Wednesday, March 26, 2014

Menyepi dengan Kekasih


Dari Ibrahim bin Muslim al-Qurasyi, dia bercerita bahwa Fathimah binti Muhamad bin al-Munkadir berpuasa pada siang hari dan ketika datang malam, dia berseru dengan suara lirih, "Malam tenang bercampur gelap. Setiap kekasih bersama kekasihnya dan aku berdua dengan-Mu, wahai Kekasih agar Kau membebaskan aku dari neraka." Semoga Allah SWT merahmatinya.

Maimunah yang Hitam
Abdul Wahid bin Zaid, rahimahullah, mengisahkan, "Selama tiga malam aku memohon kepada Allah  agar Dia memperlihatkan padaku temanku di surga. Lalu Abdul Wahid melihat seseorang berkata, "Wahai Abdul Wahid, temanmu di surga Maimunah yang hitam."
Abdul Wahid bertanya, "Di mana dia tinggal?"
Orang itu menjawab, "Dia ada di keluarga fulan di Kufah."
Abdul Wahid berkata, "Lalu aku pergi ke Kufah dan bertanya tentangnya.” Kemudian dikatakan kepadanya, "Dia seorang wanita yang gila dan dia menggembalakan kambing-kambing milik kami." Abdul Wahid penasaran, "Aku ingin melihatnya." Lalu dikatakan, "Pergilah ke pegunungan itu." Lantas Abdul Wahid pergi ke sana dan melihat wanita sedang shalat. Di antara kedua tangannya ada tongkatnya, dia memakai jubah dari bulu domba yang tertulis "Tidak diperjual-belikan." Kambing-kambing gembalaannya bersama serigala dan serigala itu tidak memakan kambing, kambing pun tidak takut pada serigala.
Ketika Maimunah melihat Abdullah, dia menyingkat shalatnya kemudian berpesan, "Pulanglah, Ibnu Zaid. Tempat yang dijanjikan bukan di sini, tetapi besok." Kemudian Abdul Wahid berkata, "Semoga Allah merahmatimu. Siapa yang memberitahumu bahwa aku adalah Ibnu Zaid?" Maimunah berkata, "Tidakkah kau tahu bahwa arwah itu tentara yang dipersiapkan. Yang saling mengenal akan bersatu dan yang saling mengingkari akan berselisih."
Abadul Wahid bermohon, "Berilah aku nasehat." Maimunah berkata, "Seorang pemberi nasehat diberi nasehat! Wahai Ibnu Zaid, telah sampai kepadaku bahwa tidaklah seorang hamba diberikan sesuatu dari dunia, lalu dia menginginkannya lagi, kecuali Allah SWT akan menarik kecintaan untuk berkhalwat bersama-Nya dan mengganti kedekatan dengan kejauhan, pertemanan dengan kesepian." Kemudian dia bersenandung:
Wahai pemberi nasehat, dia berdiri untuk menghitung
Dia mencegah kaum dari dosa
Kau melarang sedangkan kau sungguh sakit
Ini adalah kemunkaran yang mengagumkan
Kalau kau memperbaiki sebelum ini
Aibmu atau kau segera bertaubat
Pasti seperti yang kau katakan, kekasihku
Tempat kebenaran itu di hati
Kau melarang dosa dan kesesatan
Sedangkan kau ragu-ragu dalam melarang
Abdul Wahid berkata kepadanya, "Aku melihat serigala bersama kambing, ada apa ini?" Maimunah mengucap, "Pergilah kau karena aku memperbaiki hubungan antara aku dan Tuhanku, maka Dia memperbaiki antara serigala dan kambing." Kemudian dia bersenandung:
Kalau kau membantuku pada hari perpisahan
Kau tidak akan membuat penolong kenyang dari air minum
Kalau tidak ada cinta, aku tidak tahu rasanya mati
Banyak ragam cinta yang tampak pada kita
Mereka tinggal dalam perut di antara mereka ada yang sedih
Rasa malu melarangnya untuk muncul
Setelah demam, mereka tinggal 
Wahai yang menuang atas  kami
Oh, setelah demam dia muncul
Keterkejutanku menurut mereka adalah kegilaan
Kalian mengharamkan mataku untuk tidur
Aku tidak mengira ujung mataku mengenal kelopaknya
Mustahil telingaku melihat orang yang mendengar
Mati dan mustahil hati akan berkhianat.

Wanita yang Bertaubat kepada Allah SWT
Ibnu Hisyam berkata, "Seorang wanita dari Yaman yang dipanggil ‘Sawiyyah’ mendatangi desa kami dan singgah di beberapa rumah. Pada malam hari aku mendengarnya meratap.”
Kemudian Ibnu Hisyam meminta pembantunya, "Datangi dan lihat apa yang terjadi pada wanita itu?" Pembantunya lalu mendatangi dan Sawiyyah sedang berdiri menghadap Kiblat dengan kepala menatap ke langit.
Ibnu Hisyam bertanya, "Apa yang dia lakukan?"
Pembantunya menjawab, "Aku tidak melihatnya melakukan apa-apa kecuali dia terus menatap ke langit."
Tanya Ibnu Hisyam lagi, "Kau dengar apa yang dia ucapkan?"
Jawab pembantunya, "Aku tidak begitu mengerti apa yang dia ucapkan, selain aku mendengar, ‘Kau ciptakan Sawiyyah dari tanah yang sulit, Kau limpahkan dia dengan nikmat-Mu, Kau ubah dia dari satu keadaan ke keadaan lain. Semua yang Kau jadikan untukku adalah surga dan semua musibah yang Kau timpakan padaku adalah indah. Meskipun begitu, dia menantang murka-Mu dengan terus berbuat maksiat, apakah Kau mengira dia tidak tahu apa yang telah dia perbuat? Tidak, Kau-lah yang Maha Kuasa atas segalanya.’ Lalu dia berteriak dan terjatuh." Si pembantu langsung mengabarkannya ke Ibnu Hisyam. Pagi harinya, Ibnu Hiyam dan pembantunya melihat Sawiyyah telah meninggal dunia.

No comments:

Post a Comment