Friday, January 24, 2014

Rasulullah tak Akan Menelantarkanku!


            Di antara tradisi sahabat Anshar adalah menanyakan kepada Nabi Saw tentang apakah beliau berminat menikahi anak gadis mereka. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi mengatakan kepada salah seorang dari mereka, "Saya ingin melamar anak perempuanmu."
Sahabat itu menjawab, "Baik, demi kemuliaan Rasulullah Saw dan pelipur mataku."
Kemudian Nabi Saw menjelaskan, "Saya tidak ingin menikahinya buat diriku."
Ayah perempuan itu pun bertanya, "Jadi buat siapa wahai Rasulullah?"
"Untuk Julaibib," ucap Nabi Saw.
            Menanggapi keinginan Nabi, sang ayah perempuan yang dilamar oleh Nabi mengatakan, "Saya akan musyawarahkan dulu dengan ibunya [istrinya di rumah]."
Dia lalu memberitahu istrinya, "Rasulullah datang kepadaku melamar anak perempuan kita, apa pendapatmu?"
Istrinya menjawab, "Ya, saya setuju, betapa bahagianya."
Sang suami melanjutkan, "Nabi tidak melamar buat dirinya tapi buat Julaibib," terang suaminya.
"Julaibib?! Julaibib?! Julaibib?!" ucap si istri keheranan. Lanjutnya, "Demi Allah, saya tidak akan mengizinkannya."
            Mendengar percakapan kedua orang-tuanya, anak perempuan itu bertanya kepada si ibu, "Siapa yang melamar saya, wahai ibu?"
Si ibu memberitahu perihal lamaran Rasulullah tersebut. "Kalian mau menolak permintaan Nabi? Tak apa, saya setuju karena Rasul tak akan menelantarkanku," tegas anak perempuannya sambil memantapkan diri.
            Sang ayah kemudian pergi menemui Nabi Saw untuk memberitahukan ihwal hasil musyawarah keluarga. Nabi lalu memutuskan, "Jika itu sudah kamu putuskan maka nikahkan putrimu dengan Julaibib."
            Pada suatu hari setelah kecamuk perang yang diikuti Nabi Saw usai, beliau bertanya kepada para sahabat, "Siapa saja yang mati syahid?"
Lalu para sahabat menghitung sejumlah nama yang gugur di medan perang hingga benar-benar yakin tidak ada lagi yang terlewatkan. Tapi Nabi Saw masih mendesak, "Coba diperhatikan lagi!"
Para sahabat memastikan, "Sudah tidak ada lagi, wahai Rasulullah."
“Tapi, saya kehilangan Julaibib. Tolong carikan dia. Barangkali ada di antara yang gugur," pinta Nabi Saw.   
            Para sahabat kemudian mencari Julaibib. Ternyata mereka menemukan mayat Julaibib di antara tujuh mayat musuh yang dikalahkannya sebelum dirinya bersimbah darah. Para sahabat memberitahu Nabi Saw. "Ini dia Julaibib. Dia ditemukan di antara mayat-mayat musuh yang dibunuhnya," ujar salah seorang sahabat.
Lantas, Nabi menghampiri mayat Julaibib dan berkata, “Dia bagian dariku dan aku bagian darinya.” Sampai tiga kali Nabi mengulangi perkataannya itu. Setelah itu Julaibib dikuburkan dan tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa mayatnya dimandikan terlebih dulu.
            Beberapa riwayat mencatat bahwa di antara kaum Anshar di Madinah tidak ada perempuan yang lebih dermawan daripada istri Julaibib. Hal ini berkat kerelaan dan ketulusannya untuk dinikahi oleh Julaibib sebagaimana diinginkan oleh Nabi Saw. Saat itu Nabi sempat mendoakan perempuan ini, "Ya Allah, curahkanlah kebaikan kepadanya dan jangan jadikan kehidupan perempuan ini sulit."[1]


[1]Ahmad (4/422).

No comments:

Post a Comment