Pada kali lain Dzunun al-Mishri mengaku hatinya terasa sesak dalam beberapa hari. Lalu Dzunun keluar berjalan di pinggir Sungai Nil. Kemudian terlintas dalam
pikirannya untuk menyeberang ke sebelah sana. Lalu Dzunun menumpang perahu dan meletakkan kepalanya antara dua lengannya dan dia
tidak mengangkatnya sampai tengah sungai. Ketika dia
mengangkat kepalanya, dia
melihat seorang jariyah yang cantik jelita di sebelah kanannya. Di pangkuan jariyah itu ada gitar Oud
dan di depannya ada khamr, di sebelah kanannya ada seorang pemuda yang tampan
dan bersih. Dzunun membatin, "Wahai
jiwaku, setelah beribadah 70 tahun, aku akan terjatuh di perahu ini di antara orang-orang yang suka mabuk yang bermaksiat kepada Allah SWT secara terang-terangan."
Lalu jariyah itu menoleh ke arah Dzunun dan menggoda, "Wahai syaikh,
mau minum?"
Dzunun menjawab, "Jika Tuhanku memberi aku minum, aku akan
minum."
Lantas jariyah itu menunjuk ke arah pemuda tadi sambil berkata, "Isi
gelas ini untuknya dan beri dia minum." Pemuda itu pun mengisi gelas dan memberikannya
kepada Dzunun. Ketika Dzunun memegang gelas itu di tangannya, muncul perasaan
dalam hatinya.
Kemudian jariyah itu bertanya, "Wahai syaikh, kenapa kau tidak meminum
minuman kami. Apakah kau ingin aku bernyanyi sampai kau mau minum? Atau kau
yang bernyanyi sampai kita minum bersama?"
Dzunun berjawab, "Biarlah aku yang bernyanyi
untuk kalian sampai kalian minum." Jariyah itu berucap, "Bernyanyilah untuk kami sampai kami mendengar
nyanyianmu." Lalu Dzunun bersenandung:
Yang lebih
bagus dari penyanyi dan seruling
Dalam gelapnya
malam adalah senandung qari
Alangkah
indahnya dan Yang Maha Agung mendengarnya
Suaranya yang
indah dan air matanya yang tumpah
Pipinya dia
guling-gulingkan di tanah
Hatinya ada
dalam cinta Ilahi
Dia berkata,
Tuhanku, harapanku
Sibukkan aku
denganmu seberat dosaku
Ampuni
dosa-dosaku karena sudah teramat besar
Dan Kau tetap
mengampuninya, Tuhan
Besok dalam surga
dia akan tinggal
Di tempat suci
dekat dengan Tuhan
Dia tinggal
bersama istri yang menyerupainya
Alangkah bagus
pilihannya untuk orang terpilih
Ketika
jariyah itu mendengarnya, dia menjerit sampai tidak sadarkan
diri. Saat siuman, dia mencopot perhiasannya, menghancurkan alat musiknya
(lute) dan melempar khamr ke sungai. Dia bertanya,
"Wahai syaikh, apakah kalau aku bertaubat kepada-Nya, Dia akan
menerimaku?" Dzunun menjawab,
"Ya. Demikianlah yang ada dalam ayat al-Qur'an:
"Dan
dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan
kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS:
Asy-Syƻra [42]: 25).
Kemudian
jariyah itu membuka tutup kepalanya dan mencium tangan Dzunun. Dia bermohon, "Tuanku, jika kau menjadi
sebab dalam perbaikan diriku, maka mintalah kepada Allah maaf dan ampunan-Nya."
Dzunun al-Mishri bercerita bahwa mereka turun dari perahu lalu berpisah. Dan
Dzunun tidak melihatnya lagi. Beberapa tahun berselang, Dzunun melakukan ibadah
haji ke Baitullah al-Haram. Ketika dia sedang melakukan thawaf, dia melihat
seorang jariyah yang kumal dan bergelayut di dinding Ka'bah, menangis dan berdoa,
"Tuhanku, dengan mabukku semalam dan dengan khamarku, ampunilah dosa-dosaku
hari ini."
Dzunun mengingatkan, "Diamlah, jariyah. Di tempat seperti ini kau
mengucapkan kata-kata itu?"
Jariyah itu menukas, "Dzunun, enyah kau dari hadapanku. Ketika semalam
aku menginap dengan gelas cinta yang menyenangkan, hari ini aku mabuk dengan
cinta Tuhanku."
Dzunun bertanya, "Siapa yang memberitahumu kalau aku Dzunun?"
Jawab jariyah itu, "Wahai syaikh, aku jariyah yang bertaubat di
tanganmu di Sungai Nil Mesir."
Dzunun kembali bertanya, "Ke mana pemuda yang tampan dulu?"
Lalu jaritay itu bersenandung:
Kelezatan masa muda telah hilang dalam
kemaksiatan
Setelah itu Dia
mengambil ubun-ubunnya
Kegantengan dan
ketampanan telah sirna
Pada amal aku
berharap di hari pembebasan
Tidak aku
sangka, Demi Allah, Dia indah
Pada-Nya aku
melepas seikhlas-ikhlasnya
Kemudian
jariyah itu bermohon,
"Wahai Dzunun, tetaplah di tempatmu sampai aku kembali." Lalu jariyah itu menghilang sebentar dan datang sambil membawa satu keranjang
kurma, buah tin dan anggur di luar musimnya. Dia meletakkannya di depan Dzunun. Hati Dzunun merasa kosong,
setelah Dzunun beribadah 70 tahun belum sampai pada derajat yang telah dicapai
oleh jariyah itu.
Jariyah itu bertutur, "Wahai syaikh, ketika aku datang kepada-Nya dan
mengakui dosa-dosaku di hadapan-Nya, Dia memberiku tawakal yang benar kepada-Nya."
Kemudian dia bersenandung:
Hiduplah
seperti orang asing dan jangan tunduk pada makhluk
Carilah rezeki
di negeri Kekasih
Kemudian
berjalanlah ke negeri timur dan barat
Bertawakallah pada
Yang Maha Dekat dan Maha Menjawab
Semoga kau akan
meraih apa yang kau harapkan
Dengan tangan
Yang Maha Lembut dari tempat yang dekat.
Apa yang Menghalangimu
untuk Mengenal-Nya?
Dikisahkan oleh Utsman al-Jurjani bahwa pada suatu hari dia keluar dari Kufah menuju Bashrah. Di jalan dia melihat seorang wanita tua yang memakai jubah dan kerudung dari
bulu domba. Wanita tua itu berjalan
sambil bergumam, "Tuhanku, alangkah jauhnya perjalanan bagi orang yang tidak
memiliki penunjuk jalan dan alangkah buruknya perjalanan bagi orang yang tidak memiliki
teman."
Utsman mendekatinya, memberi salam kepadanya dan dia pun membalasnya.
Kemudian wanita tua itu bertanya, "Siapa kau?"
Utsman menjawab, "Utsman al-Jurjani."
Wanita tua itu balik bertanya, "Utsman, kau mau ke mana?"
Jawab Utsman, "Ke Bashrah."
Tanya wanita itu kemudian, "Apa yang kau lakukan di sana?"
Utsman menjawab, "Untuk satu keperluan."
Lalu wanita tua itu kembali bertanya, "Utsman, kenapa kau tidak memberitahu
pemilik keperluan untuk mengantarkan keperluanmu dan kau tidak perlu
capek?"
Tutur Utsman, "Aku dan pemilik keperluan tidak saling kenal."
Wanita tua itu menukas, "Utsman, apa yang membuatmu tidak saling kenal
dengan-Nya?"
Jawab Utsman, "Banyak dosa."
Wanita tua itu mengucap, "Demi Allah, alangkah buruknya apa yang telah
kau lakukan. Demi Allah, kalau kau sambung talimu dengan tali-Nya, kau akan
memegangnya dengan sebab yang paling kuat, Dia akan memenuhi semua keperluanmu
tanpa capek."
Ketika Utsman mendengar kata-kata itu darinya, Utsman menangis. Kata Utsman,
"Aku ingin doa darimu." Lalu wanita tua itu mendoa, "Semoga Allah
membantumu untuk mentaati-Nya dan menjauhkanmu untuk bermaksiat
kepada-Nya."
Saat akan pergi, Utsman mengeluarkan beberapa dirham dari kantungnya, lalu dia
membagi dua, untuk dirinya dan untuk wanita tua. Utsman berujar, "Bantulah
aku dengan uang ini untuk keperluanmu."
Wanita tua itu bertanya, "Dari mana uang itu?"
Jawab Utsman, "Aku naik gunung, lalu aku menebang pohon untuk kayu
bakar, lalu aku memanggulnya kemudian aku jual di pasar dan aku manfaatkan
uangnya."
Wanita tua itu berkata, "Pekerjaan yang paling baik adalah yang halal
dan yang paling halal adalah apa yang dimakan orang dari usaha tangannya. Tetapi
Utsman, kalau kau bermu'amalah dengan Allah dengan benar dan kau bertawakal pada-Nya
dengan tawakal yang benar, kau tidak perlu mengangkat kayu dari puncak
gunung."
Utsman mengucap, "Jika aku tidak memiliki sebab, lalu dari mana
makanan dan minuman?"
Wanita tua itu bertanya, "Utsman, maukah kau aku perlihatkan bagaimana
aku membenarkan ikatan tawakalku pada Tuhanku?"
"Tentu," jawab Utsman. Lalu wanita tua itu mengulurkan tangannya
lalu dia bergumam dengan bibirnya dan tiba-tiba tangannya penuh dengan dinar.
Kemudian dia berkata, "Ambillah ini. Demi Allah, di atasnya tidak ada
stempel raja atau sultan. Ketahuilah kalau kau mencintai Tuhanmu, dia akan
membuatmu lebih kaya dari seluruh makhluk dan Dia akan mencukupimu."
No comments:
Post a Comment