Syetan yang telah dilaknat Allah SWT akan datang kepada setiap anak cucu Adam
yang tengah mengalami sakaratul maut. Mereka memanfaatkan keadaan ini untuk
menyebarkan fitnah kepada seluruh umat manusia. Khususnya orang-orang Islam
yang berpegang teguh kepada agamanya. Oleh karena
itu, Rasulullah Saw sering melantunkan
doa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ اْلَهدْمِ, وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي,وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ اْلغَرَقِ, وَ اْلحَرَقِ وَ اْلهَرمِ ,وَ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِى الشَّيْطَانُ عِنْدَ اْلمَوْتِ, وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَمُوْتَ سَبِيْلَكَ مُدَبِّرًا وَ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَمُوْتَ لَدِيْغًا
“Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari kehancuran dan kejatuhan. Serta aku berlindung kepada-Mu dari kematian
dalam keadaan tenggelam dan hangus terbakar. Dalam kerentaanku nanti, aku
berlindung kepada-Mu dari godaan syetan ketika tiba ajalku. Dan aku berlindung
kepada-Mu dari kematian ketika aku membelakangi jalan-Mu. Serta aku berlindung
kepada-Mu dari kematian ketika aku digigit (tersengat) hewan beracun dan berbisa.”[1]
Penjelasan dari doa Nabi ini sebagai berikut. ‘Aku berlindung kepada-Mu
dari kehancuran.’ Kehancuran bisa diibaratkan seperti robohnya gedung dengan
menindihi sesuatu yang lain. Kataالهدم (al-hadama) di
sini berharakat fathah dalam huruf ‘dal’-nya. Kalau berharakat sukun
seperti doa di atas, maka ia menjadi kebalikan dari kata tersebut, yang
berarti dihancurkannya gedung tersebut supaya menjatuhiku.
‘Meminta
perlindungan dari kejatuhan.’ Kejatuhan di sini berarti sesuatu
yang terlempar dari tempat ketinggian ke tempat yang lebih rendah. Maksud jatuh
dari ketinggian adalah seperti jatuhnya sesuatu dari gunung dan atap. Atau bisa
pula dari dataran rendah lalu terjerembab ke bagian yang lebih bawah (dalam)
lagi, seperti jatuh ke dalam sumur.
‘Meminta
perlindungan dari mati dalam keadaan tenggelam
dan terbakar.’ Yaitu tenggelam di dalam air dan terbakar di dalam kobaran api.
Alasan meminta perlindungan dari sebab-sebab kematian semacam ini lantaran kematian
karena tenggelam atau terbakar merupakan ujian yang sangat berat dan mengerikan.
Hingga hampir setiap anak manusia tidak akan tahan dan sabar dengan penderitaan yang disebabkannya.
‘Meminta
perlindungan dari kerentaan.’ Ini berarti bahwa semakin manusia bertambah
usianya, maka semakin bertambah pula kepikunannya. Dalam kondisi seperti ini,
manusia akan menghabiskan sisa umurnya tanpa bisa menambah ilmunya.
‘Meminta
perlindungan dari godaan syetan.’ Yang dimaksudkan adalah godaan
iblis atau salah satu pengikutnya.
Maksud
dari kata التَّخَبُّطُ
(godaan) adalah merusak. Lebih jauh lagi, yang dimaksud ‘merusak’
di sini adalah merusak akal dan agama. Atau merusak jiwa manusia dengan
mempermainkannya sehingga menyebabkannya sakit.
Dalam
istilah bahasa Arab, kata التَّخَبُّطُ bisa mengandung makna lain. Melalui خبَّطهُ
الشَّيطانُ و تخبَّطهُ
kata tadi bisa diartikan syetan memberi seseorang penyakit dan
kemudian merusak keimanannya. Sedangkan makna sebenarnya kata الخبْط adalah memukul unta
dengan sesuatu secara pelan.
‘Saat
mati ((عند
الموت.’ kata الموت (al-Maut) dikhususkan
karena mengerjakan suatu amal kebaikan ataupun keburukan pasti memiliki batas
akhir, yaitu dengan datangnya kematian. Kematian memberikan sinyal kepada kita agar
kita selalu waspada kepadanya, seraya memohon perlindungan kepada Allah dari
hasutan-hasutan syetan yang dibisikkan kepada orang-orang mukmin saat menjelang
ajal. Ketika datang ajal, langkah-langkah manusia mulai terhenti disertai dengan
hilangnya kesadaran akal.
Al-Khattabi
berkata, “Maksud Rasulullah memohon perlindungan dari godaan syetan ketika mati
adalah berlindung dari penguasaan syetan terhadap dirinya saat ruh mulai
berpisah dari jasad. Sebab saat-saat itu merupakan kesempatannya untuk memengaruhi
dan menyesatkan manusia. Yaitu dengan mencoba menggoyahkan keteguhan hatinya serta
taubatnya; juga dengan mencegahnya dari perbaikan diri atau keluar dari kedzaliman
yang telah lalu. Bisa juga dengan menghembuskan rasa putus asa terhadap rahmat
Allah SWT. Dengan begitu, ia akan membenci datangnya kematian dan merasa
menyesal meninggalkan kehidupan dunia. Kalau sudah terkena godaan syetan, manusia
tidak ridha dengan ketetapan Allah SWT yang berupa kematian dan kepindahannya menuju alam
akhirat. Dan akhirnya, ia akan menutup akhir hayatnya dengan su’ul khatimah
dan bertemu Allah dalam keadaan marah.”[2]
Dalam
riwayat lain disebutkan bahwa syetan jarang menggoda anak cucu Adam secara sungguh-sungguh terkecuali saat anak Adam itu tengah mengalami sakaratul maut. Rasulullah bersabda, ”Janganlah
kalian menuruti hasutan mereka. Sesungguhnya jika hari-hari kematian itu telah
lewat, maka kamu sekali-kali tidak akan menemuinya lagi.”
Oleh
karena itu, seyogianya kita sebagai hamba Allah selalu
meminta perlindungan kepada-Nya dari keburukan dan godaan syetan. Kita juga memohon
kepada-Nya agar kita mendapatkan keberkahan saat mati nanti. Dan semoga Allah akan
menutup hari-hari kita dan seluruh umat Islam dengan kebahagiaan. Sehingga kita
akan merasakan hari terbaik saat bertemu dengan Allah SWT, Sang Pemilik jagat raya.
‘Meminta
perlindungan dari mati dalam keadaan membelakangi jalan-Mu.’ Ini bermaksud mati
dalam keadaan murtad atau mati dalam keadaan mengingat selain Allah SWT.
Al-Tayyibi
berpendapat, maksud dari ‘mati dalam keadaan membelakangi jalan-Mu’ adalah mati
dalam keadaan mencoba lari dari Sang Pencipta. Ibn Hajar al-Makky menguatkan
pendapat al-Tayyibi dengan mengatakan, arti kalimat tersebut adalah “Lari
dengan mengerjakan larangan Allah SWT atau benar-benar lari dari-Nya
dengan memurtadkan dirinya.”
Hadits
shahih di atas merupakan bagian dari cara Rasulullah dalam membimbing
umat Islam seluruhnya. Sebab itu, Rasulullah melarang umatnya
berbuat kerusakan di muka bumi. Beliau juga melarang umatnya melarikan diri
dari medan perang. Dan bahkan beliau pun melarang umatnya untuk tidak menerima
ujian dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya semisal penyakit kronis yang berkepanjangan.
Beliau selalu menganjurkan kepada umatnya untuk
senantiasa bersabar, bersyukur, dan bertawakal kepada Allah SWT.
Kemudian
yang terakhir ‘Meminta perlindungan dari mati dalam keadaan digigit (tersengat) hewan beracun dan berbisa.” Kata لديغberasal dari wazan فَعِيْلٌ yang memiliki arti sama jika menggunakan wazan مَفْعُوْلٌ. Ia sama-sama berasal dari kata الَّلدْغُ. Kata ini biasa digunakan dalam pelbagai
racun yang berasal dari kalajengking, ular ataupun
binatang yang berbisa lainnya.[3]
[1]Hadits
shahih, HR Imam Ahmad dalam‘Musnad Ahmad’, Juz III,
hlm. 423, Abu Daud dalam ‘Sunan Abi Daud’ no. 1552, Imam Nasa’i dalam ‘Sunan
Nasa’i’, Juz VIII, hlm. 282, dan Imam Hakim dalam ‘al-Mustadrak ‘Ala
al-Shahîhain’, Juz I, hlm. 531-532. Hadits ini juga telah
ditashih dan dikuatkan oleh Imam al-Dzahabi.
[2]Abu
al-Tayyib al-‘Adzim Abady dalam ‘Aunul Ma’bûd’, Juz IV, hlm. 287, Juga lihat syarahnya Imam al-Suyuti atas ‘Sunan
al-Nasâ’i’, Juz VIII, hlm. 283.
No comments:
Post a Comment