basah yang kaya dengan spesies-spesies tumbuhan. Jenis vegetasi yang banyak ditemui di daerah ini adalah kayu besi (Instia bijuga), Matoa, Kayu Cina, damar hutan, ketapang hutan, dan cemara papua. Lahan yang cukup sesuai dengan kegiatan pertanian di Kabupaten Supiori Provinsi Papua tercatat seluas 3.503 Ha. Lahan ini tersebar di tiga distrik dan yang terluas di Distrik Supiori Utara, disusul oleh Supiori Timur dan Supiori Selatan.
Semua jenis penutupan lahan ini menyebar merata pada ketiga distrik di Kabupaten Supiori. Hutan lahan kering primer menempati areal terluas yaitu 55.350 Ha atau 78,60% dari luas total areal Kabupaten Supiori (didominasi oleh cagar alam), sisanya 21,4% terdiri atas hutan lahan kering sekunder, semak belukar, mangrove dan pertanian lahan kering.
Berbagai jenis ikan menjadi kekayaan yang amat potensial di perairan Supiori. Di sini terdapat ikan hiu, pari, napoleon, tuna, cakalang, kerapu dan berbagai jenis ikan karang seperti baronang, ikan merah, bawal, sunu, ikan batu, kerang, lola, dan batu laga. Selain itu terdapat berbagai jenis udang dan lobster. Di Pulau Mapia terdapat banyak penyu dan ikan tenggiri. Bilamana potensi perairan ini dikelola secara baik maka akan mendatangkan nilai ekonomi yang cukup tinggi bagi Kabupaten Supiori.
Potensi ikan tuna dan cakalang di perairan Supiori diperkirakan mencapai 120 ribu ton per tahun. Potensi yang ada tersebut baru sebagian kecil yang dimanfaatkan. Itu pula sebagian ditangkap di perairan teritorial (0-12 mil). Sedangkan yang berada di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), tingkat pemanfaatannya masih relatif rendah lantaran kemampuan armada dan teknologi nelayan lokal Supiori masih relatif rendah.
Perairan ZEE selama ini lebih banyak dimanfaatkan oleh nelayan-nelayan yang berasal dari daerah lain serta nelayan-nelayan asing. Sebab itu, Pemerintah Kabupaten Supiori kini berupaya untuk meningkatkan kemampuan armada buat mengeksploitasi perairan tersebut sembari melakukan pengawasan terhadap illegal fishing.
Tingkat pemanfaatan perairan teritorial zona 0-4 mil pun masih relatif rendah. Namun, karena pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil yang dilakukan nelayan tidak merata pada seluruh perairan, ada kecenderungan pemanfaatan sumber daya perikanan –terutama jenis ikan pelagis kecil—sudah hampir mendekati over fishing. Sementara tingkat pemanfaatan perairan zona 4-12 mil juga masih relatif rendah. Dengan begitu masih memberi peluang yang besar untuk dieksploitasi dalam jumlah yang terbatas pada potensi lestari guna menjaga kelestarian sumber daya yang ada.
Selanjutnya, potensi flora dan fauna di Kabupaten Supiori cukup beragam. Jenis flora endemik yang banyak dijumpai di Kabupaten Supiori, terdiri dari jenis pohon-pohonan dan berbagai jenis anggrek.  Jenis pohon hutan yang potensial antara lain merbau, matoa, kayu cina/ damar, ketapang hutan, manggustan, pandanus (pohon buah merah), dan berbagai jenis bambu. Berbagai jenis anggrek dapat ditemukan dalam hutan --termasuk jenis anggrek hitam yang dilindungi. Tanaman perkebunan yang dikembangkan oleh penduduk antara lain kelapa sawit, durian, rambutan, langsat, cempedak, kakao dan kelapa. Selain itu penduduk mengusahakan tanaman pinang dan siri untuk keperluan makan siri, dan tanaman sagu sebagai bahan makanan. Tanaman semusim yang banyak dikembangkan sebagai bahan makanan adalah keladi, ubi jalar dan singkong. Masih ada lagi tanaman musiman yang banyak dikembangkan, yaitu pisang dan nanas.
Jenis fauna yang banyak ditemukan umumnya jenis endemik lokal seperti kuskus, babi hutan dan tikus hutan. Jenis burung yang banyak ditemukan adalah burung mahkota, cenderawasih biak, kakak tua putih, mambruk, nuri hijau/merah, nuri kepala hitam, dan kumkum. Sebagian dari jenis endemik tersebut termasuk jenis yang dilindungi.
Kondisi demografi, jumlah penduduk di Kabupaten Supiori tercatat sebanyak 19.182 jiwa. Penduduk tersebar di lima distrik yang ada, masing-masing 6.050 jiwa di Distrik Supiori Timur, 1.894 di Distrik Supiori Utara, 2.241 di Distrik Supiori Barat, 3.495 di Distrik Supiori Selatan dan 5.502 di Distrik Kepulauan Aruri. Penduduk pada umumnya bermukim di daerah sepanjang pesisir pantai, baik di pantai utara, pantai selatan, pantai barat maupun pantai timur.
Berdasarkan kondisi dan status kawasan serta perkembangan penduduk di wilayah Kabupaten Supiori tersebut, maka mudah dipahami apabila wilayah ini dikategorikan sebagai wilayah yang rentan terhadap berbagai perubahan lingkungan akibat pembangunan. Seiring dengan terbentuknya Kabupaten baru ini, maka laju pembangunan juga menjadi semakin meningkat. Kebutuhan lahan bagi pembangunan berbagai prasarana ekonomi seperti perumahan, perkantoran dan berbagai fasilitas umum lainnya segera diikuti oleh peningkatan jumlah penduduk dengan berbagai kebutuhan yang memerlukan lahan untuk berbagai kegiatan usaha seperti tanaman pangan, hortikultura, tanaman industri, perkebunan, pemeliharaan ternak dan sebagainya. Peningkatan kebutuhan lahan bagi pembangunan ini akan menjadi ancaman terhadap kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola secara baik.
Kelestarian berbagai fauna dan flora endemik/spesifik lokal seperti burung kakak tua raja jambul merah, kakak tua hitam jambul kuning, cenderawasih, kuskus dan berbagai jenis reptil, anggrek hitam dan berbagai spesias fauna dan flora lainnya akan terancam punah. Demikian pula dengan kelestarian terumbu karang, padang lamun, estuaria, dan ekosistem mangrove akan mengalami gangguan yang serius. Menyadari potensi dampak lingkungan hidup yang begitu luas yang dapat timbul dari pembangunan di Kabupaten Supiori ke depan maka perlu adanya sosialisasi pihak pemerintah kepada masyarakat terhadap pengaruh pembangunan pada sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Supiori.

B.   Parameter Keberhasilan
Mengacu pada potensi, visi, misi, strategi dan kebijakan yang telah digariskan, arah pembangunan Pemerintah Kabupaten Supiori sangat tergantung pada delapan faktor parameter keberhasilan, yaitu:
1.    Peningkatan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat, penyediaan bahan baku industri serta ekspor hasil perikanan melalui penangkapan dan budidaya komoditi perikanan dan kelautan.
2.    Mengembangkan pemanfaatan potensi perikanan laut/darat yang diikuti dengan modernisasi alat-alat penangkapan ikan, sehingga mampu meningkatkan produksi perikanan dan pendapatan nelayan. Saat ini teknologi dan usaha perikanan warga masyarakat Kabupaten Supiori belum memadai karena kekurangan fasilitas penyimpanan produk hasil perikanan. Hal ini berdampak pada tingginya fluktuasi harga hasil perikanan di pasaran.
3.    Pemberian bantuan permodalan dan kemudahan bagi nelayan untuk mengakses sumber-sumber permodalan. Tentu tidak semata-mata akses permodalan, nelayan di Kabupaten Supiori juga masih kesulitan mengakses pasar yang lebih luas karena keterbatasan informasi pasar dan promosi produk. Mereka belum mampu menjadikan produk perikanan sebagai produk unggulan yang memiliki nilai kompetitif yang tinggi.
Terdapat struktur pasar yang cenderung oligopsoni dengan rantai pemasaran yang relatif panjang sehingga biaya yang harus ditanggung menjadi lebih tinggi. Hal ini mesti dipahami oleh para nelayan Kabupaten Supiori.  
4.    Peningkatan kualitas sumber daya manusia agar lebih maju, terampil, kompetitif dan profesional. Sumber daya manusia (terutama nelayan) Kabupaten Supiori masih relatif rendah pada tingkat pendidikan dan keterampilan. Dengan pendidikan dan keterampilan yang rendah, mereka hanya bisa melakukan usaha perikanan pada usaha perikanan skala kecil dan menengah.
5.    Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana guna meningkatkan mutu dan produktivitas hasil perikanan.
6.    Peningkatan dan pemantapan kelembagaan nelayan dan pembudidaya ikan sebagai basis kekuatan ekonomi kerakyatan. Saat ini penguatan kelembagaan kelompok usaha perikanan masih sangat lemah.
7.    Peningkatan pengawasan sumber daya ikan dan illegal fishing. Saat ini masih dijumpai pemanfaatan sumber daya perikanan yang menyimpang dari ketentuan seperti menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak dan racun sianida.
Pencurian ikan di ZEE Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga relatif tinggi. Kabupaten Supiori merupakan salah satu kabupaten yang menjadi serambi negara yang berbatasan langsung dengan negara tetangga harus memprioritaskan pengawasan.
8.    Pembinaan wilayah konservasi dan perlindungan spesies endemik asli Supiori.
Untuk menggapai parameter keberhasilan pembangunan di bidang kelautan dan perikanan, Pemerintah Kabupaten Supiori membuka ruang seluas-luasnya bagi setiap investor yang berminat menanamkan modalnya di wilayah barat-utara Provinsi Papua ini.
Pemerintah Kabupaten Supiori menyadari benar bahwa peran serta investor (baik swasta maupun masyarakat) merupakan faktor penting dan sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian visi dan misi pembangunan Pemerintah Kabupaten Supiori. Sebab, peran serta investor (swasta) dan masyarakat adalah subyek sekaligus obyek (terkena dampak) pembangunan dengan multi-peran yang diembannya sebagai perencana, pelaksana, evaluator serta pengguna. Tingginya peran serta masyarakat dan swasta dalam usaha dan investasi perlu diarahkan pada peningkatan kemampuan agar dapat tumbuh, berdaya saing, berdaya guna, dan berhasil guna penuh manfaat. Kebijakan yang mendorong dan mempromosikan peran serta masyarakat dalam pembangunan di Kabupaten Supiori harus diberikan perhatian lebih supaya pihak masyarakat dan swasta terdorong dan tertarik berpartisipasi dalam investasi dan pembangunan daerah.
Delapan arah pembangunan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah KabupatenSupiori harus pula didukung dengan jaminan keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif.
Jaminan keamanan merupakan faktor penting dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan. Kondisi keamanan dan ketertiban yang kondusif mengandung pengertian suatu kondisi yang diciptakan agar masyarakat di berbagai lapisan merasa terlindungi, merasa nyaman, dan tidak ada gangguan yang berarti dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Karena itu, Pemerintah Kabupaten Supiori berusaha keras mewujudkan keamanan dan ketertiban dengan melibatkan masyarakat, sampai kemudian tercipta tingkat kesadaran hukum yang baik di wilayah Kabupaten Supiori.
Upaya dan langkah-langkah taktis buat mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat, adalah:
·         Menurunkan gangguan keamanan terhadap masyarakat, baik fisik maupun psikis.
·         Mendorong masyarakat agar sadar dan patuh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
·         Melakukan penegakan hukum dan keadilan yang proporsional dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia.
·         Menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban dengan tetap memperhatikan norma dan nilai-nilai budaya bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
·         Menyiagakan langkah-langkah preventif, preemtif dan kuratif guna mencegah, menghindarkan, atau mengatasi munculnya gerakan-gerakan atau isu-isu yang sensitif dan potensial yang menimbulkan keresahan atau gesekan di antara unsur-unsur masyarakat, khususnya yang bersinggungan dengan SARA, ketidak-adilan, dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

C.   Kinerja dan Pencapaian Dua Tahun Pemerintahan
Pemerintah Kabupaten Supiori berusaha bekerja keras pada koridor visi, misi, strategi dan kebijakan yang bersandar pada prioritas dan faktor-faktor yang cukup mempengaruhi keberhasilan pembangunan. Dengan menaati koridor tersebut, dalam dua tahun (2011-2012) ini, kepemimpinan Bupati Fredrik Menufandu dan Wakil Bupati Yan Imbab telah menampakkan sejumlah kemajuan di beberapa sektor kehidupan masyarakat Supiori. Ayo kita simak berbagai kemajuan yang dicapai Kabupaten Supiori di bawah kepemimpinan Bupati Fredrik Menufandu dan Wakil Bupati Yan Imbab dalam dua tahun belakangan.
·         Peningkatan Sektor Pendidikan
Tatkala Bupati Fredrik Menufandu mulai memimpin Kabupaten Supiori pada Mei 2011, anak-anak usia sekolah di wilayah ini baru mampu menikmati lama sekolah rata-rata 7,70 tahun. Angka ini kemudian mengalami kenaikan menjadi 7,97 tahun pada tahun pertama dan 8,03 tahun pada selang satu tahun berikutnya. Pemerintah Kabupaten Supiori menargetkan pencapaian lama sekolah rata-rata 9 tahun pada akhir kepemimpinan Fredrik Menufandu.
Pencapaian di dua tahun kepemimpinannya memang masih relatif jauh dari target provinsi yang berada pada kisaran 8,5-8,7. Pemerintah Kabupaten Supiori sengaja mematok target sedikit di atas angka provinsi agar segenap aparatur yang dipimpinnya terpacu untuk ‘berlari’ mengejar ketertinggalan dibandingkan wilayah lain di Provinsi Papua.
Pencapaian angka lama sekolah relatif sejalan dengan angka melek huruf rakyat Supiori. Dari sebelumnya 95,37% lalu dalam dua tahun belakangan bergerak tipis ke angka 95,71% dan 96,16%.
Membaiknya kondisi pendidikan rakyat Kabupaten Supiori dapat pula dilihat pada latar pendidikan pada pencari kerja. Data dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Supiori menyebutkan bahwa sebanyak 297 pencari kerja terdiri dari 165 orang lulusan SMA/Sederajat, 86 orang lulusan D-III, dan 46 orang lulusan D-IV/S-1. Sebuah gambaran yang cukup baik sebagai daerah yang belum lama mekar dari induk Kabupaten Biak Numfor.
Bupati Fredrik Menufandu akan terus memacu pembangunan sektor pendidikan di Kabupaten Supiori dalam tiga tahun kepemimpinannya sampai 2016. Pemerintah kabupaten –melalui Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga— berusaha meningkatkan kualitas peserta didik dan guru yang mengajar di sekolah-sekolah di wilayah Supiori. Ke depan direncanakan adanya penambahan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang saat ini baru ada satu sekolah yang diasuh oleh 11 orang guru dan mendidik 58 orang murid.
·         Peningkatan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Satu hal menarik, angka kriminalitas di wilayah Kabupaten Supiori relatif kecil. Dalam setahun tidak lebih dari 20 kasus tercatat di Markas Polres Supiori. Tahun 2009 misalkan, sebagaimana tercatat pada data Badan Pusat Statistik (BPS), Polres Supiori menyelesaikan 14 kasus kriminal yang terdiri dari 7 kasus penganiayaan, 2 kasus pencurian biasa, 1 kasus pencurian dengan pemberatan (curat), dan 4 kasus pengrusakan. Jelas, angka ini cukup menggembirakan. Warga masyarakat dan siapa saja yang ingin datang ke Supiori tidak perlu merasa was-was.
“Supiori termasuk wilayah yang paling aman di Papua, tidak ada masalah ataupun kejadian luar biasa di sini (Supiori). Misalkan saat pemilihan gubernur, mulai dari tahapan awal sampai hari pencoblosan, tidak ada gangguan apapun. Semua berjalan normal-normal saja. Dan masyarakat memang terlibat langsung untuk menjaga suasana di Supiori ini agar tetap aman,” jelas Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Supiori AKBP Hary Supriono.
Pemerintah Kabupaten Supiori benar-benar ingin memberikan kenyamanan warga dan mereka yang ingin datang ke wilayah yang amat potensial untuk pengembangan sektor perikanan, kelautan dan pariwisata. Ke dalam tubuh pemerintah kabupaten, dalam dua tahun terakhir Pemkab Supiori mengintensifkan penertiban aset milik pemkab.
Dalam setahun terakhir Satpol PP Kabupaten Supiori terus memantapkan tugas pokok dan fungsinya dalam menegakkan serta mengamankan produk peraturan daerah Kabupaten Supiori. Hal ini dibuktikan dengan telah ditertibkannya 13 unit kendaraan roda empat dari 22 kendaraan yang menjadi daftar penertiban Pemkab Supiori berdasarkan Instruksi Bupati Supiori Nomor 188.5/1197 tentang Penertiban Aset Daerah milik Pemda Supiori.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Supiori, AKP Marthen Kafiar, menjelaskan bahwa pihaknya telah dan akan terus melakukan penertiban hingga semua kendaraan dinas yang masuk dalam daftar penertiban ditertibkan. “Sudah ada 13 unit yang ditertibkan, masih ada 9 unit yang juga akan ditertibkan nantinya,” terang Kafiar.
Kafiar mengakui selama ini penertiban tidak berjalan mulus, para penguasa aset (mobil) kerap menggunakan kekuatan tertentu seperti jabatan, pengaruh di lingkungan tempat tinggal yang bersangkutan, sampai dengan kekuatan keluarga untuk menghambat upaya penertiban. Namun, sampai sejauh ini semua upaya penertiban dapat dilakukan.
“Yang pasti, perlawanan, protes itu ada. Kebanyakan dari mereka (PNS) senior yang pernah memangku jabatan atau yang memangku jabatan saat ini di SKPD tertentu namun pernah juga memangku jabatan sebelumnya di SKPD lain dan saat dimutasi membawa turut kendaraan tersebut. Tapi, semua dapat terkendali, sehingga proses penertiban aset dapat dilakukan dengan lancar,” jelas Kafiar.
Sekadar diketahui, kendaraan dinas yang masuk daftar penertiban adalah sepuluh unit mobil Kijang Inova dengan nomor polisi DS 5898 U, DS 5893 U, DS 5894 U, DS 5896 U, DS 5891 U, DS 5869 U, DS 5828 U, DS 5865 U, DS 5890 U, DS 5925 U. Empat unit Mobil Avansa DS 5810 U, DS 5827 U, DS 5837 U, dan DS 5835 U. Empat unit mobil jenis Hilux  DS 5936 U, DS 5924 U, DS 5925 U,  dan DS 5919 U. Dua unit mobil jenis kuda DS 5805 CB, DS 5804 CB  serta satu jenis vitara DS 5820 U.
Selain menertibkan kendaraan dinas, lanjut Kafiar, pihaknya juga menertibkan rumah-rumah PNS di kompleks perumahan PNS di Mansoben dan Wakre yang juga menjadi penekanan dalam Instruksi Bupati Supiori.
Langkah yang juga tak kalah penting adalah menertibkan tanah-tanah adat yang dibebaskan dan menjadi aset milik Pemkab Supiori. Sampai akhir tahun 2012 lalu, Pemkab Supiori menggelontorkan dana sebesar Rp9 miliar untuk membebaskan tanah adat untuk dijadikan aset pemerintah kabupaten. Pada tahun 2013, Pemkab Supiori fokus pada pendataan dan penataan kembali semua aset tidak bergerak berupa tanah yang telah dibebaskan pemkab sejak tahun 2005 silam.
Dijelaskan Kepala Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Supiori, Izaak D. Abaa, SSTP, fokus pendataan aset tanah dilakukan menyusul data tanah-tanah milik Pemkab Supiori yang telah dibebaskan sejak tahun 2005 hingga saat ini tidak tercatat secara baik dan masih banyak yang belum bersertifikat.
“Tahun ini (2013) kami fokus pada pendataan. Semua tanah yang telah dibebaskan Pemkab akan kami data dan kami ukur kembali bersama aparatur BPN (Badan Pertanahan Nasional) untuk segera disertifikasi,” terang Abaa.
Dijelaskan Abaa, pendataan aset tanah Pemkab Supiori menjadi kebutuhan yang diprioritaskan, menyusul aksi atau terjadi tumpang tindih kepemilikan tanah yang kerap berujung pada aksi pemalangan dari masyarakat adat terhadap tanah-tanah adat yang telah dibebaskan Pemkab Supiori.
“Supiori saat ini terus membangun. Nah, jangan sampai tanah-tanah yang telah dibebaskan Pemda itu dipakai oleh pihak lain atau diberikan kepada pihak lain. Ini yang harus kami jaga. Sebab itu perlu didata dan dibuatkan sertifikat tanah,” kata Abaa.
Data aset tanah Pemkab Supiori tersebut, lanjut Abaa, khususnya tanah akan ditampilkan pada media publik sehingga menjadi rujukan bagi warga masyarakat pemilik hak ulayat serta Pemkab Supiori --dalam hal ini SKPD-- guna kepentingan pembangunan di wilayah Kabupaten Supiori.
Bupati Fredrik Menufandu menegaskan kepada seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) untuk melaporkan aset yang dimilikinya. Pasalnya, dari laporan masyarakat, sejauh ini masih banyak aset Pemkab yang dipakai oleh oknum tertentu untuk memperkaya diri. “Yang dipinjamkan atau dipindahkan ke pihak kedua harus ada tanda bukti atau tanda terima. Ada informasi yang masuk ke telinga saya, ada kendaraan rumah sakit dijadikan taksi,” ungkap Pak Fred.
Sebab itu, untuk penertiban aset Pemkab Supiori, kata Pak Fred, Pemkab membuat perjanjian kerjasama dengan institusi Polri -- dalam hal ini Polres Supiori-- sebagai lembaga yang diakui Undang-undang untuk menertibkan semua aset Pemda. “Kita akan buat nota kesepahaman dengan Polres untuk usut. Kalau memang dihibahkan atau diserahkan kepada pihak kedua, mana buktinya dan barangnya berada di mana. Harus melalui mekanisme yang jelas dan benar,” tegas Fred.
Dengan upaya-upaya tersebut, Bupati Fred berharap Pemkab Supiori memperoleh citra positif di mata calon investor karena ada kepastian hukum kepemilikan tanah dan segenap aset pemerintah kabupaten. “Swasta atau investor diharapkan tidak takut lagi berusaha di Supiori karena status tanah yang akan digunakan jelas,” ujar Bupati Fredrik Menufandu suatu waktu.
·         Birokrasi yang Disiplin dan Pemerintahan yang Baik
Ketika mula memimpin Kabupaten Supiori, Bupati Fredrik Menufandu harus menghadapi kenyataan betapa mesin birokrasi di sini nyaris tak bergerak dan sulit diajak untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karena itu, di tahun awal pemerintahannya, dalam nada paksaan, Bupati Fredrik mendisiplinkan segenap aparatur yang berada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Supiori. Dia langsung memberikan contoh dengan datang paling awal dan pulang paling akhir.
Dan kedisiplinan segenap aparatur Pemkab Supiori dapat dikatakan relatif membaik. Bupati Fredrik Menufandu berharap disiplin PNS yang semakin membaik dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini tidak kendur, menyusul signifikasi kebijakan Pemerintah Kabupaten guna meningkatkan kesejahteraan PNS.
“Saya berharap kita jangan sampai mundur lagi ke titik nol, kita jaga suasana kerja yang sudah ada ini dan kita terus tingkatkan. Biarlah disiplin masuk dan pulang kantor tepat waktu yang selama ini kami paksa dan kami genjot menjadi budaya dan tidak lagi menjadi paksaan,” tandas Bupati Fredrik Menufandu.
Bupati Fred pun berharap kepada para pimpinan SKPD, mulai dari Kepala Dinas, Sekretaris Dinas, Kepala Bidang, Kepala Bagian, sampai Kepala Seksi dan Sub Seksi di lingkup Pemkab Supiori agar senantiasa menjunjung dan menjaga kewibawaan Pemerintah Kabupaten Supiori di mata masyarakat Supiori.
“Dan yang terpenting tidak melupakan sumpah janji ketika mereka menerima penyerahan tanggung jawab. Mereka sendiri yang bersumpah dan berjanji kepada Tuhan dan Pemerintah, jangan mereka menganggap remeh dan biasa-biasa saja terhadap sumpah dan janji itu. Tapi, ingat dan laksanakan dalam praktiknya sebagai PNS,” tegas Bupati Fredrik.
Bupati Fredrik mengakui bahwa upaya mendisiplinkan aparatur ini memang bukan langkah yang mudah. Perlu ada pemaksaan secara terus-menerus. Sebab itu, dia fokus betul pada upaya pemaksaan disiplin. Sampai-sampai, dia menyebutkan dirinya membutuhkan waktu transisi lebih lama dibandingkan pemimpin di kabupaten lain. “Saya butuh fase transisi, dari lima fase yang kami rencanakan, lebih lama dibandingkan transisi di tempat lain. Di wilayah lain biasanya cukup tiga sampai enam bulan, di Supiori ini fase transisi memakan waktu lebih dari setahun. Bahkan, sampai akhir 2012 lalu masih banyak persoalan birokrasi ini yang mesti dibenahi agar lebih disiplin dan melayani,” papar Bupati Fredrik Menufandu.
Untuk membenahi birokrasi ke arah terselenggaranya pemerintahan yang baik, Bupati Fredrik bahkan membekali aparatur sampai di tingkat distrik dengan pengetahuan teknis guna mewujudkan pemerintahan yang baik dan pemahaman tentang pelaksanaan tupoksi dan manajemen pemerintahan.
Tegasnya, “Saya sangat berharap, unsur pemerintah di tingkat distrik bisa menjadi pelaksana dan pilar yang baik dalam setiap menata manajemen pemerintahan untuk kemajuan dan pembangunan, supaya yang dicita-citakan dapat tercapai sebagaimana yang ada dalam visi-misi Bupati dan Wakil Bupati saat ini.” 
Bupati Fred menegaskan bahwa untuk mewujudkan pemerintahan yang baik diperlukan pengawasan dan pembinaan secara terpadu dan berkesinambungan, sehingga keberhasilan yang ingin dicapai dapat terwujud. Perwujudan tersebut, lanjut Bupati, adalah kesejahteraan masyarakat meningkat, sejalan dengan peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, dalam pembangunan, pengembangan kemitraan, dan kegiatan sejenis yang lain.
Dia juga berharap kepada Bagian Pemerintahan Setda Pemerintah Kabupaten Supiori agar senantiasa memfasilitasi dan menyelenggarakan bimbingan teknis manajemen pemerintahan di Kabupaten Supiori kepada para Kepala Distrik, Kepala Kampung serta Bamuskam di seluruh wilayah Kabupaten Supiori. Hal ini penting, karena undang-undang otonomi daerah telah memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada daerah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mempercepat tercapainya kesejahtrearaan masyarakat.
“Masyarakat sejahtera bila program pemerintah itu tepat sasaran, dilakukan secara komprehensif dan sesuai kebutuhan serta karakteristik wilayah serta budaya masyarakat setempat, dan berkelanjutan baik di tingkat kampung, di tingkat kabupaten, maupun di tingkat provinsi. Sebab, secara terstruktur proses manajemen pemerintahan yang baik di suatu daerah merupakan bagian integral dari tercapainya pembangunan yang kita impikan,” terang Bupati Fred.
Kendati perlahan, namun hasilnya cukup dapat dirasakan oleh rakyat dan kalangan dunia usaha di Supiori. Salah satunya adalah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank Papua, Sorendiweri, Supiori, yang dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Hingga tutup kas tahun 2012, permintaan kredit di Bank Papua KCP Sorendiweri menembus angka Rp 55,4 miliar dari target Rp42,6 miliar. Hal yang sama juga terjadi pada tabungan masyarakat yakni tahun 2011 hanya Rp18,5 miliar meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp61,8 miliar lebih.
Kepala KCP Sorendiweri, Fritson Karubaba, menilai peningkatan pemanfaatan layanan Bank oleh masyarakat tersebut merupakan imbas positif dari semakin tingginya layanan prima yang diberikan Pemerintah Kabupaten Supiori kepada warga masyarakat Supiori. “Kami terus berupaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah dan pelanggan kami. Peningkatan ini juga tidak lepas dari iklim dan layanan yang diberikan Pemkab Supiori kepada masyarakat. Hasilnya, pada tutup kas tahun 2012 lalu, kami melampui target yang diberikan kepada KCP di seluruh Tanah Papua oleh Kantor Pusat,” jelasnya.
Karubaba mengakui bahwa layanan Bank Papua KCP Sorendiweri sejak tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang signifikan. Dia berharap, kerjasama dengan Pemkab Supiori dapat terus ditingkatkan dari waktu ke waktu, sehingga ke depan Bank Papua --khususnya KCP Sorendiweri-- bisa menjadi andalan Pemerintah Kabupaten dan warga masyarakat Supiori.
“Kami berharap kerjasama dan komitmen Pemkab Supiori dengan Bank Papua semakin harmonis dalam rangka menumbuh-kembangkan perekonomian dan pembangunan di Supiori, dan juga masyarakat Supiori selaku nasabah Bank Papua agar bisa memanfaatkan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan Bank Papua khususnya KCP Bank Papua Sorendiweri,” tandasnya.
Dengan keadaan birokrasi yang mulai kondusif, disiplin dan bergerak melayani, Bupati Fredrik Menufandu merasa tekadnya untuk melanjutkan fase-fase berikutnya akan berjalan lancar. Mulai tahun 2013 ini, Pak Fred –demikian sapaan akrab Bupati Fredrik Menufandu—meletakkan dasar-dasar pembangunan dengan prioritas pengadaan infrastruktur, tanpa mengurangi intensitas untuk terus menggenjot disiplin dan profesionalisme aparatur birokrasi Pemkab Supiori.
Pada waktu-waktu mendatang sampai selesai masa pengabdian 2011-2016, Pak Fred merasa optimis mampu menggelindingkan fase-fase pengembangan bidang unggulan, peningkatan kualitas bidang unggulan dan kemandirian masyarakat Supiori yang sejahtera, maju dan adil.
·         Prioritas Pembangunan Infrastruktur
Sebagai wilayah terdepan NKRI, Pemerintah Kabupaten Supiori telah berhasil membangun dermaga di Kepulauan Mapia pada medio Desember 2012 lalu. Dengan demikian diharapkan pelayanan pemerintah daerah ke pulau terdepan NKRI tersebut dapat dimaksimalkan. Selain itu, dapat pula menjadi pintu gerbang masuk ke wilayah RI dan pintu masuk ke destinasi wisata di Kabupaten Supiori yang penuh pesona.
“Kami berharap kalau memang sudah selesai pekerjaannya, Pemprov Papua dapat segera meresmikan dermaga Pulau Mapia. Sehingga, dermaga itu bisa disandari kapal-kapal perintis yang selama ini menyinggahi Pulau Mapia,” terang Asisten II Sekda Supiori, Drs. Piet Maniagasi.
Menurut Piet Maniagasi, gugusan Kepulauan Mapia yang merupakan pulau terdepan NKRI, selama ini belum memiliki dermaga, kapal-kapal perintis yang menyinggahi dan melakukan aktivitas bongkar-muat barang dan manusia di pulau tersebut harus berlabuh puluhan mill dari pulau tersebut karena karang atol yang melingkari pulau itu tidak memungkinkan kapal merapat lebih dekat ke tepian daratan pulau. Kondisi ini cukup menguras energi dan kantong masyarakat di pulau tersebut.
Kapal-kapal yang selama ini menyinggahi Pulau Mapia, seperti KM Papua Lima milik Pemprov Papua dan KM Yap Wairon milik Pemkab Biak Numfor, hanya menyinggahi Pulau Mapia beberapa jam saja. Sedangkan untuk mencapai Pulau Mapia, dibutuhkan waktu kurang lebih 18 jam pelayaran. Waktu tempuh ini dapat berubah bilamana cuaca di perairan Pasifik kurang mendukung untuk dilakukan pelayaran. Saat cuaca tidak memungkinkan, rute pelayaran ke Pulau terdepan NKRI itu bisa dialihkan atau bahkan dibatalkan.
Kepala Kampung Mapia, Andris Msen, mengatakan, pembangunan dermaga Mapia yang cukup panjang akan sangat membantu warga masyarakat dan pengunjung yang hendak ke Mapia. Pasalnya, selain biaya yang cukup murah, mereka juga punya cukup waktu luang untuk berkeliling pulau tersebut. “Dari dulu, masyarakat kami sudah inginkan agar ada dermaga di Mapia, dan sekarang sudah ada, ini akan sangat membantu kami,” jelasnya.
Pencapaian yang juga penting, sejak akhir 2011, rakyat Kabupaten Supiori mulai dapat menikmati sambungan listrik 24 jam. “Waktu saya mulai memimpin kabupaten ini, listrik belum bisa masuk ke Supiori. Sejak akhir Desember 2011, warga kami bisa menikmati sambungan listrik, meski masih mengandalkan sambungan dari Kabupaten Biak Numfor,” terang Pak Fred.  
Pada Desember 2011, perjuangan Bupati Fredrik Menufandu dan Wakil Bupati Supiori Yan Imbab untuk menerangi Supiori mendapat respon positif dari Pemerintah Provinsi Papua. Hal ini dibuktikan dengan pelimpahan aset jaringan sepanjang 13 Km dari Kampung Sarwa hingga Kampung Oksdori, Distrik Biak Barat/Distrik Swandiwe, Kabupaten Biak Numfor, ke Pemerintah Kabupaten Supiori.
“Akhirnya upaya kami untuk mengaliri listrik tiap rumah di Supiori menemui titik terang. Hari ini kami menerima surat dari Pemerintah Provinsi Papua, yang intinya menyetujui permintaan Pemerintah Kabupaten Supiori untuk memanfaatkan aset mereka (Pemerintah Provinsi Papua), jaringan listrik sepanjang 13 Km itu,” ungkap Bupati Fredrik Menufandu, beberapa waktu lalu.
Sekadar pengetahuan, aset Pemprov Papua berupa jaringan listrik sepanjang 13 Km yang dibangun Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Provinsi Papua pada tahun 2006 silam itu tidak dimanfaatkan alias nol tegangan dan ditinggal terbengkalai. Bahkan, sebagian kabel jaringan serta tiangnya sampai rusak parah. Hal inilah yang membuat pasokan energi listrik tidak bisa melayani sampai di wilayah Kabupaten Supiori. Pemasangan jaringan listrik ke Supiori ini baru menemui titik terang setelah Bupati Fredrik Menufandu bertemu dengan pihak PT PLN Cabang Biak Numfor.
Selain melakukan pertemuan yang intens dengan PT PLN (setidaknya empat kali pertemuan, selama tiga bulan Pak Fred menjadi Bupati Supiori), mereka juga melakukan lobi-lobi yang cukup intens dengan Pemerintah Provinsi Papua terkait aset jaringan yang terbengkalai sepanjang 13 Km tersebut. Surat pemerintah Provinsi Papua, tertanggal 23 Agustus 2011, nomor 171/2573/SET, tentang Izin Pemakaian Aset Provinsi yang ditanda-tangani oleh Sekda Provinsi Papua diwakili Drs. Elia I. Loupatty, MM, kepada Bupati Kabupaten Supiori, menyebutkan bahwa merujuk pada surat Bupati Supiori Nomor: 671.11/480/SET tanggal 16 Agustus 2011, Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Pertambangan dan Energi telah membentuk Tim Kerja.
Tim ini, jelas Pak Fred, telah melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Biak Numfor, Pemerintah Kabupaten Supiori dan PT PLN Biak. Tim juga melakukan pemantauan langsung ke lokasi aset jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) yaitu di Kampung Sarwa (titik nol jaringan) sampai ke Kampung Wombrisauw/Oksdori (titik Km 13 jaringan).
Hasil kerja Tim ini, lanjut Bupati, menyimpulkan bahwa aset jaringan SUTM milik Pemerintah Provinsi Papua itu mengalami kerusakan pada beberapa komponen/peralatan, karena tidak ada perawatan, namun masih dapat dipergunakan apabila komponen/peralatan STUM tersebut diperbaiki.
“Nah, waktu itu kami meminta izin untuk menggunakan aset milik Pemprov Papua tersebut, atas pertemuan kami (Pemkab Supiori) dengan pihak PT PLN beberapa kali itu, maka Pemprov Papua merespon dengan memberi Izin,” ungkap Fred.
Terakhir, data dari PLN Cabang Biak mencatat produksi listrik yang masuk ke Supiori sebanyak 85.479 KWh dan terdistribusi 73.037 KWh. Daerah layanan Supiori terbagi ke dalam dua wilayah, yakni Sabarmiokre dan Warbor. Di Warbor terdapat 3 pembangkit listrik dengan kapasitas terpasang sebesar 50 KWh dan beban puncak 28 Kwh. Sedangkan di Sabarmiokre terdapat 2 pembangkit listrik dengan kapasitas terpasang 50 Kwh dan beban puncak 26 Kwh. Jaringan tegangan menengah di Supiori sepanjang 7,34 Km dan jaringan tegangan rendah sepanjang 6,75 Km. Jaringan dan fasilitas sebanyak itu kini melayani sebanyak 1.102 pelanggan di sebagian besar wilayah Kabupaten Supiori.
·         Penataan Kampung dan Menyehatkan Masyarakat
Mulai akhir 2012 lalu Pemkab Supiori melakukan penataan kampung, khususnya Kampung Sowek di Distrik Kepulauan Aruri. Pemkab membangun dan menata kembali perkampungan yang sempat terkena bencana angin ribut itu. Komitmen Pemkab Supiori untuk membantu dan menata perkampungan masyarakat Kampung Sowek itu ditunjukkan melalui peninjauan langsung ke lokasi bencana yang dilakukan Bupati Fred Menufandu, Wakil Bupati Yan Imbab dan Kapolres Supiori beserta seluruh pejabat di lingkup Pemkab Supiori awal 2013.
Dalam peninjauan tersebut, bersama rombongan, Bupati Fred melakukan pertemuan dengan masyarakat korban bencana guna membicarakan rencana relokasi dan penataan kembali perkampungan tersebut. Selain relokasi dan penataan kembali, Bupati Fred juga menunjukkan denah atau gambar rencana pembangunan perumahan kepada masyarakat korban bencana.
Melalui kesempatan itu, warga masyarakat korban bencana --yang sejak perayaan Natal 25 Desember 2012 dan Tahun Baru 1 Januari 2013 lalu terpaksa menumpang di rumah-rumah sanak keluarga mereka karena rumah-rumah mereka hilang atau rusak berat-- mengaku tidak dapat berbuat banyak selain menunggu uluran tangan pemerintah kabupaten untuk membantu pembangunan kembali rumah-rumah mereka.
Sekadar pengetahuan pada Sabtu (22/12/2012) sekitar pukul 07.30 WIT, warga masyarakat Kampung Sowek dikejutkan oleh tiupan angin kencang yang meruntuhkan rumah-rumah mereka, merusak jaringan listrik, air bersih dan jembatan penghubung di kampung yang mayoritas penduduknya hidup di atas permukaan air laut alias mendirikan rumah-rumah mereka di atas air laut.
Pasa saat bencana, melalui Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsostek) dan dibantu Tim Tanggap Bencana (Tagana), Pemerintah Kabupaten Supiori langsung terjun ke lokasi bencana guna membantu merelokasi dan mendata kerusakan yang diakibatkan bencana tersebut.
Selain menata kampung, melalui Dinas Kesehatan, Pemerintah Kabupaten Supiori juga memperbaiki kondisi kesehatan warga Supiori dengan sejumlah program dan fasilitas. Pemkab terus berusaha memaksimalkan pemanfaatan RSUD dan satu unit rumah sakit milik TNI/Polri. Juga mengoptimalkan Puskesmas di tiap distrik dan tujuh Pustu. Kemudian, sebagai kabupaten dengan wilayah kepulauan, Pemkab memanfaatkan pula 36 Puskesmas Keliling yang terdiri dari 4 unit kendaraan roda empat, 23 unit kendaraan roda dua, dan sembilan unit perahu.
“Kami akan terus memaksimalkan fasilitas yang ada dan menambah sumber daya manusia dokter yang lebih baik lagi. Saat ini Pemkab belum memiliki dokter spesialis dan dokter gigi, yang ada baru seorang dokter umum di tiap distrik,” papar Bupati Fred.
·         Perikanan dan Kelautan
Memasuki kepemimpinan Bupati Fredrik Menufandu, melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Pemkab Supiori menetapkan berbagai kampung di Distrik Kepulauan Aruri sebagai sentra pengembangan budidaya rumput laut.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Kadis DKP) Supiori Theodorus Kmur Awak, SE menilai kondisi alam di berbagai kampung Kepulauan Aururi sangat potensial untuk dikembangkan budidaya rumput laut. “Minat masyarakat kepulauan mengelola alam lautnya sebagai tempat budidaya rumput laut diharapkan dapat menjadi modal utama membangun potensi kelautan setempat,” katanya.
Ia menyebutkan, beberapa kampung yang kini telah menjadi mitra binaan DKP untuk pengelolaan budidaya rumput laut antara lain Aidiru, Insobabi, Sawendi dan Insubaray. Untuk mendukung kelancaran budidaya rumput laut di wilayah Kepulauan Aururi, Pemkab Supiori memberikan bantuan enam unit motor tempel kepada kelompok nelayan setempat.
“Adanya bantuan sarana motor tempel dari Pemkab Supiori melalui DKP diharapkan bisa membantu sarana transportasi untuk kegiatan budidaya rumput laut,” kata Thedorus Kmur Awak.
Berbagai kampung lain di kepulauan Kabupaten Supiori, lanjut Theodorus, tetap menjadi prioritas pembinaan pengembangan sektor kelautan dan perikanan dengan mendorong peran serta masyarakat untuk menjaga lingkungan laut dengan tidak melakukan penangkapan ikan dengan bahan peledak atau bahan kimia berbahaya lainnya.
Selain budidaya rumput laut, Pemkab Supiori juga mengembangkan usaha pengolahan ikan asin dan terasi. Untuk itu, Pemkab memberikan pelatihan manajemen pengolahan ikan asin dan terasi kepada para nelayan dan warga masyarakat lain yang berminat.
Sebelum memberikan pelatihan, Pemkab Supiori mengirimkan aparaturnya untuk menimba ilmu dari daerah-daerah lain, salah satunya pada pertengahan 2012 lalu mereka mengunjungi wilayah Kabupaten Rohil (Rokan Hilir), Provinsi Riau. Pada kesempatan itu mereka ke Kota Bagansiapi-api (Kecamatan Bangko) dan Pulauhalang (Kecamatan Kubu Babussalam).
“Berbicara masalah sektor perikanan dan kelautan, terus terang saja di daerah kami sangat banyak dan hampir sama dengan potensi yang ada di wilayah Kabupaten Rohil. Kami juga memiliki sejumlah ikan-ikan yang bernilai ekonomis tinggi yang dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. Hanya saja, di tempat kami belum ada bangliau yang menjadi tempat kegiatan pembuatan dan pengolahan ikan asin dan terasi,” ujar Wakil Bupati Supiori, Yan Imbab, di sela-sela memimpin kunjungan aparatur Pemkab Supiori ke melihat bangliau di Pulau Halang waktu itu.
Lantaran nelayan dak rakyat di Kabupaten Supiori tidak memiliki tempat usaha pengolahan dan pembuatan ikan asin semacam itulah, tambah Yan Imbab, rombongan aparatur Pemkab Supiori melakukan kunjungan kerja ke daerah pesisir yang ada di wilayah Kabupaten Rohil, di antaranya Pulau Halang.
“Jadi, kami sudah menyaksikan prosesi pembuatan dan pengolahan ikan asin dan terasi itu. Giliran berikutnya, ilmu yang didapatkan dari Kabupaten Rohil ini, segera kami terapkan di tempat kami. Dan terus terang saja, saya belum pernah makan ikan asin. Setelah di Kabupaten Rohil inilah, baru saya menikmati rasa ikan asin itu,” kata Yan Imbab.
Wakil Bupati Yan Imbab menambahkan kunjungan kerja ke Kabuipaten Rohil tersebut bakal terus ditindaklanjuti, salah satu di antaranya menjalin kerjasama dengan Pemkab Rohil. “Salah satu bentuk kerjasama itu, ya kami menginginkan ada tenaga-tenaga dari Rohil untuk memberikan pelatihan dan bimbingan kepada warga masyarakat kami tentang bagaimana cara membuat dan mengolah ikan asin dan terasi itu. Karena, produk ikan asin dan terasi ini memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan sektor pendapatan perekonomian masyarakat,” kata Yan Imbab.

D.   Prestasi dan Apresiasi
Kemajuan yang telah ditorehkan oleh kepemimpinan Bupati Fredrik Menufandu dan Wakil Bupati Yan Imbab tahun 2012 lalu diapresiasi oleh Pemerintah Republik Indonesia. Melalui Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT), Pemerintah Pusat memberikan penghargaan kepada Bupati Supiori, Fredrik Menufandu, sebagai satu-satunya Bupati berprestasi dari 148 Bupati di daerah tertinggal di Indonesia. Penghargaan diberikan dalam konteks politik anggaran, yakni “Bupati Berprestasi Bidang Kualitas Belanja APBD di Daerah Tertinggal Dalam Upaya Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal”. Bupati Supiori Fredrik Manufandu tampak bersemangat menerima penghargaan itu.
Penyerahan penghargaan dilaksanakan secara langsung oleh Wakil Presiden RI, Boediono, di Istana Wakil Presiden RI, Jakarta, Senin (8 Oktober 2012) yang sekaligus membuka Rakornas Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) 2012 tentang Kebijakan Afirmatif Percepatan PDT melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). Rakornas itu diikuti 148 Kepala Daerah Se-Indonesia serta beberapa kementerian teknis.
Dalam sambutannya, Wakil Presiden Boediono mengharapkan para Kepala Daerah di berbagai pelosok Tanah Air dapat mencari sumber-sumber pembiayaan baru di luar APBN/APBD demi menyejahterakan rakyat. Sumber-sumber tersebut bisa digali dari potensi daerah sendiri seperti investasi kalangan swasta untuk pembangunan infrastruktur ataupun memanfaatkan dana sosial korporasi atau organisasi dunia yang khusus --misalnya kesehatan atau lingkungan.
“Bukan berarti menggunakan cara-cara di luar ketentuan,” ujar Wakil Presiden Boediono. Jika di daerah itu terdapat perusahaan besar, lanjut Wapres, pemerintah daerah dapat memanfaatkan alokasi dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan besar itu untuk menyejahterakan rakyat. Sedangkan di beberapa daerah lain, kadang ada perhatian khusus dari lembaga internasional seperti bidang kesehatan atau lingkungan. Perhatian seperti itu bisa dieksplorasi lebih lanjut. Selain itu, pemerintah daerah dapat pula membangun sasaran tidak hanya menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK), namun juga dengan mengajak bekerjasama kementerian lain, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia, Helmy Faishal Zaini, menjelaskan bahwa pemberian penghargaan ini berkat kemampuan Bupati Fredrik Menufandu membalikkan paradigma politik anggaran menjadi anggaran yang berbasis pembangunan.
“Bupati Fredrik Menufandu memiliki kemampuan dalam hal politik anggaran. Artinya, kepala daerah mampu membalikkan paradigma politik anggaran yang berbasis pada pembangunan,” kata Menteri Helmy Faishal Zaini, yang mengaku dirinya belum lama pulang kunjungan kerja dari Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Supiori.
Menteri Helmy mengungkapkan, jika semula proporsi anggaran belanja pegawai yang terangkum dalam APBD Kabupaten Supiori mendapat alokasi anggaran yang cukup besar, sekitar 60 sampai 70 persen, maka melalui upaya yang sungguh-sungguh, disiplin dan komprehensif, Bupati Supiori berhasil membalikkan porsentasi tersebut dengan memberikan prioritas yang besar bagi infrastruktur.
“Jadi yang dulunya anggaran belanja pegawainya sekitar 60 sampai 70 persen, ini dia bisa membalikkan yaitu 30 persen untuk belanja pegawai dan 70 persen untuk belanja infrastruktur,” terang Menteri Helmy Faishal di hadapan ratusan Bupati se- Indonesia, sembari menambahkan, “Tentu ini prestasi yang akan kami catat dan kami semua berharap, para Bupati bisa mencontoh.”
Sebelumnya, pada kunjungan kerja Menteri PDT RI Helmy Faishal Zaini dan rombongan bersama anggota DPR RI asal Papua, Etta Bulo, ke Supiori, pada akhir September 2012, Sektretaris Menteri KPDT, Dr. Ir. H. M. Nurdin, MT, memberikan apresiasi bagi Pemkab Supiori yang mampu memberikan alokasi anggaran yang sangat besar bagi belanja publik.
Bupati Supiori Fredrik Menufandu juga dinilai mampu meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), mampu menurunkan Angka Kemiskinan, mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, dan mampu meningkatkan produktivitas hasil bumi.
Atas penggunaan dan pengelolaan anggaran yang baik dan transparan, Desember 2012 lalu Pemerintah Kabupaten Supiori di bawah kepemimpinan Fredrik Menufandu mengantongi Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan wajar tanpa pengecualian. Sebuah prestasi yang cukup membanggakan bagi kabupaten yang baru mekar pada tahun 2003 ini. Sebuah pencapaian yang tidak mudah di tengah mesin birokrasi yang dirasakan oleh Bupati Fredrik Menufandu kurang kondusif.
Apresiasi juga datang dari Gapensi Kabupaten Supiori atas langkah Bupati Fredrik Menufandu yang memprioritaskan pembangunan infrastruktur bagi pengembangan wilayah dan memberi daya tarik investor untuk datang ke wilayah yang sangat potensial sumber daya alamnya ini. Prioritas pada pembangunan infrastruktur ini dapat ditempuh berkat Bank Papua yang membuka pintu lebar-lebar bagi kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Supiori. Tepatnya pada Juni 2011, Bank Papua dan Pemerintah Kabupaten Supiori menanda-tangani naskah kerjasama untuk percepatan pembangunan infrastruktur. 

Selama kepemimpinan Bupati Fredrik Menufandu, Kabupaten Supiori mampu berkembang dari sisi indikator pembangunan manusia. Tercatat Angka Harapan Hidup (AHH) berkembang dari 65,48 tahun naik ke 65,96 tahun. Kemudian pengeluaran riil terlihat meningkat dari Rp595.830 menjadi Rp598.600. Sementara itu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bergerak dari angka 67,55 ke angka 68,46. Pencapaian IPM sebesar itu menempatkan ranking Kabupaten yang semula berada di urutan 13 menjadi urutan 7 di Provinsi Papua. Sebuah pencapaian yang sudah sepantasnya diapresiasi. ***

No comments:

Post a Comment