Kualitas tertinggi dari sebuah kepemimpinan terletak pada kemampuan Anda dalam menggenggam integritas mutlak. Sukses dalam skala apapun tidak akan dapat tercapai tanpanya: apakah Anda berada di suatu jalan kecil, di lapangan sepakbola, dalam korps militer, ataukah di kantor.
Dwight
David Eisenhower
Presiden
ke-34 Amerika Serikat, 1953-1961
TAHUN 1989 menjadi tonggak penting dalam
perjalanan hidup seorang Benhur Tomy Mano. Setelah sekitar tiga tahun mengikuti
pendidikan dan penggemblengan mental di kawah candradimuka Akademi Pemerintahan
Dalam Negeri (APDN) Yoka, Kota Jayapura, dia dinyatakan lulus dengan gelar
Sarjana Muda bidang pemerintahan. Dia pun tampil sebagai salah satu kader
pemerintahan yang tangguh bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bersyukur,
Benhur Tomy Mano tidak perlu berpanas-panas berjalan menyusuri jalanan ibukota
(Provinsi Papua) yang panas, mengetuk satu per satu pintu perusahaan atau
kantor pemerintahan, menyorongkan selembar ijazah yang baru diperolehnya dari bangku
perguruan tinggi. Sebagai lulusan sebuah perguruan tinggi kedinasan, Tomy Mano
tak harus repot-repot mengikuti ketatnya persaingan berebut kursi calon
pengawai negeri sipil (CPNS) yang semakin ketat dari tahun ke tahun. Secara institutif,
sebagai tenaga berkompetensi ilmu pemerintahan yang dibutuhkan oleh instansi
pemerintahan di lingkungan Departemen (Kementerian) Dalam Negeri, dia sudah
ditunggu oleh satu kursi di kantor Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten
Jayapura.
Berkarir sebagai
Birokrat
Di
tahun 1989 yang merambat ke tahun 1990 itu, Benhur Tomy Mano langsung menyandang
status CPNS di lingkungan kantor Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten
Jayapura. Tatkala statusnya meningkat sebagai PNS pada tahun 1991, dia langsung
diangkat menjadi Kepala Perwakilan Kecamatan Skamto, Kabupaten Jayapura.
Sebagai putera asli Papua, Tomy Mano tidak mengalami kesulitan dalam mengemban
amanah sebagai kepala perwakilan kecamatan. Dia mampu berkomunikasi secara baik
dengan warga masyarakat Kecamatan Skamto.
Berkat
kinerja yang baik, tahun 1992, Tomy Mano naik jabatan. Di tahun itu dia
diangkat menjadi Pejabat Sementara (Pjs) Sekretaris Wilayah Kecamatan
(Sekwilcam) Kaureh di Lereh, masih di wilayah kerja Kabupaten Jayapura.
Tahun
belum berganti , masih pada kalender 1992, Tomy Mano kembali naik jabatan. Kendari
masih di wilayah Kaureh, kali ini dia dipercaya mengemban amanah sebagai
Pelaksana Tugas (Plt) Camat Kaureh. Sekali lagi, berkat skill manajemen
pemerintahan yang dimilikinya, dia lancar-lancar saja menjalani tugas dan
kewenangan sebagai pelaksana tugas camat. Di distrik ini dia memimpin lima
desa, masing-masing Lapaa, Sebum, Soskotek, Umbron dan Yadouw.
Hanya
dalam hitungan bulan, Tomy Mano berada di kursi Plt Camat Kaureh. Pemerintah
Kabupaten Jayapura menilai kinerja Tomy Mano cukup mengkilap. Di saat kalender
belum bergeser ke angka 1993, dia memperoleh kepercayaan menempati kursi Kepala
Sub-bagian Perangkat Wilayah pada Bagian Sekretariat Wilayah Daerah (Setwilda)
Tingkat II Kabupaten Jayapura.
Dengan
semakin meningkatnya skala jabatan yang diemban, Tomy Mano merasa bekal
keilmuannya kurang mampu mengimbangi beban pekerjaan yang jelas semakin
bertambah banyak. Di sela-sela kesibukannya menjalankan rutinitas tugas
pengabdian di kantor pemerintahan Kabupaten Jayapura, dia meluangkan waktu melanjutkan
pendidikannya ke jenjang strata satu (S-1/Sarjana) di Institut Ilmu
Pemerintahan (IIP) di Jakarta.
Sekadar
pengetahuan, pada perkembangannya, lulusan APDN memang dinilai masih perlu meningkatkan
diri dalam rangka upaya lebih menjamin terbentuknya kader-kader pemerintahan
yang ”qualified leadership and manager
administrative”, terutama dalam menyelenggarakan tugas-tugas urusan
pemerintahan umum. Kebutuhan ini mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan
pendidikan aparatur di lingkungan Departemen Dalam Negeri setingkat Sarjana, lalu
dibentuklah Institut Ilmu Pemerintahan ( IIP ) yang berkedudukan di Kota Malang,
Jawa Timur, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) No. 8 Tahun 1967, yang selanjutnya
dikukuhkan dengan Keputusan Presiden Nomor 119 Tahun 1967. Peresmian berdirinya
IIP di Malang ditandai dengan peresmian oleh Presiden Soekarno pada tanggal 25
Mei 1967.
Pada
tahun 1972 Institut Ilmu Pemerintahan ( IIP) yang berkedudukan di Malang Jawa
Timur dipindahkan ke Jakarta melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 94
Tahun 1972. Dan pada tanggal 9 Maret 1972, kampus IIP yang terletak di Jakarta
diresmikan oleh Presiden Soeharto yang menegaskan, “Dengan peresmian kampus
Institut Ilmu Pemerintahan, mudah-mudahan akan menjadi kawah candradimuka
Departemen Dalam Negeri untuk menggembleng kader-kader pemerintahan yang
tangguh bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Dengan
pertimbangan untuk menjamin terbentuknya wawasan nasional dan pengendalian
kualitas pendidikan, pada tahun 1988 Menteri Dalam Negeri (waktu itu) Rudini
melalui Keputusan Nomor 38 Tahun 1988 Tentang Pembentukan Akademi Pemerintahan
Dalam Negeri Nasional. APDN Nasional kedua dengan program D III berkedudukan di
Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, yang peresmiannya dilakukan oleh Mendagri
tanggal 18 Agustus 1990. APDN Nasional ditingkatkan statusnya (berdasarkan
Kepres Nomor 42 Tahun 1992 tentang Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri) menjadi
STPN dengan program studi D III yang diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal
18 Agustus 1992. Mulai 1995, bertititk tolak dari keinginan dan kebutuhan untuk
lebih mendorong perkembangan karir sejalan dengan peningkatan eselonering
jabatan dalam sistem kepegawaian Republik Indonesia, program studi ditingkatkan
menjadi program D-IV. Keberadaan STPDN dengan pendidikan profesi (program D-IV
) dan IIP yang menyelenggarakan pendidikan akademik program sarjana ( Strata I
), menjadikan Departemen Dalam Negeri memiliki dua (2) Pendidikan Tinggi
Kedinasan dengan lulusan yang sama dengan golongan III/a.
Kebijakan
Nasional mengenai pendidikan tinggi sejak tahun 1999 --antara lain yang
mengatur bahwa suatu Departemen tidak boleh memiliki dua atau lebih perguruan
tinggi dalam menyelenggarakan keilmuan yang sama-- mendorong Departemen Dalam
Negeri mengambil langkah mengintegrasikan STPDN ke dalam IIP . Usaha
pengintegrasiaan STPDN ke dalam IIP secara intensif dan terprogram sejak tahun
2003 sejalan dengan dikeluarkannya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pengintegrasian terwujud dengan ditetapkannya Keputusan
Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan STPDN ke dalam IIP dan
sekaligus mengubah nama IIP menjadi Institut Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN
). Tujuan penggabungan STPDN ke dalam IIP tersebut, selain untuk memenuhi
kebijakan pendidikan nasional juga buat meningkatkan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan kader pamongpraja di lingkungan Departemen Dalam
Negeri. Kemudian Keppres Nomor 87 Tahun 2004 ditindak-lanjuti dengan Keputusan
Mendagri Nomor 892.22-421 tahun 2005 tentang Pelaksanaan Penggabungan dan
Operasional Institut Pemerintahan Dalam Negeri, disertai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja IPDN
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2005 Tentang Statuta IPDN
serta peraturan pelaksanaan lainnya.
Sesuai
dengan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Keputusan
Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan
Dalam Negeri ke dalam Institut Ilmu Pemerintahan menjadi IPDN, Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2009 tentang Statuta Institut Pemerintahan
Dalam Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Bahwa IPDN
merupakan salah satu komponen di lingkungan Kementerian Dalam Negeri yang
melaksanakan tugas menyelenggarakan pendidikan tinggi kepamongprajaan. Sejalan
dengan tugas dan fungsi melaksanakan pendidikan tinggi kepamongprajaan serta
dengan mempertimbangkan tantangan, peluang dan pilihan-pilihan strategik yang
akan dihadapi dalam lima tahun ke depan, Renstra IPDN 2010-2014 disusun dengan
memperhatikan pencapaian program dan kegiatan yang dilakukan agenda pembangunan
pada lima tahun terakhir (2005¬2009), serta kondisi internal dan dinamika eksternal
lingkup IPDN.
Kembali
ke perjalanan karir seorang Benhur Tomy Mano. Kendati Tomy Mano tetap aktif
mengemban amanat sebagai Kasubbag Perangkat Wilayah pada Setwilda Tingkat II
Kabupaten Jayapura, dia berhasil menuntaskan pendidikannya di IIP pada tahun
1994. Dia pun berhak menyandang gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan. Sampai tahun 1996,
dia menjadi Kasubbag Perangkat Wilayah pada Setwilda Tingkat II Kabupaten
Jayapura.
Menjelang
akhir 1996, Tomy Mano diangkat menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Camat Distrik Nimbokrang,
Kabupaten Jayapura. Di Distrik Nimbokrang, beban wilayah yang harus dipimpinnya
relatif lebih luas dibandingkan saat memimpin Distrik Kaureh. Sebagai Plt
Camat, di sini dia memimpin sembilan kelurahan/desa, yakni Benyom Jaya I,
Benyom Jaya II, Benyom, Berap, Hamograng, Nimbokrang, Nimbokrang Sari, Rhepang
Muarif dan Wahab. Sekali lagi, sebagai putera daerah yang memahami benar potret
antropologi dan sosiologi masyarakat Papua, kepemimpinan Tomy Mano yang
berjalan sampai 1999 tersebut berhasil meningkatkan spirit dan gairah hidup
masyarakat setempat. Warga masyarakat Distrik Nimbokrang mengalami banyak
kemajuan sosial-ekonomi.
Memasuki
tahun 2000, Tomy Mano “berurbanisasi” dari Kabupaten Jayapura ke Kota Jayapura.
Di ibukota Provinsi Papua ini, dia memperoleh penugasan sebagai Camat Abepura. Sebuah
apresiasi yang cukup baik bagi seorang aparatur pemerintahan daerah yang di
masa-masa sebelumnya berjibaku mengembangkan dan memajukan berbagai wilayah
yang relatif tertinggal di berbagai distrik di Kabupaten Jayapura.
Berkat
pengalamannya yang relatif panjang di Distrik Kaureh dan Distrik Nimbokrang,
kinerja Tomy Mano dalam memimpin Kecamatan Abepura lumayan berhasil. Dia juga
mampu membawa Kecamatan Abepura menjadi lebih baik daripada masa-masa
sebelumnya. Keberhasilannya itu diapresiasi dengan promosi jabatan. Tepatnya di
tahun 2005, dia beroleh promosi jabatan diangkat sebagai Kepala Dinas
Pendapatan Daerah Pemerintah Kota Jayapura.
Promosi
ini sejalan pula dengan langkahnya melengkapi diri dengan pengetahuan manajemen
yang diperolehnya selama mengikuti Program Pascasarjana Magister Manajemen pada
Universitas Cenderawasih, Kota Jayapura. Sebuah pendidikan profesi manajemen
yang berhasil dituntaskannya pada tahun 2005.
Karir Kepala Dispenda
yang Cemerlang
Berbekal
keprofesional manajemen, selama menjabat Kepala Dinas Pendapatan Daerah
(2005-2010), Tomy Mano berhasil mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Jayapura secara apik dan optimal. Dari analisa data dan pengamatan praktis
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan PAD Kota Jayapura terus mengalami
peningkatan yang berarti mulai tahun anggaran 2005, bahkan pada tahun anggaran
2008 PAD melampaui target. Dari target Rp28,5 miliar ternyata terealisasi
sekitar Rp37 miliar.
Dia
mampu memperlihatkan komitmen Pemerintah Kota Jayapura untuk meningkatkan
kinerja pelayanan secara serius dan terintegrasi. Dia berusaha melakukan
intensifikasi dan perluasan cakupan pemungutan berbagai sumber PAD secara terencana
dengan baik, terkoordinasi dan menyeluruh.
Dia
cukup intens melakukan intensifikasi pajak daerah Kota Jayapura. Intensifikasi
merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam usaha meningkatkan
efisiensi dan efektivitas, dalam arti melakukan alokasi sumber daya secara
tepat untuk menghasilkan output yang
optimal.
Intensifikasi
pajak daerah yang dilakukan dalam bentuk, antara lain:
·
Pendataan. Terutama update (pemutakhiran) data wajib pajak dan retribusi yang meliputi
wajib pajak dan retribusi lama yang masih aktif dan wajib pajak baru.
·
Penetapan. Dengan menyesuaikan besaran
ketetapan pajak atau retribusi disesuaikan dengan omzet penjualan berdasarkan
pemantauan.
·
Penagihan. Terutama penagihan aktif, yaitu mengupayakan agar wajib pajak
secara sadar tanpa ditagih bersedia menunaikan kewajibannya. Yang telah
dilaksanakan adalah penagihan secara langsung mendatangi wajib pajak.
·
Pembukuan dan Pelaporan. Dengan melakukan penertiban
pembukuan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan membuat laporan penerimaan
dan tunggakan pajak secara tepat waktu agar dapat digunakan sebagai bahan
pengambilan keputusan yang efektif.
·
Perencanaan dan Pengendalian
Operasional.
Ø
Merencanakan
kegiatan-kegiatan berdasarkan hasil evaluasi kegiatan sebelumnya.
Ø
Melaksanakan
pengendalian atau pengawasan dalam setiap kegiatan pengelolaan pendapatan yang
efektif.
Ø
Melaksanakan
koordinasi dan konsultasi dengan instansi-instansi terkait dengan pendapatan
daerah.
Ø
Membangun
komunikasi dan penyuluhan kepada wajib pajak dan retribusi. Penyuluhan dilakukan
secara simultan dalam bentuk tatap muka dengan para wajib pajak; membentangkan
spanduk; menyebarkan selebaran dan stiker imbauan; mendekati wajib pajak dengan
mobil keliling; dialog interaktif melalui media massa (televisi dan radio); dan
menyelenggarakan pekan panutan (memberikan contoh pejabat membayar pajak).
Dari
langkan intensifikasi tersebut, tergambar realisasi pajak daerah tahun anggaran
2000-2008:
·
Pada
tahun 2000 sampai dengan tahun 2008, Pajak Restoran tergabung dalam Pajak
Hotel.
·
Tunggakan
dan denda pajak dibukukan dalam ayat penerimaan induk.
Mengingat
penggunaan pajak daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan umum daerah
dan pembangunan daerah, peran pajak daerah menjadi amat penting. Perkembangan
pajak daerah Kota Jayapura dari tahun anggaran 2000 sampai dengan tahun
anggaran 2008 cukup signifikan, dan berkontribusi pada total PAD dengan
pertumbuhan rata-rata naiksekitar 112 persen.
Seelain
itu, selama berada di kursi Kepala Dinas Pendapatan Daerah, Tomy Mano juga secara
terus-menerus melakukan riset dan inovasi dalam upaya meningkatkan PAD. Dia
berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada setiap unit yang bertanggung-jawab
mengelola PAD –terutama dalam peningkatan kualitas pelayanan dan pengendalian
operasional.
Sebagai
pemimpin di Kantor Dinas Pendapatan Daerah, Tomy Mano aktif meningkatkan
kualitas dan pembinaan aparatur pengelola PAD. Misalkan dalam upaya
meningkatkan pemasukan retribusi parkir di Kota Jayapura. Melalui Pemerintah Kota
Jayapura, Dinas Pendapatan Daerah sempat menyelenggarakan pelatihan juru parkir
agar lebih mampu dalam mengelola area parkir secara efisien dan efektif. Selain
itu, dia pun aktif memperbarui peralatan komputer dan membangun sistem online untuk meminimalisir kebocoran
pemasukan PAD.
Menjaga Integritas
Benhur
Tomy Mano menyadari benar bahwa posisinya sebagai Kepala Dinas Pendapatan Daerah
merupakan sebuah ujian. Di jabatan ini dia berhadapan dengan mobilisasi dan
pengelolaan dana rakyat yang dikumpulkan melalui pajak daerah dan retribusi. Banyak
pejabat di posisi ini yang tergelincir gara-gara tidak amanah menjaga dana
rakyat. Di sinilah Tomy Mano merasa tertantang untuk menjaga citra dan
integritas dirinya. Di sini pula dia dituntut untuk efektif menjalankan semua
tugas dan kewenangan yang dipikulkan pada pundaknya. Dia berusaha menjadi
pemimpin yang efektif penuh integritas di lingkungan Dinas Pendapatan Daerah
Kota Jayapura.
Kata
orang bijak, pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memiliki integritas
dalam masalah uang. Banyak pemimpin yang sangat andal jatuh gara-gara melanggar
integritas mereka dalam masalah uang. Sebenarnya, integritas tidak semata-mata menyangkut
masalah uang. Pun terkait dengan rasa aman. Integritas amat penting bagi
seorang pemimpin agar merasa aman dan nyaman dalam mengembangkan ide-ide
kreatif selama masa kepemimpinannya.
Rasa
aman sangat penting bagi seorang pemimpin untuk menjalankan kekuasaan dan
otoritasnya. Bila seorang pemimpin merasa tidak aman, dia akan membuat
orang-orang di sekitarnya menderita, yang pada akhirnya akan membuat dirinya sendiri
serta pekerjaannya turut menderita, dan gagal tampil sebagai seorang pemimpin.
Pemimpin yang memiliki rasa aman mampu berfokus dalam kepemimpinannya. Karena
tujuannya jelas, yaitu mencapai visi dan misi bersama. Rasa aman akan
memberinya keberanian untuk mengambil tindakan atau kebijakan walau tidak
popular sekalipun.
Integritas
--dalam hal kemurnian-- adalah satu tantangan yang sangat besar bagi para
pemimpin. Keberhasilan sering kali memberi kesempatan bagi para pemimpin jatuh
ke dalam percobaan. Pendek kata, integritas amatlah penting.
Mengapa
Integritas demikian penting? Sebab, demikian benang merah dari berbagai
literatur, Integritas memberikan Kuasa kepada kata-kata kita, memberikan
kekuatan bagi rencana-rencana kita dan memberikan daya (force) bagi tindakan kita.
Secara
etimologis, integritas berasal dari kata latin “integrated “ yang artinya
komplit, utuh dan sempurna. Yang berarti tidak ada cacat.
Pemimpin
yang berintegritas adalah pemimpin yang tanpa kedok. Pemimpin yang
berintegritas bertindak sesuai dengan ucapan, sama di depan dan di belakang
umum, konsisten antara apa yang diimani dan apa yang dilakukannya, antara sikap
dan tindakan, antara nilai hidup yang dianut dan hidup yang nyata dijalankan.
Pemimpin yang berintegritas adalah pemimpin yang matang, tanpa kompromi, dan menolak
pengakuan sekadar untuk dirinya sendiri. Di dalam menjalankan hidup serta
pelayanannya, pemimpin yang matang dan berintegritas benar-benar fokus untuk
mencapai tujuan yang mulia. Seorang Pemimpin berintegritas adalah pemimpin yang
memegang teguh etika dan moral.
Integritas
dalam keberadaan benar di hadapan Tuhan dan benar pada diri sendiri, Integritas
dalam berpikir, integritas dalam berkomunikasi. Kunci mengembangkan Integritas adalah
memperhatikan hal-hal kecil, misalkan berkata “TIDAK“pada cobaan dan Jangan
bedakan kehidupan di depan umum.
Integritas
juga tak terlepas dari profesionalitas. Profesionalitas adalah integritas yang
teruji. Abdi negara yang profesional adalah abdi negara yang memiliki
integritas yang teruji, tidak suka menggunakan aji mumpung memanfaatkan
kesempatan dalam kesempitan, apalagi kesempatan dalam tanda petik yang selalu
bermakna negatif. Tidak mudah memang. Manakala ada kesempatan untuk korupsi, kerapkali
kita menjadi bimbang. Sisi baik pada hati kita mengatakan ‘jangan’ tetapi sisi
buruknya pun mengatakan ‘tunggu apalagi’. Mumpung ada kesempatan. Sebab, kalau
tidak, maka banyak orang lain yang akan menggunakan kesempatan tersebut.
Korupsi itu manis di awal-awalnya namun akan menjadi pahit bahkan sangat pahit
di ujung-ujungnya. Profesional artinya bilamana kita mampu menahan diri
melakukan penyimpangan seperti itu kendati kesempatan itu sangat terbuka lebar.
Abdi Negara yang profesional tidak akan berani menggunakan kesempatan, apalagi
mencuri-curi kesempatan. Integritas yang teruji merupakan modal utama bagi kita
untuk menjadi pelayan masyarakat yang benar-benar berjiwa melayani.
Di
masa kini, karakter yang demikian dapat dikatakan cuma ada satu berbanding
seribu, amat langka. Inilah biang kerok mengapa pemerintah kita kurang
profesional karena betapa susahnya mencari aparatur pemerintah yang benar-benar
memiliki integritas yang teruji. Yang banyak adalah aparatur pemerintah yang
suka mencuri-curi kesempatan. Kesempatan sudah ditutup rapat rapat, tetapi
dasar mentalnya rendah, ada saja celah-celah untuk melakukan penyimpangan. Hal
ini bisa terjadi lantaran semua orang suka bermain kongkalikong, atasan dengan
bawahan sama-sama melakukan penyimpangan.
Benhur
Tomy Mano berusaha betulr-betul tampil sebagai pemimpin yang penuh integritas.
Dia berupaya menjaga satunya kata dan perilaku (perbuatan). Kepada orang-prang
di sekelilingnya, dia senantiasa menegaskan, “Lakukankah apa yang aku lakukan,
bukan sekadar yang aku katakan.”
Dia
tidak ingin menjadi pemimpin yang hanya pandai mengobral kata-kata. Dia
langsung bertindak atas apa yang telah dikatakan dan menjadi sebuah kebijakan.
Misalkan ketika menjadi Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Jayapura, dia aktif
menyambangi area-area parkir potensial, berdialog secara langsung dengan juru
parkir. Dengan begitu, dia mengetahui persis persoalan dan potensi retribusi
parkir yang dijadikan sebagai dasar perhitungan target pemasukan ke PAD. Dia
aktif pula melihat dan menghitung secara langsung area-area potensial bagi
pemasukan pajak reklame di berbagai penjuru Kota Jayapura.
Kini,
ketika dirinya dipercaya menjadi Walikota Jayapura (2011-2015), Benhur Tomy
Mano tetap menjaga integritas. Sebagai sosok yang lahir dan besar di Kota
Jayapura, dia sangat paham benar bilamana banyak keluhan seputar ketidak-tertiban
dan rasa kurang aman warga kota ini.
Berkat
penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum dengan menegakkan Peraturan
Daerah (Perda) wajah Kota Jayapura sekarang menjadi tertib, teratur, aman,
nyaman, serta mendukung aktivitas pemerintahan dan masyarakat. Dia menggerakkan
secara langsung diri dan bawahannya dengan pola pendekatan terukur. Beberapa
daerah kumuh yang selama bertahun-tahun tidak disentuh, sekarang tampak dan
terasa tertib.
Contoh
nyata, pemukiman eks Pasar Jaya yang selama puluhan tahun dihuni dan dijadikan
tempat peredaran miras ilegal, judi, togel, sabung ayam, dan kriminal tumbuh
subur di kawasan ini, sekarang berubah menjadi ruang terbuka hijau, menampakkan
kawasan kota yang bersih, indah, tertib, teratur, aman, dan nyaman.
Kemudian
lahan kosong di samping Gramedia Jayapura yang dulu kumuh kini berubah menjadi
taman hijau, taman bermain, lokasi promosi dilengkapi media video screen yang dapat dimanfaatkan untuk
mempublikasikan program pembangunan kota. Lalu, sepanjang pantai Dok IV yang
kumuh kini ditata untuk tujuan wisata.
Tomy
Mano betul-betul berusaha memberi rasa aman bagi warga Kota Jayapura. Hal itu
dibuktikannya dengan dengan pembangunan pos polisi titik-titik rawan di Perumnas
3 dan Kampung Buton KM 9.
Dalam
perjalanan hidup dan karirnya, Tomy Mano berusaha menjadi pemimpin
berintegritas dengan bertindak jujur
pada semua tingkatan dan setiap kesempatan. Lalu, dia berusaha menepati janji atas apa yang telah
dikatakannya jauh-jauh hari sebelum memimpin bagian atau wilayah yang menjadi
kewenangannya. Dan, dia berupaya konsisten
secara terus-menerus atas apa yang selama ini telah digariskan bersama dengan
berbagai pihak dalam menjalankan roda pemerintahan, dalam skala apapun. ***
No comments:
Post a Comment