Pada suatu
hari seorang budak perempuan Shafiyah binti Huyay[1]
datang kepada Umar bin Khattab dan mengabarkan, "Sesungguhnya Shafiyah
menyukai hari Sabtu dan masih menjalin tali silaturrahim dengan orang
Yahudi."
Mendengar
kabar itu, Umar segera mengirim orang kepada Shafiyah untuk mempertanyakan
kebenarannya. Kepada orang yang dikirim Umar, Shafiyah menyatakan, "Adapun
hari Sabtu, saya sudah tidak menyukainya setelah Allah SWT menggantinya dengan
hari Jum'at. Adapun hubungan saya dengan kaum Yahudi, itu murni karena masih
ada kerabat yang harus saya jalin tali silaturrahimnya."
Setelah
diklarifikasi, Umar memanggil budak perempuan tadi dan bertanya, "Siapa
yang memancing kamu untuk memberitahu tentang hal itu."
Budak itu menjawab singkat, "Syaitan.” Umar kemudian
meminta, "Pergilah, kamu sudah merdeka."
Ibu Bagi Kaum Miskin
Salah
seorang istri Nabi yang bernama Zainab binti Khuzaimah al-Hilaliyah adalah
seorang perempuan lemah lembut dan lebih dikenal sebagai ibu bagi kaum miskin mengingat
kebaikannya yang tiada batas. Dia terlihat sering memberi makan fakir miskin
dan bersedekah untuk mereka.
Dia
seorang janda dari sahabat Nabi, Abdullah bin Jahsy, yang mati syahid ketika
perang Uhud. Lalu, Nabi Saw menikahinya. Namun tidak lama setelah pernikahan
mereka, sekitar 2-3 bulan, Zainab meninggal dunia.[2]
Kedermawanan dan
Kebaikan
Zainab binti
Jahsy waktu itu masih berstatus sebagai istri Zaid bin Haritsah.
Zaid kemudian menceraikannya. Setelah itu dia dinikahi oleh Nabi Saw dengan
perintah langsung dari Allah melalui suatu ayat di dalam Al-Qur'an, tanpa
seorang wali ataupun saksi.[3]
Karena itu, dia bangga dengan status ini dan sering menceritakannya kepada
istri-istri Nabi Saw yang lain. "Kalian dinikahkan oleh keluarga kalian, sementara
saya dinikahkan langsung oleh Allah dari atas singgasana-Nya."[4]
Zainab
termasuk perempuan yang wara' (berhati-hati dan waspada), agamis dan
terkenal dermawan. Barazah binti Rafi' pernah memberi kesaksian, "Pada
suatu waktu, Umar mengirimkan bagian [jatah uang] Zainab. Zainab berkata, 'Semoga
Allah mengampuni Umar, masih banyak yang lebih membutuhkannya daripada
saya'."
Orang yang diperintah Umar untuk memberikan uang itu
mempertegas, "Semua ini untuk Anda."
Zainab menjawab, "Subhanallah!" Sambil menutupi
wajahnya dia berkata, "Letakkanlah dan taruh kain di atasnya." Lalu Zainab
menoleh kepada Barazah, "Masukkan tanganmu dan ambil secukupnya. Kemudian
pergilah ke keluarga fulan dan fulan (baik yang yatim atau yang masih punya
hubungan tali silaturrahim)."
Zainab
membagi-bagikan jatah uangnya hingga tersisa sedikit. Barazah mengatakan kepada
Zainab, "Semoga Allah mengampunimu, demi Allah saya akan mendapat
pahalanya juga karena telah membantumu."
Lalu Zainab berkata, "Kamu juga masih dapat bagian
di bawah kain itu." Barazah membukanya dan ternyata di sana masih tersisa 85
dirham. Setelah itu, Zainab mengangkat tangannya ke langit dan berdo’a,
"Ya Allah, saya sudah tak bisa membagi-bagikan pemberian Umar setelah
tahun ini.”
Tahun
itu pula Zainab wafat. Dan dia termasuk istri Nabi Saw yang paling cepat
meninggal sesuai dengan prediksi kenabian Rasulullah, "Di antara kalian
yang paling cepat menyusul diriku adalah yang paling dermawan."[5]
No comments:
Post a Comment