Sunday, December 29, 2013

Kehadiran Syetan Menjelang Sakaratul Maut

Syetan yang telah dilaknat Allah SWT akan datang kepada setiap anak cucu Adam yang tengah mengalami sakaratul maut. Mereka memanfaatkan keadaan ini untuk menyebarkan fitnah kepada seluruh umat manusia. Khususnya orang-orang Islam yang berpegang teguh kepada agamanya. Oleh karena itu, Rasulullah Saw sering  melantunkan doa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ اْلَهدْمِ, وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي,وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ اْلغَرَقِ, وَ اْلحَرَقِ وَ اْلهَرمِ ,وَ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِى الشَّيْطَانُ عِنْدَ اْلمَوْتِ, وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَمُوْتَ سَبِيْلَكَ مُدَبِّرًا وَ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَمُوْتَ لَدِيْغًا
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kehancuran dan kejatuhan. Serta aku berlindung kepada-Mu dari kematian dalam keadaan tenggelam dan hangus terbakar. Dalam kerentaanku nanti, aku berlindung kepada-Mu dari godaan syetan ketika tiba ajalku. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kematian ketika aku membelakangi jalan-Mu. Serta aku berlindung kepada-Mu dari kematian ketika aku digigit (tersengat) hewan beracun dan berbisa.”[1]
Penjelasan dari doa Nabi ini sebagai berikut. ‘Aku berlindung kepada-Mu dari kehancuran.’ Kehancuran bisa diibaratkan seperti robohnya gedung dengan menindihi sesuatu yang lain. Kataالهدم  (al-hadama) di sini berharakat fathah dalam huruf ‘dal’-nya. Kalau berharakat sukun seperti doa di atas, maka ia menjadi kebalikan dari kata tersebut, yang berarti dihancurkannya gedung tersebut supaya menjatuhiku.
‘Meminta perlindungan dari kejatuhan.’ Kejatuhan di sini berarti sesuatu yang terlempar dari tempat ketinggian ke tempat yang lebih rendah. Maksud jatuh dari ketinggian adalah seperti jatuhnya sesuatu dari gunung dan atap. Atau bisa pula dari dataran rendah lalu terjerembab ke bagian yang lebih bawah (dalam) lagi, seperti jatuh ke dalam sumur.
‘Meminta perlindungan dari mati dalam keadaan tenggelam dan terbakar.’ Yaitu tenggelam di dalam air dan terbakar di dalam kobaran api. Alasan meminta perlindungan dari sebab-sebab kematian semacam ini lantaran kematian karena tenggelam atau terbakar merupakan ujian yang sangat berat dan mengerikan. Hingga hampir setiap anak manusia tidak akan tahan dan sabar dengan penderitaan  yang disebabkannya.
‘Meminta perlindungan dari kerentaan.’ Ini berarti bahwa semakin manusia bertambah usianya, maka semakin bertambah pula kepikunannya. Dalam kondisi seperti ini, manusia akan menghabiskan sisa umurnya tanpa bisa menambah ilmunya.
‘Meminta perlindungan dari godaan syetan.’ Yang dimaksudkan adalah godaan iblis atau salah satu pengikutnya.
Maksud dari kata التَّخَبُّطُ (godaan) adalah merusak. Lebih jauh lagi, yang dimaksud ‘merusak’ di sini adalah merusak akal dan agama. Atau merusak jiwa manusia dengan mempermainkannya sehingga menyebabkannya sakit.
Dalam istilah bahasa Arab, kata التَّخَبُّطُ bisa mengandung makna lain. Melalui خبَّطهُ الشَّيطانُ و تخبَّطهُ kata tadi bisa diartikan syetan memberi seseorang penyakit dan kemudian merusak keimanannya. Sedangkan makna sebenarnya kata الخبْط adalah memukul unta dengan sesuatu secara pelan.
‘Saat mati ((عند الموت. kata الموت (al-Maut) dikhususkan karena mengerjakan suatu amal kebaikan ataupun keburukan pasti memiliki batas akhir, yaitu dengan datangnya kematian. Kematian memberikan sinyal kepada kita agar kita selalu waspada kepadanya, seraya memohon perlindungan kepada Allah dari hasutan-hasutan syetan yang dibisikkan kepada orang-orang mukmin saat menjelang ajal. Ketika datang ajal, langkah-langkah manusia mulai terhenti disertai dengan hilangnya kesadaran akal.
Al-Khattabi berkata, “Maksud Rasulullah memohon perlindungan dari godaan syetan ketika mati adalah berlindung dari penguasaan syetan terhadap dirinya saat ruh mulai berpisah dari jasad. Sebab saat-saat itu merupakan kesempatannya untuk memengaruhi dan menyesatkan manusia. Yaitu dengan mencoba menggoyahkan keteguhan hatinya serta taubatnya; juga dengan mencegahnya dari perbaikan diri atau keluar dari kedzaliman yang telah lalu. Bisa juga dengan menghembuskan rasa putus asa terhadap rahmat Allah SWT. Dengan begitu, ia akan membenci datangnya kematian dan merasa menyesal meninggalkan kehidupan dunia. Kalau sudah terkena godaan syetan, manusia tidak ridha dengan ketetapan Allah SWT yang berupa kematian dan kepindahannya menuju alam akhirat. Dan akhirnya, ia akan menutup akhir hayatnya dengan su’ul khatimah dan bertemu Allah dalam keadaan marah.”[2]
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa syetan jarang menggoda anak cucu Adam secara sungguh-sungguh terkecuali saat anak Adam itu tengah mengalami sakaratul maut. Rasulullah bersabda, ”Janganlah kalian menuruti hasutan mereka. Sesungguhnya jika hari-hari kematian itu telah lewat, maka kamu sekali-kali tidak akan menemuinya lagi.”
Oleh karena itu, seyogianya kita sebagai hamba Allah selalu meminta perlindungan kepada-Nya dari keburukan dan godaan syetan. Kita juga memohon kepada-Nya agar kita mendapatkan keberkahan saat mati nanti. Dan semoga Allah akan menutup hari-hari kita dan seluruh umat Islam dengan kebahagiaan. Sehingga kita akan merasakan hari terbaik saat bertemu dengan Allah SWT, Sang Pemilik jagat raya.
‘Meminta perlindungan dari mati dalam keadaan membelakangi jalan-Mu.’ Ini bermaksud mati dalam keadaan murtad atau mati dalam keadaan mengingat selain Allah SWT.
Al-Tayyibi berpendapat, maksud dari ‘mati dalam keadaan membelakangi jalan-Mu’ adalah mati dalam keadaan mencoba lari dari Sang Pencipta. Ibn Hajar al-Makky menguatkan pendapat al-Tayyibi dengan mengatakan, arti kalimat tersebut adalah “Lari dengan mengerjakan larangan Allah SWT atau benar-benar lari dari-Nya dengan memurtadkan dirinya.”
Hadits shahih di atas merupakan bagian dari cara Rasulullah dalam membimbing umat Islam seluruhnya. Sebab itu, Rasulullah melarang umatnya berbuat kerusakan di muka bumi. Beliau juga melarang umatnya melarikan diri dari medan perang. Dan bahkan beliau pun melarang umatnya untuk tidak menerima ujian dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya semisal penyakit kronis yang berkepanjangan. Beliau selalu menganjurkan kepada umatnya untuk senantiasa bersabar, bersyukur, dan bertawakal kepada Allah SWT.
Kemudian yang terakhir ‘Meminta perlindungan dari mati dalam keadaan digigit (tersengat) hewan beracun dan berbisa.” Kata  لديغberasal dari wazan فَعِيْلٌ yang memiliki arti sama jika menggunakan wazan مَفْعُوْلٌ. Ia sama-sama berasal dari kata الَّلدْغُ. Kata ini biasa digunakan dalam pelbagai racun yang berasal dari kalajengking, ular ataupun binatang yang berbisa lainnya.[3]



[1]Hadits shahih, HR Imam Ahmad dalam‘Musnad Ahmad’, Juz III, hlm. 423, Abu Daud dalam ‘Sunan Abi Daud’ no. 1552, Imam Nasa’i dalam ‘Sunan Nasa’i’, Juz VIII, hlm. 282, dan Imam Hakim dalam ‘al-Mustadrak ‘Ala al-Shahîhain’, Juz I, hlm. 531-532. Hadits ini juga telah ditashih dan dikuatkan oleh Imam al-Dzahabi.
[2]Abu al-Tayyib al-‘Adzim Abady dalam ‘Aunul Ma’bûd’, Juz IV, hlm. 287,  Juga lihat syarahnya Imam al-Suyuti atas ‘Sunan al-Nasâ’i’, Juz VIII, hlm. 283.
[3]‘Ibid. Lihat pula, Jalaludin al-Suyuti dalam ‘Khâsiyat’, Juz VIII, hlm. 272-273.

No comments:

Post a Comment