Thursday, February 27, 2014

Menahan Amarah dan Memaafkan Orang Lain


Perempuan budak milik Shafiyah binti Huyai mendatangi Umar bin Khattab r.a. dan mengadu, "Shafiyah suka hari Sabtu dan bersilaturrahim pada orang Yahudi." Lalu Umar mengutus orang untuk menanyakan kebenaran berita itu pada Shafiyah.
Shafiyah menjawab, "Aku tidak lagi menyukai hari Sabtu sejak Allah SWT menggantinya dengan hari Jum'at. Sedangkan soal orang Yahudi, aku memiliki hubungan kerabat dengan mereka dan menyambung tali silaturrahim."
Kemudian Shafiyah bertanya pada perempuan budaknya, "Apa yang mendorongmu melakukan itu?"
Perempuan budak itu menjawab, "Syaitan." Shafiyah lalu meminta, "Pergilah, kau sekarang merdeka."[1]

Al-Khansa’
Al-Khansa', Tamadhur binti Amr bin al-Harits bin al-Syuraid al-Ruyahiyyah al-Sulamiyyah, dari Bani Sulaim. Dia adalah seorang penyair Arab yang paling terkenal dan yang paling fasih. Dia juga termasuk penduduk Nejed. Sebagian besar umurnya dia habiskan pada masa jahiliyah. Dia menjumpai Islam, lalu memeluknya dan bersama kaumnya mengirim utusan untuk datang menghadap Rasulullah Saw. Sebagian besar syairnya dan yang paling bagus adalah syair risa'nya (syair-syair ratapan) buat kedua saudaranya Shakhr dan Mu'awiyah yang terbunuh pada masa jahiliyah.
Pada awalnya dia membuat 2 atau 3 bait syair, sampai saudara sekandung Mu'awiyah bin Amr dan saudaranya sebapak Shakhr, terbunuh. Shakhr adalah orang yang paling dicintainya, karena dia seorang yang lemah lembut, baik hati dan dicintai oleh keluarganya. Dia berperang di Bani Asad dan Abu Tsaur al-Asadi menikamnya yang menyebabkan sakit selama satu tahun lalu tewas. Ketika kedua saudaranya tewas, dia banyak menulis syair, di antaranya syair tentang Shakhr:
Terbitnya matahari mengingatkanku pada Shakhr
Dan setiap tenggelam matahari, aku menangisinya
Wahai Shakhr, aku tidak akan melupakanmu
Aku akan berpisah dengan ruhku dan kuburku sesak
Kalau saja tidak ada orang yang banyak menangis di sekitarku
Atas orang-orang mati, aku akan membunuh diriku
Mereka tidak menangisi orang seperti saudaraku
Tetapi aku senang mengikuti mereka
Wahai Shakhr, jika mataku menangis
Kau telah membuatku tertawa untuk waktu yang lama
Aku menyebutmu di depan wanita yang meratap
Aku lebih berhak menampakkan ratapan
Aku mendorongmu pada Tuhan saat kau masih hidup
Lalu siapa yang akan berbicara dengan Tuhan
Jika tangisan ini buruk untuk orang yang terbunuh
Maka menangisimu adalah bagus dan indah
Dalam syairnya ini, dunia mampak penuh dengan ratapan, air mata dan syair tentang saudaranya, Shakhr. Dan itu terjadi pada masa Jahiliyah.
Ketika dia masuk Islam, dia memiliki peran lain. Dia ikut dalam perang al-Qadisiyah bersama empat orang putranya. Dia menasehati dan memotivasi mereka untuk berperang dan tidak lari dari medan perang. Di antara ucapannya pada malam menjelang pertempuran, "Wahai anakku, kalian telah masuk Islam dan berhijrah sebagai orang-orang pilihan. Demi Allah, kalian adalah anak seorang laki-laki dan anak seorang perempuan. Aku tidak pernah mengkhianati ayah kalian dan membuat malu paman kalian. Aku tidak mengubah dan merusak nasab kalian. Kalian telah mengetahui pahala besar yang disiapkan Allah untuk kaum Muslimin dalam memerangi orang-orang kafir. Ketahuilah, rumah yang kekal itu (akhirat) lebih baik daripada rumah yang fana' (dunia). Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (QS Ali Imran [3]: 200).
Jika esok tiba, insyaallah kalian akan selamat. Pergilah dalam memerangi musuh kalian dengan kewaspadaan dan Allah SWT akan memberi kalian kemenangan atas musuh-musuh-Nya. Jika kalian tiba di medan perang dan panasnya api peperangan telah kalian rasakan, maka majulah ke dalam apinya. Kalian akan memenangkan peperangan dan mendapatkan harta rampasan perang (ghanimah) dan kemuliaan di akhirat kelak."
Kemudian para pemuda itu berangkat dan mentaati serta menerima nasehat ayahnya. Mereka maju ke medan laga sambil membaca syair. Anak yang pertama berkata:
Wahai saudara-saudaraku, wanita tua itu memberi nasehat
Dia menasehati kita saat dia mendoakan kita semalam
Nasehat yang sangat indah dan jelas
Maka majulah ke medan perang yang buruk dan kotor
Karena kalian akan bertemu dengan teriakan
Dari tentara Persia, anjing yang menyalak
Mereka yakin akan mendapat kemenangan dari kalian
Kalian berada di antara kehidupan yang baik
Atau kematian yang mewariskan ghanimah yang berlimpah
Lalu dia maju berperang sampai syahid di jalan Allah SWT. Kemudian anak yang kedua berduel dengan musuhnya sambil bersyair:
Demi Allah, kami tidak akan melanggar wanita tua itu satu huruf pun
Dia telah menyuruh kami dengan kasih dan sayang
Kebaikan yang tulus dan kelembutan darinya
Maka majulah ke medan laga dengan serentak
Sampai kalian menghentikan tentara Persia
Dan menyingkirkan mereka dari penjagaan kalian
Kita melihat meremehkan mereka adalah sebuah kelemahan
Dan membunuh mereka adalah keselamatan dan kebaikan
Lalu anak yang ketiga bersyair:
Kau bukan milik Khansa', bukan juga Akhzam
Bukan juga Amr yang memiliki keagungan dan keberanian
Jika kau tidak berkunjung di keluarga Ajam
Keluarga Abi Sasan atau keluarga Rustum
Setiap pertemuan yang terpuji ada singa
Yang berjalan di atas huru-hara mencabik-cabik
Mungkin untuk kemenangan yang cepat atau untuk ghanimah
Atau untuk kehidupan di jalan yang mulia
Kau akan meraihnya dengan bagian yang besar
Selanjutnya anak yang keempat bersyair:
Wanita tua itu memiliki keinginan dan tekad yang kuat
Pandangan yang jitu serta pendapat yang benar
Dia telah menyuruh kita dengan benar dan baik
Sebagai nasehat darinya dan berbakti pada orang tua
Majulah ke medan laga serentak
Mungkin untuk kemenangan membantu negeri
Atau kematian yang mewariskan keabadian
Dalam surga Firdaus dan hidup yang senang
Mereka semua berjuang dan mendapat hasil yang diinginkan, yaitu mati syahid. Ketika kabar kesyahidan mereka sampai kepada ibunya, al-Khansa', dia berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kematian mereka. Aku berharap Dia akan mengumpulkanku bersama mereka di surga-Nya."
Demikianlah kehidupan al-Khansa' pada masa Jahiliyah dan masa setelah dia masuk Islam. Dia adalah sebaik-baik wanita mukmin yang bersabar.


[1]Al-Isti’ab (3/348-349), Siyar A’lâm al-Nubalâ’ (3/493).

No comments:

Post a Comment