Saturday, April 12, 2014

Sudah Tiga Hari Dia Menangis


Abdul Wahid bercerita, "Kami datang menemui seorang wanita yang ahli ibadah di satu sudut kota Basrah untuk memberi salam padanya. Lalu ada yang mengatakan kepada kami, Kalian tidak akan sampai kepadanya. Kami bertanya, Kenapa bisa begitu? Mereka menjawab, Dia telah menutup pintunya sejak tiga hari dan dia menangis. Kami bertanya lagi, Kenapa begitu? Mereka menjawab, Dia telah membunuh seekor semut."

Jangan Sampai Sesuatu Membuatmu Lalai dari Allah SWT
Said bin Atharid berkisah, "Seorang wanita yang ahli ibadah disebutkan kepadaku. Lalu aku mendatanginya dan aku dapati dia sedang melaksanakan shalat, lalu aku kembali. Dia bertanya, "Siapa namamu?" Said menjawab, "Said." Dia bernasehat, "Wahai Said, segala sesuatu yang menyibukkanmu dari mengingat Allah akan kamu sesali." Lalu wanita ahli ibadah itu kembali melakukan shalat dan meninggalkan Said.

Keras Hati
Ali bin al-Hasan mengisahkan bahwa seorang wanita di Basrah berkata kepada hatinya, "Aku telah kehilangan hati, aku tidak melupakanmu sedangkan kau lupa pada keagungan Allah. Tuhanku, bagaimana esok aku akan mendekat kepada-Mu, sedangkan orang yang hatinya keras akan jauh dari-Mu? "

Amal yang Diterima
Shalih bin Abdul Karim berkisah, "Aku melihat seorang wanita hitam di kota Basrah. Orang-orang mendatanginya, lalu dia bangun dan masuk ke sebuah rumah, kemudian mereka ikut masuk juga dan mengelilinginya. Shalih mendekatinya lalu bertanya, "Kenapa, kau takut pada ujub?" Dia mengangkat kepalanya ke langit lalu memandang Shalih kemudian menjawab, "Bagaimana orang yang tidak tahu bangga dengan amalnya? Bisa jadi Tuhan akan menolaknya."

Tunduk
Al-Husain bin Ja'far mengisahkan bahwa dirinya mendengar ayahnya bertutur, "Aku selesai melaksanakan shalat Ied, lalu aku menyendiri. Tiba-tiba ayahnya al-Husain melihat seorang wanita tua mengangkat kedua tangannya dan mengadu, "Orang-orang telah kembali dan hatiku tidak berputus asa. Wahai Yang Memiliki sedekah, ini aku pulang. Apa yang telah Kau siapkan untukku? Tuhanku, kasihilah kelemahanku dan ketuaanku. Aku telah keluar, aku memohon pada-Mu. Janganlah Kau pupuskan sangka baikku pada-Mu." Wanita tua itu menangis dan ayah a-Husain merasa harinya tidak bermanfaat untuk dirinya.

Dia yang Menanamnya
Abdul Wahid mengisahkan dari Utbah al-Ghulam[1] yang bercerita, "Aku keluar dari Basrah lalu aku menemukan sebuah kemah orang-orang Badui yang sedang menanam. Lalu aku berada di sebuah kemah dan di dalamnya ada seorang jariyah gila yang memakai jubah dari bulu domba yang tertulis Tidak diperjual belikan. Aku mendekat dan memberi salam kepadanya, lantas dia membalas salamku dan berpaling. Aku mendengarnya berkata:
Orang-orang zuhud dan ahli ibadah berzuhud
Karena mereka mengosongkan perut karena Tuhan
Mereka begadang dan mata mereka sakit
Malam berlalu dan mereka tidak tidur
Cinta Allah telah membuat mereka bingung
Sampai orang mengira mereka telah gila
Mereka adalah orang-orang pandai
Tetapi semua yang mereka tahu membuat mereka sedih.”
Utbah mendekatinya dan bertanya, "Ladang ini milik siapa?" Jariyah itu menjawab, "Milik kami jika tumbuh."
Lalu aku meninggalkannya dan menuju ke kemah-kemah lain. Tiba-tiba turun hujan yang sangat lebat. Aku berikrar, "Demi Allah, aku akan mendatanginya." Kemudian aku melihat potongan pakaiannya di tengah hujan dan mendapati ladangnya telah basah dan dia sedang berdiri dan berkata, "Demi Dzat yang menempatkan kesucian cinta-Nya dalam hatiku. Hatiku telah ridha kepada-Mu." Kemudian dia menoleh kepadaku dan berkata, "Dia-lah yang telah menanam, menumbuhkan, menegakkan, mengisi bulirnya, mengeringkan, mengirim hujan yang lebat, menyiram, memperhatikan dan menjaganya. Lalu ketika hampir panen, Dia juga yang merusaknya." Kemudian dia memandang langit dan mengadu, "Kami ini hamba-Mu dan rezeki kami menjadi tanggungan-Mu, lakukanlah apa yang Kau mau." Aku berkata, "Lalu di mana kesabaranmu?" Dia menjawab, "Diam kau!"
Tuhanku Maha Kaya dan Maha Terpuji
Setiap hari ada rezeki baru dari-Nya
Segala puji bagi Allah yang
Melakukan untukku melebihi apa yang aku inginkan.
Utbah berkata, "Demi Allah, kalau aku ingat kata-katanya, aku akan tersadar."


[1]Utbah bin Aban bin Sham'ah, seorang yang zuhud dan ahli ibadah dari Basrah. Jika dia membaca, dia dan orang yang mendengar akan menangis, air matanya terus mengalir. Dia mati syahid dalam salah satu pertempuran.

No comments:

Post a Comment