Setelah Hamzah bin Abdul Muthalib –yang dijuluki sebagai Asadullah dan Asad Rasulillah– gugur pada perang Uhud dan perlakuan keji pada jasadnya, maka saudarinya, Shafiyah binti Abdul Muthalib, datang untuk melihatnya. Sebab itu Rasulullah Saw berpesan pada anak Shafiyah, Zubair bin al-Amran, "Temui ibumu dan ajaklah pulang, jangan sampai dia melihat apa yang terjadi pada saudaranya."
Lalu Zubair menyampaikan pesan Rasulullah
kepadanya, "Ibu, Rasulullah Saw menyuruhmu kembali."
Shafiyah justru bertanya, "Kenapa? Telah
sampai berita kepadaku, jasad saudaraku telah diperlakukan secara keji oleh
musuh-musuh Allah. Dia itu berjuang di jalan Allah dan dia tidak meridhai kami
meratapinya, aku akan tabah dan bersabar, Insya Allah.”
Zubair pun pergi meninggalkan Shafiyah lalu menemui
Rasulullah Saw untuk mengabarkan hal tersebut. Rasulullah Saw merespon, "Biarkan
dia melihat saudaranya."
Shafiyah mendatangi jasad saudaranya, melihatnya,
menshalatinya, mengucapkan "Innâ Lillahi wa innâ illahi râjiun"
dan memintakan ampun untuknya. Setelah itu, Nabi Saw memerintahkan untuk segera mengubur jenazahnya.[1]
Ujian yang Menimpa
Seorang Wanita
Sebuah kisah dari Wail bin Hajar r.a., dia bertutur, pada masa Nabi Saw, ada seorang wanita keluar dari rumahnya untuk menunaikan
shalat. Tetapi ketika di tengah perjalanan, tiba-tiba
dia bertemu dengan seorang laki-laki, lantas laki-laki itu menutupinya dengan
pakaiannya dan memperkosanya. Wanita itu berteriak keras. Dan laki-laki itu pun melarikan diri. Lalu
lewat laki-laki yang lain dan wanita
itu mengadu, "Orang itu melakukan ini dan itu padaku."
Kemudian datang rombongan Muhajirin. Wanita itu pun mengadu, "Orang itu berbuat ini dan itu
padaku." Mereka pergi dan membawa laki-laki yang disangka orang yang
melakukan perbuatan itu. Lalu mereka mendatangkan wanita itu untuk melihat
laki-laki yang tadi dibawa. Wanita itu berkata, "Ini dia orangnya."
Selanjutnya mereka membawa laki-laki yang disangka itu menghadap Nabi Saw.
Ketika Nabi Saw memerintahkan orang itu untuk dihukum, laki-laki yang menjadi
pelaku sebenarnya bangkit dan berujar, "Wahai Rasulullah, akulah yang
melakukannya."
Lalu Rasulullah Saw berpesan pada wanita itu, "Pergilah, Allah telah
mengampunimu." Kemudian beliau berpesan pada laki-laki yang dituduh dengan
ucapan yang baik, karena dia telah didzalimi. Dan beliau berkata pada laki-laki
yang melakukan perbuatan itu, "Rajamlah dia." Beliau berkata lagi, "Sungguh
dia telah bertaubat yang kalau penduduk Madinah bertaubat dengan taubat itu, maka
Allah akan menerima taubat mereka."[2]
Kedudukan Suami
Setelah Rasulullah Saw kembali dari perang Uhud ke Madinah, Hamnah binti
Jahsy menemui beliau. Ketika Hamnah bertemu orang, mereka berbela sungkawa atas
saudaranya, Abdullah bin Jahsy. Hamnah pun mengucapkan "Innâ Lillahi wa
innâ ilaihi râjiun" dan meminta ampunan untuknya.
Ketika orang berbela sungkawa atas pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib, dia
mengucapkan "Innâ Lillahi wa innâ ilaihi râjiun" dan meminta
ampunan untuknya.
Tetapi saat orang berbela sungkawa atas suaminya, Mush'ab bin 'Umair, dia
berteriak keras-keras. Berkaitan dengan itu, Rasulullah Saw bersabda, "Suami
wanita ini memiliki tempat khusus di hatinya." Hal itu lantaran beliau melihat ketabahannya mendengar kematian saudara dan
pamannya serta teriakan ketika mendengar kematian suaminya.[3]
Wanita Syahid yang Masih
Hidup
Ummu
Waraqah binti Abdullah bin al-Harits bin Naufal al-Anshariyah pergi menjumpai Rasulullah Saw ketika beliau dari perang
Badar. Ummu Waraqah memohon, "Wahai
Rasulullah, izinkan aku untuk berperang bersamamu. Aku akan merawat orang yang
sakit dan mengobati orang yang luka. Semoga Allah menganugerahiku kesyahidan." Lalu Rasulullah
Saw bertutur, "Tinggallah di rumahmu saja. Sesungguhnya Allah SWT akan memberimu kesyahidan."
Dia dinamakan
al-Syahidah Islam. Dikisahkan, suatu waktu, dia meminta izin pada Rasulullah
Saw untuk menempatkan muadzin di rumahnya. Dan beliau mengizinkannya. Dia berjanji
akan membebaskan dua orang budaknya setelah dia
wafat. Lalu, suatu malam, tiba-tiba dua orang budak itu menyekapnya dengan selimut beludru sampai mati. Keduanya pun kabur.
Setelah kejadian itu, Umar bin Khattab datang ke rumahnya dan dijelaskan
padanya bahwa Ummu Waraqah dibunuh oleh dua orang budaknya lalu mereka kabur. Umar
lalu berdiri di hadapan para sahabat dan menyatakan, "Rasulullah Saw
pernah mengunjungi Ummu Waraqah dan beliau berkata, ‘Berangkatlah, kita akan
mengunjungi wanita yang syahid’." Ternyata kedua budaknya telah
membekapnya sampai mati lalu kabur. Sebab itu, janganlah ada yang
menyembunyikannya. Kalau ada yang menemukan mereka, bawa ke sini." Akhirnya
mereka ditemukan dan dibawa ke hadapan Umar bin Khattab. Lalu Umar menyuruh
menyalib dua orang budak tersebut dan mereka adalah orang yang pertama disalib
di Madinah.[4]
No comments:
Post a Comment