Dikisahkan oleh Muhamad bin Sulaiman bin Bilal bin Abi al-Darda' bahwa ibunya Atsamah telah buta. Lalu pada suatu hari, selesai shalat, anaknya datang menemuinya. Lantas Atsamah bertanya, "Kau sudah shalat, anakku?" Dia menjawab, "Sudah." Kemudian Atsamah berkata,
Atsamah,
kenapa kau lalai
Sepantasnya
kau bergegas
Tangisilah
shalat pada waktunya
Jika
suatu hari kau menangis
Tangisilah
al-Quran jika dibaca
Suatu
hari kau pernah membacanya
Kau
membacanya dengan merenung
Air
matamu menetes
Hari
ini, kau tidak membacanya
Kecuali
ada orang yang membaca di dekatmu
Aku
berduka padamu karena kerinduan
Tidak
hidup sepanjang hidupku.
Takut pada Neraka
Abu
Sulaiman al-Darani berkata bahwa dia menceritakan
pada saudarinya, Abdah, tentang jembatan-jembatan Jahanam. Lalu siang malam Abdah berteriak tiada henti. Akhirnya Abdah berhenti juga. Tetapi setiap kali Abdah mengingatnya, dia kembali berteriak. Lalu Abu Sulaiman bertanya, "Kenapa dia berteriak?" Dia menjawab, "Aku mengumpamakan
dirinya ada di atas jembatan dan terjatuh dari jembatan itu."
Ahmad bin al-Hawari meriwayatkan dari Abu Sulaiman bahwa dia mendengar perempuan saudaranya berkata,
"Orang-orang miskin semuanya mati kecuali orang yang dihidupkan Allah dengan
kemuliaan qana'ah dan ridha atas kemiskinannya."
Beberapa Berita Ummu Harun
Diceritakan oleh Abdul Aziz bin
Umair, "Ummu Harun, seorang wanita yang takut kepada Allah, berkata, ‘Aku telah menempati dunia.’ Dia hanya makan roti.” Sekali waktu Ummu Harun berujar, "Demi ayahku, alangkah indahnya malam.
Aku akan bersedih pada siang hari sampai malam tiba. Jika malam telah tiba, aku
akan shalat pada awalnya dan bilamana datang sepertiga terakhir
(waktu sahur) datang ketakutan dalam hatiku."
Ahmad bin Abi al-Hawari bercerita, "Ummu
Harun keluar dari kampungnya menuju sebuah tempat. Lalu ada anak kecil
meneriaki anak kecil lain, ‘Ambil dia.’ Lalu Ummu Harun terjatuh dan terbentur batu, kemudian dia berdarah sampai
darah mengalir dari cadarnya."
Abu Sulaiman berkisah, "Siapa
yang ingin melihat pada teriakan yang benar, hendaknya dia melihat Ummu Harun.
Aku belum pernah melihat orang sepertinya di Syam."
Ahmad bin Abi al-Hawari bertutur bahwa Rabi'ah menceritakan kepadanya, "Ummu
Harun tidak meminyaki rambutnya sejak 20 tahun yang lalu. Tetapi jika kami
membuka rambut kami, rambutnya lebih bagus daripada rambut kami."
Abu Bakar al-Qurasyi mengisahkan bahwa sampai berita kepadanya dari al-Qasim
al-Ju'i, "Ummu Harun sakit lalu aku dan seorang temannya menjenguknya.
Kami mendatanginya saat dia berada di atas tangga, lalu kami menanyakan keadaannya.” Qasim bertanya
kepadanya, "Ummu Harun, apakah termasuk golongan hamba Allah orang yang
disibukkan dengan takut pada neraka daripada merindukan surga?" Dia
menjawab, "Oh.." Lalu dia jatuh dari tangga dan tidak sadarkan diri.
Qasim bertutur, "Ummu
Harun mendatangi Baitul Maqdis dari Damaskus setiap bulan satu kali dengan
berjalan kaki.” Qasim lalu menemuinya dan Ummu Harun berkata, "Wahai Qasim, aku pernah berjalan di Bisan. Tiba-tiba muncul
singa, singa itu datang ke arahku. Setelah dekat padaku, aku memandangnya dan berucap, ‘Ke mari lah, anjing. Jika kau punya rezeki, makanlah.’ Ketika mendengar kata-kataku, dia duduk
jongkok lalu pergi."
Ahmad
bin Abi al-Hawari bertanya kepada Ummu Harun, "Kau
suka kematian?" Dia menjawab, "Tidak." Ahmad bertanya lagi, "Kenapa?" Dia menjawab, "Jika aku
menentang seorang manusia, aku tidak suka menemuinya, lalu bagaimana aku suka
bertemu Allah sedangkan aku menentangnya?"
No comments:
Post a Comment