Dari Ibrahim bin Muslim al-Qurasyi, dia bercerita bahwa Fathimah binti Muhamad bin al-Munkadir berpuasa pada siang hari dan ketika datang malam, dia berseru dengan suara lirih, "Malam tenang bercampur gelap. Setiap kekasih bersama kekasihnya dan aku berdua dengan-Mu, wahai Kekasih agar Kau membebaskan aku dari neraka." Semoga Allah SWT merahmatinya.
Maimunah yang
Hitam
Abdul
Wahid bin Zaid, rahimahullah, mengisahkan, "Selama
tiga malam aku memohon kepada Allah agar
Dia memperlihatkan padaku temanku di surga.”
Lalu Abdul Wahid melihat seseorang berkata, "Wahai Abdul Wahid, temanmu di surga Maimunah
yang hitam."
Abdul Wahid bertanya, "Di mana dia tinggal?"
Orang itu menjawab, "Dia ada di keluarga fulan di Kufah."
Abdul Wahid berkata, "Lalu aku pergi ke Kufah dan bertanya tentangnya.”
Kemudian dikatakan kepadanya, "Dia seorang wanita yang gila
dan dia menggembalakan kambing-kambing milik kami." Abdul Wahid penasaran, "Aku ingin melihatnya." Lalu dikatakan, "Pergilah
ke pegunungan itu." Lantas Abdul Wahid pergi ke sana
dan melihat wanita sedang shalat.
Di antara kedua tangannya ada
tongkatnya, dia memakai jubah dari bulu domba yang tertulis "Tidak
diperjual-belikan." Kambing-kambing gembalaannya bersama serigala dan
serigala itu tidak memakan kambing, kambing pun tidak takut pada serigala.
Ketika
Maimunah melihat Abdullah, dia
menyingkat shalatnya kemudian berpesan, "Pulanglah, Ibnu Zaid. Tempat
yang dijanjikan bukan di sini, tetapi besok." Kemudian Abdul Wahid berkata, "Semoga Allah merahmatimu. Siapa yang memberitahumu
bahwa aku adalah Ibnu Zaid?" Maimunah berkata,
"Tidakkah kau tahu bahwa arwah itu tentara yang dipersiapkan. Yang saling
mengenal akan bersatu dan yang saling mengingkari akan berselisih."
Abadul Wahid bermohon, "Berilah aku nasehat." Maimunah berkata, "Seorang pemberi nasehat diberi nasehat! Wahai Ibnu
Zaid, telah sampai kepadaku bahwa tidaklah seorang hamba diberikan sesuatu dari
dunia, lalu dia menginginkannya lagi, kecuali Allah SWT akan menarik kecintaan untuk berkhalwat bersama-Nya dan mengganti
kedekatan dengan kejauhan, pertemanan dengan kesepian." Kemudian dia
bersenandung:
Wahai pemberi
nasehat, dia berdiri untuk menghitung
Dia mencegah
kaum dari dosa
Kau melarang
sedangkan kau sungguh sakit
Ini adalah
kemunkaran yang mengagumkan
Kalau kau
memperbaiki sebelum ini
Aibmu atau kau
segera bertaubat
Pasti seperti
yang kau katakan, kekasihku
Tempat
kebenaran itu di hati
Kau melarang dosa
dan kesesatan
Sedangkan kau
ragu-ragu dalam melarang
Abdul Wahid berkata kepadanya, "Aku melihat serigala bersama kambing, ada
apa ini?" Maimunah mengucap,
"Pergilah kau karena aku memperbaiki hubungan antara aku dan Tuhanku, maka
Dia memperbaiki antara serigala dan kambing." Kemudian dia bersenandung:
Kalau kau
membantuku pada hari perpisahan
Kau tidak akan membuat
penolong kenyang dari air minum
Kalau tidak ada
cinta, aku tidak tahu rasanya mati
Banyak ragam
cinta yang tampak pada kita
Mereka tinggal
dalam perut di antara mereka
ada yang sedih
Rasa malu
melarangnya untuk muncul
Setelah demam,
mereka tinggal
Wahai yang
menuang atas kami
Oh, setelah
demam dia muncul
Keterkejutanku
menurut mereka adalah kegilaan
Kalian
mengharamkan mataku untuk tidur
Aku tidak
mengira ujung mataku mengenal kelopaknya
Mustahil
telingaku melihat orang yang mendengar
Mati dan
mustahil hati akan berkhianat.
Wanita yang
Bertaubat kepada Allah SWT
Ibnu Hisyam berkata, "Seorang wanita dari Yaman yang dipanggil ‘Sawiyyah’
mendatangi desa kami dan singgah di beberapa rumah. Pada malam hari aku
mendengarnya meratap.”
Kemudian Ibnu Hisyam meminta pembantunya, "Datangi dan lihat apa yang
terjadi pada wanita itu?" Pembantunya lalu mendatangi dan Sawiyyah sedang
berdiri menghadap Kiblat dengan kepala menatap ke langit.
Ibnu Hisyam bertanya, "Apa yang dia lakukan?"
Pembantunya menjawab, "Aku tidak melihatnya melakukan apa-apa kecuali
dia terus menatap ke langit."
Tanya Ibnu Hisyam lagi, "Kau dengar apa yang dia ucapkan?"
Jawab pembantunya,
"Aku tidak begitu mengerti apa yang dia ucapkan, selain aku mendengar, ‘Kau
ciptakan Sawiyyah dari tanah yang sulit, Kau limpahkan dia dengan nikmat-Mu,
Kau ubah dia dari satu keadaan ke keadaan lain. Semua yang Kau jadikan untukku
adalah surga dan semua musibah yang Kau timpakan padaku adalah indah. Meskipun
begitu, dia menantang murka-Mu dengan terus berbuat maksiat, apakah Kau mengira
dia tidak tahu apa yang telah dia perbuat? Tidak, Kau-lah yang Maha Kuasa atas
segalanya.’ Lalu dia berteriak dan terjatuh." Si pembantu langsung
mengabarkannya ke Ibnu Hisyam. Pagi harinya, Ibnu Hiyam dan pembantunya melihat
Sawiyyah telah meninggal dunia.
No comments:
Post a Comment