Saturday, March 22, 2014

Hiduplah Seperti Orang Asing

Pada kali lain Dzunun al-Mishri mengaku hatinya terasa sesak dalam beberapa hari. Lalu Dzunun keluar berjalan di pinggir Sungai Nil. Kemudian terlintas dalam pikirannya untuk menyeberang ke sebelah sana. Lalu Dzunun menumpang perahu dan meletakkan kepalanya antara dua lengannya dan dia tidak mengangkatnya sampai tengah sungai. Ketika dia mengangkat kepalanya, dia melihat seorang jariyah yang cantik jelita di sebelah kanannya. Di pangkuan jariyah itu ada gitar Oud dan di depannya ada khamr, di sebelah kanannya ada seorang pemuda yang tampan dan bersih. Dzunun membatin, "Wahai jiwaku, setelah beribadah 70 tahun, aku akan terjatuh di perahu ini di antara orang-orang yang suka mabuk yang bermaksiat kepada Allah SWT secara terang-terangan."
Lalu jariyah itu menoleh ke arah Dzunun dan menggoda, "Wahai syaikh, mau minum?"
Dzunun menjawab, "Jika Tuhanku memberi aku minum, aku akan minum."
Lantas jariyah itu menunjuk ke arah pemuda tadi sambil berkata, "Isi gelas ini untuknya dan beri dia minum." Pemuda itu pun mengisi gelas dan memberikannya kepada Dzunun. Ketika Dzunun memegang gelas itu di tangannya, muncul perasaan dalam hatinya.
Kemudian jariyah itu bertanya, "Wahai syaikh, kenapa kau tidak meminum minuman kami. Apakah kau ingin aku bernyanyi sampai kau mau minum? Atau kau yang bernyanyi sampai kita minum bersama?"
Dzunun berjawab, "Biarlah aku yang bernyanyi untuk kalian sampai kalian minum." Jariyah itu berucap, "Bernyanyilah untuk kami sampai kami mendengar nyanyianmu." Lalu Dzunun bersenandung:
Yang lebih bagus dari penyanyi dan seruling
Dalam gelapnya malam adalah senandung qari
Alangkah indahnya dan Yang Maha Agung mendengarnya
Suaranya yang indah dan air matanya yang tumpah
Pipinya dia guling-gulingkan di tanah
Hatinya ada dalam cinta Ilahi
Dia berkata, Tuhanku, harapanku
Sibukkan aku denganmu seberat dosaku
Ampuni dosa-dosaku karena sudah teramat besar
Dan Kau tetap mengampuninya, Tuhan
Besok dalam surga dia akan tinggal
Di tempat suci dekat dengan Tuhan
Dia tinggal bersama istri yang menyerupainya
Alangkah bagus pilihannya untuk orang terpilih
Ketika jariyah itu mendengarnya, dia menjerit sampai tidak sadarkan diri. Saat siuman, dia mencopot perhiasannya, menghancurkan alat musiknya (lute) dan melempar khamr ke sungai. Dia bertanya, "Wahai syaikh, apakah kalau aku bertaubat kepada-Nya, Dia akan menerimaku?" Dzunun menjawab, "Ya. Demikianlah yang ada dalam ayat al-Qur'an:
"Dan dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS: Asy-Syƻra [42]: 25).
Kemudian jariyah itu membuka tutup kepalanya dan mencium tangan Dzunun. Dia bermohon, "Tuanku, jika kau menjadi sebab dalam perbaikan diriku, maka mintalah kepada Allah maaf dan ampunan-Nya."
Dzunun al-Mishri bercerita bahwa mereka turun dari perahu lalu berpisah. Dan Dzunun tidak melihatnya lagi. Beberapa tahun berselang, Dzunun melakukan ibadah haji ke Baitullah al-Haram. Ketika dia sedang melakukan thawaf, dia melihat seorang jariyah yang kumal dan bergelayut di dinding Ka'bah, menangis dan berdoa, "Tuhanku, dengan mabukku semalam dan dengan khamarku, ampunilah dosa-dosaku hari ini."
Dzunun mengingatkan, "Diamlah, jariyah. Di tempat seperti ini kau mengucapkan kata-kata itu?"
Jariyah itu menukas, "Dzunun, enyah kau dari hadapanku. Ketika semalam aku menginap dengan gelas cinta yang menyenangkan, hari ini aku mabuk dengan cinta Tuhanku."
Dzunun bertanya, "Siapa yang memberitahumu kalau aku Dzunun?"
Jawab jariyah itu, "Wahai syaikh, aku jariyah yang bertaubat di tanganmu di Sungai Nil Mesir."
Dzunun kembali bertanya, "Ke mana pemuda yang tampan dulu?"
Lalu jaritay itu bersenandung:
Kelezatan masa muda telah hilang dalam kemaksiatan
Setelah itu Dia mengambil ubun-ubunnya
Kegantengan dan ketampanan telah sirna
Pada amal aku berharap di hari pembebasan
Tidak aku sangka, Demi Allah, Dia indah
Pada-Nya aku melepas seikhlas-ikhlasnya
Kemudian jariyah itu bermohon, "Wahai Dzunun, tetaplah di tempatmu sampai aku kembali." Lalu jariyah itu menghilang sebentar dan datang sambil membawa satu keranjang kurma, buah tin dan anggur di luar musimnya. Dia meletakkannya di depan Dzunun. Hati Dzunun merasa kosong, setelah Dzunun beribadah 70 tahun belum sampai pada derajat yang telah dicapai oleh jariyah itu.
Jariyah itu bertutur, "Wahai syaikh, ketika aku datang kepada-Nya dan mengakui dosa-dosaku di hadapan-Nya, Dia memberiku tawakal yang benar kepada-Nya." Kemudian dia bersenandung:
Hiduplah seperti orang asing dan jangan tunduk pada makhluk
Carilah rezeki di negeri Kekasih
Kemudian berjalanlah ke negeri timur dan barat
Bertawakallah pada Yang Maha Dekat dan Maha Menjawab
Semoga kau akan meraih apa yang kau harapkan
Dengan tangan Yang Maha Lembut dari tempat yang dekat.

Apa yang Menghalangimu untuk Mengenal-Nya?
Dikisahkan oleh Utsman al-Jurjani bahwa pada suatu hari dia keluar dari Kufah menuju Bashrah. Di jalan dia melihat seorang wanita tua yang memakai jubah dan kerudung dari bulu domba. Wanita tua itu berjalan sambil bergumam, "Tuhanku, alangkah jauhnya perjalanan bagi orang yang tidak memiliki penunjuk jalan dan alangkah buruknya perjalanan bagi orang yang tidak memiliki teman."
Utsman mendekatinya, memberi salam kepadanya dan dia pun membalasnya. Kemudian wanita tua itu bertanya, "Siapa kau?"
Utsman menjawab, "Utsman al-Jurjani."
Wanita tua itu balik bertanya, "Utsman, kau mau ke mana?"
Jawab Utsman, "Ke Bashrah."
Tanya wanita itu kemudian, "Apa yang kau lakukan di sana?"
Utsman menjawab, "Untuk satu keperluan."
Lalu wanita tua itu kembali bertanya, "Utsman, kenapa kau tidak memberitahu pemilik keperluan untuk mengantarkan keperluanmu dan kau tidak perlu capek?"
Tutur Utsman, "Aku dan pemilik keperluan tidak saling kenal."
Wanita tua itu menukas, "Utsman, apa yang membuatmu tidak saling kenal dengan-Nya?"
Jawab Utsman, "Banyak dosa."
Wanita tua itu mengucap, "Demi Allah, alangkah buruknya apa yang telah kau lakukan. Demi Allah, kalau kau sambung talimu dengan tali-Nya, kau akan memegangnya dengan sebab yang paling kuat, Dia akan memenuhi semua keperluanmu tanpa capek."
Ketika Utsman mendengar kata-kata itu darinya, Utsman menangis. Kata Utsman, "Aku ingin doa darimu." Lalu wanita tua itu mendoa, "Semoga Allah membantumu untuk mentaati-Nya dan menjauhkanmu untuk bermaksiat kepada-Nya."
Saat akan pergi, Utsman mengeluarkan beberapa dirham dari kantungnya, lalu dia membagi dua, untuk dirinya dan untuk wanita tua. Utsman berujar, "Bantulah aku dengan uang ini untuk keperluanmu."
Wanita tua itu bertanya, "Dari mana uang itu?"
Jawab Utsman, "Aku naik gunung, lalu aku menebang pohon untuk kayu bakar, lalu aku memanggulnya kemudian aku jual di pasar dan aku manfaatkan uangnya."
Wanita tua itu berkata, "Pekerjaan yang paling baik adalah yang halal dan yang paling halal adalah apa yang dimakan orang dari usaha tangannya. Tetapi Utsman, kalau kau bermu'amalah dengan Allah  dengan benar dan kau bertawakal pada-Nya dengan tawakal yang benar, kau tidak perlu mengangkat kayu dari puncak gunung."
Utsman mengucap, "Jika aku tidak memiliki sebab, lalu dari mana makanan dan minuman?"
Wanita tua itu bertanya, "Utsman, maukah kau aku perlihatkan bagaimana aku membenarkan ikatan tawakalku pada Tuhanku?"

"Tentu," jawab Utsman. Lalu wanita tua itu mengulurkan tangannya lalu dia bergumam dengan bibirnya dan tiba-tiba tangannya penuh dengan dinar. Kemudian dia berkata, "Ambillah ini. Demi Allah, di atasnya tidak ada stempel raja atau sultan. Ketahuilah kalau kau mencintai Tuhanmu, dia akan membuatmu lebih kaya dari seluruh makhluk dan Dia akan mencukupimu."

No comments:

Post a Comment