Wednesday, February 26, 2014

Wanita yang Sabar


Setelah Hamzah bin Abdul Muthalib –yang dijuluki sebagai Asadullah dan Asad Rasulillah– gugur pada perang Uhud dan perlakuan keji pada jasadnya, maka saudarinya, Shafiyah binti Abdul Muthalib, datang untuk melihatnya. Sebab itu Rasulullah Saw berpesan pada anak Shafiyah, Zubair bin al-Amran, "Temui ibumu dan ajaklah pulang, jangan sampai dia melihat apa yang terjadi pada saudaranya."
Lalu Zubair menyampaikan pesan Rasulullah kepadanya, "Ibu, Rasulullah Saw menyuruhmu kembali."
Shafiyah justru bertanya, "Kenapa? Telah sampai berita kepadaku, jasad saudaraku telah diperlakukan secara keji oleh musuh-musuh Allah. Dia itu berjuang di jalan Allah dan dia tidak meridhai kami meratapinya, aku akan tabah dan bersabar, Insya Allah.
Zubair pun pergi meninggalkan Shafiyah lalu menemui Rasulullah Saw untuk mengabarkan hal tersebut. Rasulullah Saw merespon, "Biarkan dia melihat saudaranya."
Shafiyah mendatangi jasad saudaranya, melihatnya, menshalatinya, mengucapkan "Innâ Lillahi wa innâ illahi râjiun" dan memintakan ampun untuknya. Setelah itu, Nabi Saw memerintahkan untuk segera mengubur jenazahnya.[1]

Ujian yang Menimpa Seorang Wanita
Sebuah kisah dari Wail bin Hajar r.a., dia bertutur, pada masa Nabi Saw, ada seorang wanita keluar dari rumahnya untuk menunaikan shalat. Tetapi ketika di tengah perjalanan, tiba-tiba dia bertemu dengan seorang laki-laki, lantas laki-laki itu menutupinya dengan pakaiannya dan memperkosanya. Wanita itu berteriak keras. Dan laki-laki itu pun melarikan diri. Lalu lewat laki-laki yang lain dan wanita itu mengadu, "Orang itu melakukan ini dan itu padaku."
Kemudian datang rombongan Muhajirin. Wanita itu pun mengadu, "Orang itu berbuat ini dan itu padaku." Mereka pergi dan membawa laki-laki yang disangka orang yang melakukan perbuatan itu. Lalu mereka mendatangkan wanita itu untuk melihat laki-laki yang tadi dibawa. Wanita itu berkata, "Ini dia orangnya."
Selanjutnya mereka membawa laki-laki yang disangka itu menghadap Nabi Saw. Ketika Nabi Saw memerintahkan orang itu untuk dihukum, laki-laki yang menjadi pelaku sebenarnya bangkit dan berujar, "Wahai Rasulullah, akulah yang melakukannya."
Lalu Rasulullah Saw berpesan pada wanita itu, "Pergilah, Allah telah mengampunimu." Kemudian beliau berpesan pada laki-laki yang dituduh dengan ucapan yang baik, karena dia telah didzalimi. Dan beliau berkata pada laki-laki yang melakukan perbuatan itu, "Rajamlah dia." Beliau berkata lagi, "Sungguh dia telah bertaubat yang kalau penduduk Madinah bertaubat dengan taubat itu, maka Allah  akan menerima taubat mereka."[2]

Kedudukan Suami
Setelah Rasulullah Saw kembali dari perang Uhud ke Madinah, Hamnah binti Jahsy menemui beliau. Ketika Hamnah bertemu orang, mereka berbela sungkawa atas saudaranya, Abdullah bin Jahsy. Hamnah pun mengucapkan "Innâ Lillahi wa innâ ilaihi râjiun" dan meminta ampunan untuknya.
Ketika orang berbela sungkawa atas pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib, dia mengucapkan "Innâ Lillahi wa innâ ilaihi râjiun" dan meminta ampunan untuknya.
Tetapi saat orang berbela sungkawa atas suaminya, Mush'ab bin 'Umair, dia berteriak keras-keras. Berkaitan dengan itu, Rasulullah Saw bersabda, "Suami wanita ini memiliki tempat khusus di hatinya." Hal itu lantaran beliau melihat ketabahannya mendengar kematian saudara dan pamannya serta teriakan ketika mendengar kematian suaminya.[3]

Wanita Syahid yang Masih Hidup
Ummu Waraqah binti Abdullah bin al-Harits bin Naufal al-Anshariyah pergi menjumpai Rasulullah Saw ketika beliau dari perang Badar. Ummu Waraqah memohon, "Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk berperang bersamamu. Aku akan merawat orang yang sakit dan mengobati orang yang luka. Semoga Allah  menganugerahiku kesyahidan." Lalu Rasulullah Saw bertutur, "Tinggallah di rumahmu saja. Sesungguhnya Allah SWT akan memberimu kesyahidan."
Dia dinamakan al-Syahidah Islam. Dikisahkan, suatu waktu, dia meminta izin pada Rasulullah Saw untuk menempatkan muadzin di rumahnya. Dan beliau mengizinkannya. Dia berjanji akan membebaskan dua orang budaknya setelah dia wafat. Lalu, suatu malam, tiba-tiba dua orang budak itu menyekapnya dengan selimut beludru sampai mati. Keduanya pun kabur.
Setelah kejadian itu, Umar bin Khattab datang ke rumahnya dan dijelaskan padanya bahwa Ummu Waraqah dibunuh oleh dua orang budaknya lalu mereka kabur. Umar lalu berdiri di hadapan para sahabat dan menyatakan, "Rasulullah Saw pernah mengunjungi Ummu Waraqah dan beliau berkata, ‘Berangkatlah, kita akan mengunjungi wanita yang syahid’." Ternyata kedua budaknya telah membekapnya sampai mati lalu kabur. Sebab itu, janganlah ada yang menyembunyikannya. Kalau ada yang menemukan mereka, bawa ke sini." Akhirnya mereka ditemukan dan dibawa ke hadapan Umar bin Khattab. Lalu Umar menyuruh menyalib dua orang budak tersebut dan mereka adalah orang yang pertama disalib di Madinah.[4]


[1]Ibn Hajar al-Asqalani, al-Ishabat fi Tamyiz al-Shahabat (3/349).
[2]Hadits Shahih, HR Abu Dawud (4379), Tirmidzi (1478), Ahmad (6/399).
[3]Ibn Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah (3/41), Imam al-Thabari, Târikh al-Thabari (2/532).
[4]HR Ahmad (6/405), Abu Dawud (591).

No comments:

Post a Comment