Sunday, December 8, 2013

Makanan Sedikit Kian Bertambah dan Mecukupi Berpuluh-puluh Sahabat



Abdurrahman bin Abu Bakar r.a. mengisahkan bahwa Ahlu Suffah termasuk golongan fakir dari generasi awal Islam. Rasulullah berkata, “Barangsiapa mempunyai makanan yang cukup dimakan dua orang, hendaklah dicukupkan bagi tiga orang. Barangsiapa mempunyai makanan yang cukup dimakan empat orang, hendaklah dicukupkan bagi lima atau enam orang.” Pada saat itu, Abu Bakar ikut makan malam di rumah Rasulullah hingga selesai jama’ah shalat Isya’ baru kemudian dia pulang ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Abu Bakar ditanya oleh istrinya, "Ada apa sehingga engkau pulang terlambat? Padahal para tamu yang engkau undang sudah lama menunggumu."
Abu Bakar balik bertanya kepada istrinya, "Belumkah kamu menjamu para tamu itu?"
Istrinya menjawab, "Makanan sudah dihidangkan sejak tadi, tetapi mereka tidak mau menyantap makanan itu sebelum engkau datang.”
Lalu aku pun menyingkir tetapi ayahku (Abu Bakar) memanggilku dengan nada marah, "Ke marilah kamu wahai Abdurahman!  Makanlah.”
“Demi Allah, aku tidak akan menyantap makanan ini,” jawabku.
Tetapi kemudian, kami pun memakannya. Demi Allah, setiap kali kami bersama para tamu mengambil makanan itu, maka saat itu pula makanan menjadi semakin banyak sehingga semuanya merasa kenyang bahkan makanan menjadi lebih banyak daripada sebelumnya. Ketika Abu Bakar melihat makanan itu menjadi semakin banyak, dia bertanya kepada istrinya, "Ada keajaiban apa ini?" Istrinya menjawab, "Memang, sayangku, makanan kini menjadi tiga kali lipat lebih banyak.”
Abu Bakar akhirnya turut mencicipi makanan tersebut dengan mengatakan, "Sungguh, sumpahku tadi agar tidak menyantap makanan ini adalah sumpah dari setan.” Setelah Abu Bakar mencicipi makanan itu, sisanya dia bawa kepada Nabi untuk diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Lalu kami mengundang para sahabat untuk hadir di rumah Nabi. Setelah mereka datang, Nabi membagi kami menjadi 12 kelompok dan masing-masing dipimpin oleh satu orang. Hanya Allah Yang Maha Tahu berapa jumlah orang dalam tiap kelompok. Kemudian mereka semua menyantap makanan tersebut.[1]

Keajaiban Makanan: Porsi 10 Orang Untuk 3.000 Orang
Mukjizat Nabi Saw juga pernah muncul dalam keajaiban makanan. Misalkan pada kisah porsi makanan yang semula jumlahnya hanya cukup untuk 10 orang kemudian mampu untuk mencukupi 3.000 orang prajurit Islam.
Jabir bin Abdullah r.a meriwayatkan, “Tatkala menggali parit, aku melihat perut Rasulullah dalam keadaan kurus karena menahan lapar. Kemudian aku pulang ke rumah untuk menemui istriku. ‘Adakah kamu mempunyai sesuatu yang bisa dimakan, wahai istriku?’
Lalu istriku mengeluarkan gandum dari dalam karung kecil dan menyediakan seekor anak kambing. Anak kambing itu segera aku sembelih dan gandum itu aku tumbuk hingga halus. Daging kambing itu aku masak dalam wajan, sedangkan tepung gandum itu aku masukkan ke dalam tempat pembuatan roti. Setelah itu, ketika aku hendak kembali ke tempat Rasulullah istriku berpesan, ‘Wahai suamiku, janganlah engkau mempermalukan aku di hadapan Rasulullah dan para sahabat.’ Oleh sebab itu, aku langsung menemui Rasulullah seraya berbisik kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, aku telah memasak kambing kepunyaanku. Dan istriku juga telah membuat adonan segantang gandum. Sudilah kiranya engkau datang  ke rumahku bersama seorang atau dua orang sahabatmu.’
Akan tetapi Rasulullah berteriak, ‘Wahai para penggali parit, mari kita datang ke rumah Jabir bin Abdullah. Sesungguhnya dia telah membuat hidangan untuk kalian semua. Marilah kita makan secara bersama-sama.’ Lalu Rasulullah berkata kepada Jabir, ‘Janganlah kamu menurunkan wajanmu dan adonan rotimu sebelum aku datang.’ Aku pun lantas pulang dan tak lama kemudian Rasulullah datang mendahului para sahabat. Ketika aku menemui istriku, dia berkata, ‘Bagaimana engkau ini, wahai suamiku?’ Aku menjawab, ‘Aku telah melakukan apa yang kamu pesankan kepadaku, wahai istriku.’ Lalu aku mengeluarkan wajan dan adonan roti. Kemudian Rasulullah berdo’a dan memberi tiupan kepadanya sebelum kami sajikan.
Sesudah itu, Rasulullah berkata kepada isteriku, ‘Panggilah tukang roti untuk membantumu memasak. Dan nanti gulai yang ada di dalam wajan ini langsung kamu tuangkan ke dalam masing-masing mangkok, dan kamu jangan sekali-kali menurunkan wajanmu ini.’ Saat itu, para sahabat berjumlah seribu orang –dalam riwayat lain disebutkan tiga ribu sahabat. Demi Allah, semuanya turut makan dan setelah itu mereka pergi. Tetapi gulai yang ada di wajan dan adonan roti tetap tersisa seperti sedia kala.”[2]

Semangkuk Bubur Dimakan Seratus Orang
Samrah bin Jundub r.a. berkisah, “Ketika kami bersama Rasulullah, tiba-tiba ada seseorang mendatangi beliau dan memberinya semangkuk bubur. Lalu beliau memakannya bergiliran dengan sahabat-sahabat lain yang berada di dekatnya hingga semuanya kebagian dan merasa kenyang. Salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, ‘Apakah bubur ini tidak ada habis-habisnya, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Apabila bubur ini dari dunia maka pastilah akan habis, namun bila bubur ini dari atas (langit) maka dia tidak akan pernah habis’.”[3]
Tak diragukan lagi bahwa sumber bubur ini benar-benar dari langit!

Gandum Pemberian Rasulullah yang Membawa Berkah
Jabir bin Abdullah r.a. meriwayatkan, “Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah meminta makanan. Lalu beliau memberikan setengah gantang gandum kepadanya. Kemudian gandum itu dimasak dan dimakan oleh laki-laki itu beserta keluarganya, dan para tamu-tamu yang datang kepadanya. Sehingga, pada suatu ketika, dia merasa heran karena gandum pemberian Rasulullah itu tiada habis-habisnya. Dia lantas menakar gandum itu. Setelah itu, dia mendatangi lagi Rasulullah dan menceritakan peristiwa menakjubkan yang dia alami. Beliau pun berkata, ‘Seandainya kamu tidak menakar gandum itu, kamu akan dapat memakan selamanya’.”[4]


[1]Hadits Shahih, HR Bukhari (3581), dan HR Muslim.
[2]Hadits Shahih, HR Bukhari dan HR Muslim.
[3]HR Ahmad (5/12, 18).
[4]Hadits Shahih, HR Muslim (4/1784).

No comments:

Post a Comment