Saturday, March 29, 2014

Di Mana Aku akan Tinggal?

Dari Abu al-Muwarriq, dia bertutur, "Orang yang mendengar Naqisy binti Salim di Makkah bercerita kepada kami.”
Naqisy mengadu, "Wahai Tuhan manusia, kesulitan telah pergi dariku. Ini adalah tempat orang yang berlindung dengan maaf-Mu dari kemarahan-Mu, dengan rahmat-Mu dari kemurkaan-Mu. Wahai Kekasih orang-orang yang bertaubat, wahai Yang tidak tertahan untuk memberi, wahai yang memiliki pemberian dan nikmat, tambahkan rasa percaya kepadaku agar menjadi penyambung dengan-Mu dan jadikan hidanganku bebasnya aku dan senangkan hatiku dengan ridha-Mu."
Di satu tempat, Naqisy berkeluh-kesah, "Dosa-dosa telah memberatkanku, Tuhan. Mataku bercelak kesedihan dan demi keagungan-Mu aku tidak pernah menikmati tawa selamanya sampai aku tahu di mana aku akan tinggal dan di mana rumahku kelak?" Ketika dia melihat tangan manusia mengulur untuk berdoa, dia berkata, "Tuhanku, Engkau menempatkan mereka di tempat ini karena takut neraka. Wahai penyejuk hatiku, mereka mencari pemberian-Mu dan mengharap anugerah-Mu." Ketika mereka kembali, dia meletakkan pipinya dan berteriak, "Manusia telah pulang dan aku tidak merasa hatiku putus asa pada-Mu."

Ya Allah, Tolonglah Aku dari Diriku
Abu Abdil Malik mengisahkan bahwa dirinya melihat seorang wanita bergelayutan di dinding Ka'bah sambil berkata, "Ya Allah, aku meminta perlindungan-Mu dari diriku."

Menjaga Diri
Dari Abdullah bin Ahmad bin Bakar, dia berkata, "Abu al-Hasan al-Makki memiliki seorang anak perempuan yang tinggal di Makkah dan lebih wara' daripadanya. Dia hanya memiliki uang 30 dirham yang diberikan ayahnya setiap tahun dari keuntungan harga daun kurma yang dia anyam dan jual.
Ibnu al-Rawas al-Tammar, tetangganya, memberitahu Abdullah, "Aku datang untuk berpamitan padanya karena aku ingin pergi haji dan aku bawakan keperluannya. Aku minta doanya, lalu dia menyerahkan selembar kertas dan berkata, ‘Tanyalah di Makkah tempat si fulan dan fulanah dan serahkan kertas ini kepadanya.’ Aku tahu itu adalah anaknya.”
Ibnu al-Rawas mengambil ambil kertas itu, lalu mendatangi dan bertanya tentangnya. Lalu dia menemukannya sedang beribadah dan zuhud. Ibnu al-Rawas berpikir akan memberikan sebagian hartanya untuknya agar mendapat pahala. Ibnu al-Rawas tahu kalau memberikan pada anaknya, dia tidak akan mengambilnya. Lalu dia membuka kertas itu dan Ibnu Rawas menambahkan 30 dirham menjadi 50 dirham tetapi dia mengembalikannya seperti semula dan menyerahkannya kepada Ibnu al-Rawas.
Dia bertanya, "Bagaimana kabar ayahku?"
Ibnu al-Rawas menjawab, "Baik."
Dia bertutur, "Ahli dunia telah bercampur dan terputus dari Allah SWT. Demi Allah dan demi orang yang kau tuntut sesuatu padanya, aku minta padamu untuk mempercayaiku." Ibnu al-Rawas mengucap, "Ya."
Dia bertanya, "Apakah dirham ini bercampur dengan dirham milikmu?"
Ibnu al-Rawas menjawab, "Ya. Bagaimana kau bisa tahu?"
Dia berujar, "Ayahku tidak pernah memberi lebih dari 30 dirham karena keadaannya tidak memungkinkan untuk itu kecuali dia meninggalkan kebiasaan. Kalau kau memberi tahuku akan hal itu, aku juga tidak akan mengambilnya." Kemudian dia berkata, "Ambillah semuanya karena kau telah berbuat jahat padaku padahal kau mampu berbuat baik kepadaku."
Ibnu al-Rawas bertanya, "Kenapa?"
Dia menjawab, "Aku tidak memakan sesuatu yang bukan dari hasil usahaku, bukan juga dari usaha ayahku dan aku tidak mengambil uang yang aku tidak tahu bagaimana uang itu diperoleh."
Ibnu al-Rawas berkata, "Ambillah 30 dirham sebagaimana yang biasa ayahmu berikan dan kembalikan sisanya padaku."
Dia mengatakan, "Kalau aku tahu mana uang yang dari ayahku, aku akan mengambilnya. Tetapi uang itu sudah bercampur dan aku tidak bisa membedakannya, jadi aku tidak akan mengambilnya. Sekarang aku akan makan dari tempat sampah sampai musim haji mendatang karena ini adalah uang makanku tahun ini. Kau telah membuatku lapar. Kalau kau bermaksud menyakitiku, pasti aku akan mendoakan keburukan padamu."
Ibnu al-Rawas berkata, "Aku menjadi resah dan aku kembali ke Basrah dan mendatangi Abu al-Hasan, lalu aku ceritakan kepadanya dan aku minta maaf.” Abu al-Hasan berkata, "Aku tidak bisa mengambilnya lantaran uang itu telah bercampur dengan uang orang lain, kau telah berbuat jahat kepadaku."
Ibnu al-Rawas bertanya, "Apa yang harus aku lakukan dengan uang ini?"

Abu al-Hasan menjawab, "Aku tidak tahu. Ini bukan saatnya untuk meminta maaf dan bertanya mau diapakan uang itu?" Setelah beberapa lama, dia berkata kepada Ibnu al-Rawas, "Sedekahkan uang itu." Lalu Ibnu al-Rawas melakukannya.

No comments:

Post a Comment