Dikisahkan oleh Ibrahim bin Abdullah al-Madini, beberapa sahabat kami
menceritakan kepada kami bahwa seorang wanita di Madinah suatu hari masuk ke
kuburan. Tiba-tiba ada sebuah tengkorak kepala muncul, lalu dia berteriak dan
pulang dalam keadaan bertaubat. Tetangganya mendatanginya dan bertanya, "Ada
apa?" Lalu dia menjawab:
Hatiku menangis mengingat kematian
Ketika aku melihat tengkorak kepala di tengah kuburan.
Kemudian wanita itu berujar, "Mereka meninggalkanku dan hanya seorang
yang ahli ibadah yang mendatangiku." Lalu dia mulai beribadah dan mati dalam keadaan itu.
Adab Duduk
Terkisah dari Abu Abdil Qasim bin Sallam, dia bercerita, "Aku memasuki kota Makkah, aku duduk dekat Ka'bah, lalu aku
berselonjor. Tiba-tiba datang Aisyah al-Makkiyah – seorang ahli ibadah dan
termasuk murid al-Fudhail.” Lalu Aisyah
berkata kepadaku, "Abdullah, engkau ini disebut
alim, maka terimalah ucapanku ini, Janganlah
kau duduk di depan-Nya kecuali dengan adab. Kalau tidak, Dia akan menghapus
namamu dari daftar orang yang dekat dengan-Nya."
Wanita yang Memberi
Nasehat
Dari
Shaleh bin Abdul Karim, dia bertutur, "Aku ditunjukkan kepada
seorang wanita di Makkah atau Madinah yang ahli ibadah. Kemudian aku
mendatanginya di saat dia sedang berbicara. Lebih baik aku di sini sampai dia selesai
bicara. Aku sabar menunggunya sampai orang-orang meninggalkannya, lalu aku
mendekatinya dan mengingatkan, engkau bicara banyak, aku takut engkau akan
ujub." Wanita itu menjawab, "Ujub itu dari sesuatu yang berasal
darimu, sedangkan sesuatu yang bukan darimu, maka di mana letak ujubnya?" Lalu
dia berkata:
Dia
memiliki beberapa kelebihan, mereka terpilih untuk cinta-Nya
Dia
memilih mereka sejak dahulu
Dia
memilih mereka karena sucinya ciptaan-Nya
Dengan
bekal, hikmah dan penjelasan
Kemudian
dia berkata, "Bangunlah!"
Jauharah Sang Ahli Ibadah
Abdullah
al-Baratsi berkata bahwa Jauharah
melihat dalam mimpinya beberapa kemah yang dibangun. Dia bertanya, "Untuk
siapa kemah-kemah ini dibangun?" Lalu dijawab, "Untuk orang yang
bersungguh-sungguh mempelajari al-Quran." Maka
sejak itu dia tidak pernah tidur.
Rezeki dan Kehormatan
Seorang
wanita salehah yang menjaga dirinya pergi ke Basrah mencari sebuah pemandian
yang dikenal dengan pemandian Minjab. Dia sangat letih berjalan dan bertanya.
Lalu dia melewati seorang laki-laki yang berdiri di depan rumahnya dan pintu
rumahnya menyerupai pintu pemandian. Lalu dia
bertanya pada laki-laki itu, "Ke mana jalan menuju pemandian Minjab?"
Laki-laki itu menjawab, "Ini pemandian Minjab." Dia menunjuk
rumahnya. Lalu wanita itu masuk ke rumah itu dan laki-laki itu juga masuk di
belakangnya. Ketika wanita itu melihat dirinya bersama laki-laki itu dalam
rumahnya yang ternyata bukan pemandian, dia tahu laki-laki itu telah menipunya.
Lalu wanita itu mencari cara agar selamat dari kemaksiatan
dan perbuatan keji. Dia pura-pura menunjukkan rasa senang dan
gembira pada laki-laki itu dengan berkumpulnya mereka dalam keadaan sepi di
rumah itu. Wanita itu berujar, "Alangkah baiknya kalau ada yang
membuat hidup kita indah dan hati kita senang."
Laki-laki itu menukas,
"Sebentar, aku akan membawakanmu semua yang kau inginkan dan semua makanan
dan minuman yang kau mau." Lalu dia keluar dan meninggalkan
wanita itu di rumahnya dan tidak menguncinya. Lantas dia
pergi dan mengambil makanan, minuman dan wewangian yang bagus untuk mereka. Saat kembali, masuk rumah, wanita itu telah kabur dan laki-laki tidak menemukan jejaknya.
Laki-laki
itu amat resah karenanya, dia sering menyebut wanita itu dan bersedih atas
kepergiannya. Kemudian dia berjalan
di jalanan dan gang-gang sambil berkata:
Wahai
wanita yang pada suatu hari pernah berkata, aku sudah lelah
Di mana jalan
menuju pemandian Minjab?
Ketika dia seperti itu, tiba-tiba ada jariyah (budak perempuan) yang
menjawab kata-katanya dari teras rumahnya:
Tidakkah kau bersegera saat kau mendapatkannya
Membuat benteng di rumahmu atau kunci di pintumu?
Laki-laki itu berputar-putar di pasar dan mengulangi bait syair itu. Kemudian dia melewati rumah wanita itu dan dari dalam
rumahnya dia berkata:
Rezeki kalau telah dipakai, maka Tuhan akan menggantinya
Sedangkan kehormatan, jika dipakai dari mana akan mulia?
Kegundahan dan kegalauannya semakin menjadi-jadi dan dia terus seperti itu
sampai pada saat sekarat. Setiap kali dikatakan, Lâ ilâha ilallah, dia berkata:
Wahai wanita yang pada suatu hari pernah berkata, aku sudah lelah
Di mana jalan
menuju pemandian Minjab?
Kami berlindung kepada Allah dari
kematian yang buruk.[1]
[1]Al-Baihaqi, Syu'b al-Imân, (5/246), Al-Jawab
al-Kâfi (117), Abdul Haq al-Isybili, Al-'Aqibah fi Dzikr al-Maut
(179).
No comments:
Post a Comment