Di antara tradisi sahabat Anshar adalah menanyakan kepada Nabi Saw tentang apakah beliau berminat menikahi anak gadis mereka. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi mengatakan kepada salah seorang dari mereka, "Saya ingin melamar anak perempuanmu."
Sahabat itu menjawab, "Baik, demi kemuliaan
Rasulullah Saw dan pelipur mataku."
Kemudian Nabi Saw menjelaskan, "Saya tidak ingin
menikahinya buat diriku."
Ayah perempuan itu pun bertanya, "Jadi buat siapa
wahai Rasulullah?"
"Untuk Julaibib," ucap Nabi Saw.
Menanggapi
keinginan Nabi, sang ayah perempuan yang dilamar oleh Nabi mengatakan,
"Saya akan musyawarahkan dulu dengan ibunya [istrinya di rumah]."
Dia lalu memberitahu istrinya, "Rasulullah datang kepadaku
melamar anak perempuan kita, apa pendapatmu?"
Istrinya menjawab, "Ya, saya setuju, betapa
bahagianya."
Sang suami melanjutkan, "Nabi tidak melamar buat dirinya
tapi buat Julaibib," terang suaminya.
"Julaibib?! Julaibib?! Julaibib?!" ucap si
istri keheranan. Lanjutnya, "Demi Allah, saya tidak akan mengizinkannya."
Mendengar
percakapan kedua orang-tuanya, anak perempuan itu bertanya kepada si ibu,
"Siapa yang melamar saya, wahai ibu?"
Si ibu memberitahu perihal lamaran Rasulullah tersebut.
"Kalian mau menolak permintaan Nabi? Tak apa, saya setuju karena Rasul tak
akan menelantarkanku," tegas anak perempuannya sambil memantapkan diri.
Sang
ayah kemudian pergi menemui Nabi Saw untuk memberitahukan ihwal hasil
musyawarah keluarga. Nabi lalu memutuskan, "Jika itu sudah kamu putuskan
maka nikahkan putrimu dengan Julaibib."
Pada
suatu hari setelah kecamuk perang yang diikuti Nabi Saw usai, beliau bertanya kepada
para sahabat, "Siapa saja yang mati syahid?"
Lalu para sahabat menghitung sejumlah nama yang gugur di
medan perang hingga benar-benar yakin tidak ada lagi yang terlewatkan. Tapi
Nabi Saw masih mendesak, "Coba diperhatikan lagi!"
Para sahabat memastikan, "Sudah tidak ada lagi,
wahai Rasulullah."
“Tapi, saya kehilangan Julaibib. Tolong carikan dia.
Barangkali ada di antara yang gugur," pinta Nabi Saw.
Para
sahabat kemudian mencari Julaibib. Ternyata mereka menemukan mayat Julaibib di antara
tujuh mayat musuh yang dikalahkannya sebelum dirinya bersimbah darah. Para
sahabat memberitahu Nabi Saw. "Ini dia Julaibib. Dia ditemukan di antara
mayat-mayat musuh yang dibunuhnya," ujar salah seorang sahabat.
Lantas, Nabi menghampiri mayat Julaibib dan berkata, “Dia
bagian dariku dan aku bagian darinya.” Sampai tiga kali Nabi mengulangi
perkataannya itu. Setelah itu Julaibib dikuburkan dan tidak ada riwayat yang
menyebutkan bahwa mayatnya dimandikan terlebih dulu.
Beberapa
riwayat mencatat bahwa di antara kaum Anshar di Madinah tidak ada perempuan
yang lebih dermawan daripada istri Julaibib. Hal ini berkat kerelaan dan
ketulusannya untuk dinikahi oleh Julaibib sebagaimana diinginkan oleh Nabi Saw.
Saat itu Nabi sempat mendoakan perempuan ini, "Ya Allah, curahkanlah
kebaikan kepadanya dan jangan jadikan kehidupan perempuan ini sulit."[1]
No comments:
Post a Comment