Abu Bakar Muhamad bin al-Husain al-Ajiri berkata, "Sampai berita kepadaku bahwa ketika Abdullah bin al-Farj meninggal, istrinya tidak memberitahu saudara-saudaranya perihal kematiannya. Mereka duduk di depan pintu sambil menunggu untuk menemuinya. Istrinya memandikan dan mengkafaninya dengan kainnya. Lalu dia mengambil yang satunya dari pintu rumahnya kemudian meletakkannya di atas tubuh suaminya. Dan mengikatnya dengan tali kemudian berkata kepada saudara suaminya, ‘Dia telah meninggal dan aku telah mengurus jenazahnya.’
Lalu
mereka masuk dan membawanya ke pemakaman. Kemudian istrinya menutup pintu di
belakang mereka.”
Kapan Dia Kembali?
Dari Ahmad bin Salim, dia bercerita bahwa seseorang mengetuk pintu Ibrahim
al-Khawash. Saudara perempuannya bertanya, "Engkau mencari siapa?"
Dia menjawab, "Ibrahim al-Khawash." Saudarinya menjelaskan, "Dia
telah keluar." Orang itu bertanya, "Kapan dia kembali?" Saudarinya
menjawab, "Demi Allah, siapa yang tahu kapan dia akan kembali?"
Bagaimana Aku Meminta kepada
Selain Allah SWT?
Abdullah
bin al-Mubarak mengisahkan, "Sufyan al-Tsauri
menyebut seorang wanita di Kufah yang dipanggil Ummu Hassan yang sangat rajin
ibadah. Kami bertamu ke rumahnya dan kami hanya melihat sepotong tikar yang
telah usang. Lalu al-Tsauri berkata kepadanya, ‘Kalau
kau menulis surat pada beberapa orang anak pamanmu, pasti mereka akan mengubah keadaanmu yang buruk ini.’ Ummu Hassan berkata, ‘Sufyan, dulu di mataku dan di hatiku engkau lebih besar dan lebih
agung. Sungguh aku tidak pernah meminta dunia pada dzat yang menguasai dan
memilikinya. Lalu bagaimana aku meminta pada orang yang tidak menguasai dan
memilikinya? Sufyan, demi Allah, aku tidak suka saat datang waktu menghadap Allah,
aku disibukkan dengan sesuatu selain-Nya.’ Dia telah membuat Sufyan menangis.”
Abdullah
berkata, "Sampai berita kepadaku bahwa Sufyan kemudian menikah dengannya."
Wara’
Dari
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, dia bertutur, "Pada suatu hari aku bersama
ayahku ada di rumah. Lalu ada yang mengetuk pintu. Ayahku berkata, ‘Keluarlah dan lihat siapa yang datang?’ Lalu aku keluar. Ternyata seorang wanita. Dia berkata kepadaku, ‘Izinkan aku bertemu Abu Abdullah.’
Lalu aku meminta izin ayahku dan dia berkata, ‘Suruh
dia masuk’."
"Lalu
dia masuk dan memberi salam pada ayahku lalu berkata, ‘Wahai Abu Abdullah, aku seorang wanita yang menenun di malam hari
dengan lampu. Kadang-kadang lampu itu padam, lalu aku
menenun di bawah cahaya bulan. Haruskah aku memisahkan antara tenunan dengan
lampu dan tenunan dengan cahaya bulan?’ Abu Abdullah menjawab, ‘Jika kau bisa membedakannya, kau harus memisahkannya.’ Wanita itu berkata, ‘Wahai Abu Abdullah, rintihan orang sakit yang
aku adukan?’ Ayahku menjawab, ‘Semoga bukan, tetapi itu pengaduan kepada Allah
Swt’."
Lantas wanita itu pamit dan keluar. Kemudian Ahmad
bin Hanbal berkata, "Wahai anakku, aku belum pernah mendengar ada orang
yang bertanya seperti itu. Ikuti wanita itu dan lihatlah dia tinggal di mana." Abdullah lalu mengikuti wanita yang ternyata ia masuk ke rumah Bisyr bin al-Harits dan ternyata pula ia adalah adiknya. Lalu Abdullah pulang dan bercerita kepada Achmad bin Hanbal dan lalu dia berkata, "Mustahil ada
wanita yang seperti itu kalau bukan adik Bisyr."
Dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, dia berkata, Mukhkhah, adik Bisyr bin
al-Harits, menemui ayah Achmad bin
Hanbal dan berkata, “Aku seorang wanita. Modalku dua daniq (satu daniq = seperenam dirham), lalu aku belikan kapas dan
aku menenunnya kemudian aku menjualnya setengah dirham. Aku makan dengan satu daniq
setiap minggu. Lalu Ibnu Thahir al-Thaif lewat sambil membawa obor. Dia berhenti untuk bicara dengan pemilik
senjata dan aku menggunakan cahaya obor itu untuk menenun beberapa ikat.
Kemudian cahaya obor menghilang dan aku tahu bahwa Allah akan menuntutnya
kembali kepadaku. Tolong bebaskan aku, semoga Allah membebaskanmu.”
Lalu Ahmad bin Hanbal berujar, "Kau keluarkan dua daniq, lalu kau
tanpa modal sampai Allah menggantinya
dengan yang lebih baik."
Abdullah berkata, "Aku berkata kepada ayahku, ‘Ayah, seandainya kau
katakan padanya, seandainya kau keluarkan tenunan yang kau masukkan dalam
ikatan?’ Ayahku berkata, ‘Anakku, pertanyaannya tidak mengandung takwil itu’."
Kemudian Achmad bin Hanbal bertanya, "Siapa wanita itu?" Abdullah
menjawab, "Mukhkhah, adik Bisyr bin al-Harits." Achmad bin Hanbal
berkata, "Dari sana dia rupanya."
Seorang wanita yang ahli ibadah bertanya kepada Ibrahim al-Khawash tentang
perubahan cinta-Nya dalam hatinya dan perubahan cinta-Nya dalam keadaannya.
Lalu Ibrahim berkata, "Kau harus meneliti." Wanita itu berkata,
"Aku telah memeriksa, tetapi tidak ada apa-apa." Al-Khawash diam
sesaat lalu mengangkat kepalanya dan berkata, "Apakah kau ingat kejadian
pada malam cahaya obor?" Wanita itu berkata, "Ya." Ibrahim
berkata, "Perubahan itu dari sana."
Lalu wanita itu menangis dan mengucap, "Ya, aku pernah menenun di atap
rumah, lalu benangku putus. Kemudian lewat pembawa obor milik Sultan dan aku
menenun satu ikat benang di bawah cahaya obor itu. Kemudian aku masukkan ikat
benang itu dalam tenunan lalu aku tenun menjadi sebuah baju yang aku
pakai."
Selanjutnya dia bangkit ke salah satu sudut dan membuka bajunya. Dia
berkata, "Wahai Ibrahim, jika aku menjual baju ini dan bersedekah dengan
uangnya apakah hatiku kembali jernih?" Ibrahim menjawab, "Ya, jika Allah
SWT mengehendaki itu."
No comments:
Post a Comment