Sunday, March 16, 2014

Sabar


Abu Bakar Muhamad bin al-Husain al-Ajiri berkata, "Sampai berita kepadaku bahwa ketika Abdullah bin al-Farj meninggal, istrinya tidak memberitahu saudara-saudaranya perihal kematiannya. Mereka duduk di depan pintu sambil menunggu untuk menemuinya. Istrinya memandikan dan mengkafaninya dengan kainnya. Lalu dia mengambil yang satunya dari pintu rumahnya kemudian meletakkannya di atas tubuh suaminya. Dan mengikatnya dengan tali kemudian berkata kepada saudara suaminya, Dia telah meninggal dan aku telah mengurus jenazahnya.
Lalu mereka masuk dan membawanya ke pemakaman. Kemudian istrinya menutup pintu di belakang mereka.

Kapan Dia Kembali?
Dari Ahmad bin Salim, dia bercerita bahwa seseorang mengetuk pintu Ibrahim al-Khawash. Saudara perempuannya bertanya, "Engkau mencari siapa?" Dia menjawab, "Ibrahim al-Khawash." Saudarinya menjelaskan, "Dia telah keluar." Orang itu bertanya, "Kapan dia kembali?" Saudarinya menjawab, "Demi Allah, siapa yang tahu kapan dia akan kembali?"

Bagaimana Aku Meminta kepada Selain Allah SWT?
Abdullah bin al-Mubarak mengisahkan, "Sufyan al-Tsauri menyebut seorang wanita di Kufah yang dipanggil Ummu Hassan yang sangat rajin ibadah. Kami bertamu ke rumahnya dan kami hanya melihat sepotong tikar yang telah usang. Lalu al-Tsauri berkata kepadanya, Kalau kau menulis surat pada beberapa orang anak pamanmu, pasti mereka akan mengubah keadaanmu yang buruk ini. Ummu Hassan berkata, Sufyan, dulu di mataku dan di hatiku engkau lebih besar dan lebih agung. Sungguh aku tidak pernah meminta dunia pada dzat yang menguasai dan memilikinya. Lalu bagaimana aku meminta pada orang yang tidak menguasai dan memilikinya? Sufyan, demi Allah, aku tidak suka saat datang waktu menghadap Allah, aku disibukkan dengan sesuatu selain-Nya. Dia telah membuat Sufyan menangis.
Abdullah berkata, "Sampai berita kepadaku bahwa Sufyan kemudian menikah dengannya."

Wara’
Dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, dia bertutur, "Pada suatu hari aku bersama ayahku ada di rumah. Lalu ada yang mengetuk pintu. Ayahku berkata, Keluarlah dan lihat siapa yang datang? Lalu aku keluar. Ternyata seorang wanita. Dia berkata kepadaku, Izinkan aku bertemu Abu Abdullah. Lalu aku meminta izin ayahku dan dia berkata, Suruh dia masuk’."
"Lalu dia masuk dan memberi salam pada ayahku lalu berkata, Wahai Abu Abdullah, aku seorang wanita yang menenun di malam hari dengan lampu. Kadang-kadang lampu itu padam, lalu aku menenun di bawah cahaya bulan. Haruskah aku memisahkan antara tenunan dengan lampu dan tenunan dengan cahaya bulan? Abu Abdullah menjawab, Jika kau bisa membedakannya, kau harus memisahkannya. Wanita itu berkata, Wahai Abu Abdullah, rintihan orang sakit yang aku adukan? Ayahku menjawab, Semoga bukan, tetapi itu pengaduan kepada Allah Swt."
Lantas wanita itu pamit dan keluar. Kemudian Ahmad bin Hanbal berkata, "Wahai anakku, aku belum pernah mendengar ada orang yang bertanya seperti itu. Ikuti wanita itu dan lihatlah dia tinggal di mana." Abdullah lalu mengikuti wanita yang ternyata ia masuk ke rumah Bisyr bin al-Harits dan ternyata pula ia adalah adiknya. Lalu Abdullah pulang dan bercerita kepada Achmad bin Hanbal dan lalu dia berkata, "Mustahil ada wanita yang seperti itu kalau bukan adik Bisyr."
Dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, dia berkata, Mukhkhah, adik Bisyr bin al-Harits, menemui ayah Achmad bin Hanbal dan berkata, Aku seorang wanita. Modalku dua daniq (satu daniq = seperenam dirham), lalu aku belikan kapas dan aku menenunnya kemudian aku menjualnya setengah dirham. Aku makan dengan satu daniq setiap minggu. Lalu Ibnu Thahir al-Thaif lewat sambil membawa obor. Dia berhenti untuk bicara dengan pemilik senjata dan aku menggunakan cahaya obor itu untuk menenun beberapa ikat. Kemudian cahaya obor menghilang dan aku tahu bahwa Allah akan menuntutnya kembali kepadaku. Tolong bebaskan aku, semoga Allah membebaskanmu.
Lalu Ahmad bin Hanbal berujar, "Kau keluarkan dua daniq, lalu kau tanpa modal sampai Allah  menggantinya dengan yang lebih baik."
Abdullah berkata, "Aku berkata kepada ayahku, ‘Ayah, seandainya kau katakan padanya, seandainya kau keluarkan tenunan yang kau masukkan dalam ikatan?’ Ayahku berkata, ‘Anakku, pertanyaannya tidak mengandung takwil itu’." Kemudian Achmad bin Hanbal bertanya, "Siapa wanita itu?" Abdullah menjawab, "Mukhkhah, adik Bisyr bin al-Harits." Achmad bin Hanbal berkata, "Dari sana dia rupanya."
Seorang wanita yang ahli ibadah bertanya kepada Ibrahim al-Khawash tentang perubahan cinta-Nya dalam hatinya dan perubahan cinta-Nya dalam keadaannya. Lalu Ibrahim berkata, "Kau harus meneliti." Wanita itu berkata, "Aku telah memeriksa, tetapi tidak ada apa-apa." Al-Khawash diam sesaat lalu mengangkat kepalanya dan berkata, "Apakah kau ingat kejadian pada malam cahaya obor?" Wanita itu berkata, "Ya." Ibrahim berkata, "Perubahan itu dari sana."
Lalu wanita itu menangis dan mengucap, "Ya, aku pernah menenun di atap rumah, lalu benangku putus. Kemudian lewat pembawa obor milik Sultan dan aku menenun satu ikat benang di bawah cahaya obor itu. Kemudian aku masukkan ikat benang itu dalam tenunan lalu aku tenun menjadi sebuah baju yang aku pakai."
Selanjutnya dia bangkit ke salah satu sudut dan membuka bajunya. Dia berkata, "Wahai Ibrahim, jika aku menjual baju ini dan bersedekah dengan uangnya apakah hatiku kembali jernih?" Ibrahim menjawab, "Ya, jika Allah SWT mengehendaki itu."

No comments:

Post a Comment