Dikisahkan oleh al-Ashmu'i bahwa seorang anak wanita Arab meninggal dunia. Wanita Arab itu terus menangisinya sampai air mata membasahi pipinya. Dia mengucapkan "Innâ Lillahi wa innâ Ilaihi râjiun" lalu berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu berapa besar cinta kedua orang tua pada anaknya. Oleh sebab itu, Engkau tidak perlu menyuruh mereka berbuat baik pada anaknya dan Engkau tahu kedurhakaan anak pada kedua orang-tuanya. Oleh sebab itu, Engkau perintahkan dia untuk mentaati keduanya dan berbuat baik kepada keduanya. Anakmu telah berbuat baik seperti orang tua berbuat baik pada anaknya, maka berilah dia pahala dengan sebab ketaatannya dan berilah dia kesenangan dan kebahagian."
Kemudian seorang laki-laki Arab berkata, "Alangkah indahnya doamu
untuknya. Kalau saja kau tidak meratapinya dengan sesuatu yang tidak pantas
untuknya." Maka wanita Arab itu menukas, "Jika terjadi keadaan
darurat, hukum biasa tidak berlaku. Kesedihanku tidak mungkin aku elakkan dan
tidak kuasa aku tolak dan Allah yang akan memaafkan kesalahanku dengan karunia-Nya.
Dia telah berfirman:
"Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS Al-Baqarah [2]: 173).
Nasehat Ibu pada Anaknya
Seorang dari Bani Tsa'lab menceritakan tentang seorang wanita dari Badui
berpesan pada anaknya yang akan berpergian jauh. Wanita Badui bernasehat,
"Anakku, aku berpesan agar kau bertakwa kepada Allah, karena sedikit takwa
lebih berharga untukmu daripada pintarnya otakmu. Jauhilah adu domba (fitnah) karena
itu akan menumbuhkan kedengkian dan memisahkan orang-orang yang saling
mencintai. Yang baik untukmu, juga baik untuk orang lain, kemudian jadikan dia
imam. Ketahuilah siapa yang mengumpulkan malu dan derma, dia telah membaguskan
pakaian, sarung dan selendangnya."
Apa yang Ada di Sisi Allah SWT Lebih Baik dan Kekal
Ibnu
al-Sammak bercerita kepada Al-Shalat bin Hakim bahwa beberapa
orang mendatangi seorang wanita tua di kampung badui lalu memintanya menjual seekor kambing. Wanita
itu pun berkata, "Aku tidak menjual sesuatu pada Ibnu Sabil, tetapi
ambillah kambing itu karena apa yang ada pada Allah lebih baik dan lebih
kekal." Kemudian Abu al-Abbas yaitu Ibnu al-Sammak menangis dan berujar, "Semoga Allah merahmatinya. Dia mengerti agama walaupun
tinggal di kampung."
Kau Telah Membunuh Wanita Tua Itu
Abu
Bakar al-Syairazi berkata, "Aku tersesat di perkampungan badui Irak selama
beberapa hari. Aku tidak menemukan sesuatu yang dapat aku temani. Setelah beberapa
hari, aku melihat di gurun ada kemah yang rubuh, lalu aku menuju ke sana.
Ternyata itu adalah sebuah rumah dan di atasnya ada tirai yang terangkat. Aku memberi salam, lalu dibalas oleh seorang wanita tua dari dalam kemah.” Wannita tua itu berkata, "Wahai manusia, dari mana kau datang?" Abu Bakar menjawab, "Dari Makkah." Dia
bertanya lagi, "Kau mau ke mana?" Abu Bakar menjawab, "Ke Syam." Dia berkata, "Aku melihat bayangan
orang yang tidak berguna. Tidakkah kau tetap duduk di pojok itu sampai maut
mendatangimu?" Kemudian Abu Bakar melihat bekas
makanan. Tanya wanita tua itu
kemudian, "Kau membaca al-Quran?" Abu Bakar
menjawab, "Ya." Dia berkata, "Bacakan aku akhir surat
al-Furqan." Lalu Abu Bakar membacanya.
Dia terisak lalu pingsan. Ketika dia sadar setelah Abu Bakar kipasi, dia membaca ayat-ayat itu dan menyusul bacaan Abu Bakar.
Kemudian
dia mengucap, "Wahai manusia, bacalah sekali lagi." Lalu Abu Bakar membacanya, lalu dia menyusul
bacaan Abu Bakar seperti pertama dan dia lebih bersabar lagi lalu dia tidak sadarkan
diri. Abu Bakar berkata,
"Periksa keadaannya apakah dia sudah mati atau belum?" Lalu Abu Bakar meninggalkan rumah itu dan berjalan
kurang dari satu mil sampai di satu lembah yang didiami orang Arab badui. Kemudian
dua orang pemuda bersama seorang pemudi menghampiri Abu Bakar. Salah seorang di antara pemuda itu berkata,
"Wahai manusia, kau datangi rumah di gurun sana?" Abu Bakar menjawab, "Ya." Dia bertanya, "Kau membacakannya
al-Quran?" Abu Bakar
menjawab, "Ya." Dia berkata, "Demi Allah, kau telah
membunuh wanita tua itu."
Lalu Abu Bakar bersama dua orang
pemuda itu berjalan kaki sampai rumah itu dan pemudi itu masuk ke rumah dan
melihat keadaan wanita tua itu. Ternyata dia sudah meninggal. Abu Bakar kagum pada perkiraan
para pemuda tersebut, lalu Abu Bakar bertanya kepada pemudi, "Siapa dua orang pemuda itu?" Dia menjawab,
"Mereka Bani Ja'far dan ini
saudari mereka. Sejak 30 tahun dia tidak mau bercakap-cakap dengan manusia.
Jika kami mampir, dia bersembunyi di rumahnya. Dia makan dan minum hanya satu
kali setiap tiga hari."
No comments:
Post a Comment