Merusak
wanita Islam dan mengeluarkannya dari agamanya adalah upaya musuh Islam yang
paling serius lewat nama "pembebasan wanita". Hal itu karena wanita adalah sekolah tempat mendidik dan
melahirkan generasi mendatang. Dengan rusaknya wanita, generasi mendatang juga
akan rusak.
Pada
tahun 1879, Jube, seorang freemasonry, berkata:
Mereka
sangat yakin bahwa kita tidak akan mengalahkan agama kecuali saat kaum wanita
ikut serta bersama kita dan mereka berjalan dalam barisan kita. Agar wanita
berjalan dalam barisan mereka, mereka mulai merancang konspirasi dan rencana
siang malam. Di antaranya menyibukkan wanita dengan
urusan-urusan yang tidak bermanfaat. Seperti perhatian yang berlebihan pada
pakaian, perhiasan dan mempercantik diri serta membanjiri pasar-pasar dengan
majalah-majalah mode yang membawa kerusakan hasil kejeniusan Yahudi,[1]
seperti pakaian telanjang dan model-model yang murah yang menafikan perintah Allah
SWT pada kaum wanita untuk menjaga diri, menutup
aurat dan menjaga kehormatan. Rasulullah Saw bersabda, "Siapa yang
menyerupai satu kaum, maka dia termasuk golongan mereka."[2]
Sekarang
kita baca penuturan seorang saudari kita tentang perjalanannya bersama dunia
mode dan kecantikan yang palsu menuju dunia lain, dunia buku dan ilmu. Dia
bertutur:
"Aku
menjalani awal kehidupanku dalam kesesatan, kehampaan dan kelalaian. Begadang
dalam maksiat, mengakhirkan shalat pada waktunya, tidur, pergi ke taman hiburan
dan pasar. Meskipun begitu, aku tetap
shalat dan berpuasa serta berusaha menjalankan perintah agama yang aku pelajari
sejak aku kecil. Sampai-sampai –pada tingkat sekolah menengah– aku termasuk
orang yang taat menjalankan agama bila dibandingkan dengan gadis-gadis
seusiaku. Tetapi kecintaan wanita pada perhiasan, kecantikan dan ketenaran
serta kecondongannya secara alami kepada itu semua adalah pintu masuk syaitan
yang paling besar terhadapku.
Aku
amat diuji dengan keelokan dan suka mengotak-atik model pakaian yang sebagian
orang menganggapnya bukan maksiat. Tetapi aku katakan bahwa itu termasuk
maksiat yang paling besar. Sepanjang waktu aku memikirkannya, saat makan,
minum, tidur, bepergian, saat pelajaran sekolah sampai saat ujian sekalipun.
Aku juga sangat ingin belajar dan memperoleh nilai yang tinggi di mana dulu aku termasuk ranking terdepan dalam jenjang itu.
Parahnya
lagi, urusan-urusan yang tidak berguna telah menyibukkan pikiranku sampai pada
saat aku shalat dan berhadapan dengan Allah SWT.
Ketika aku selesai shalat, aku mulai merancang model yang aku pikirkan dalam
shalatku untuk saudariku, demikian juga dia.
Aku
ingat, satu kali aku menghadiri pesta perkawinan salah seorang kerabat. Aku
membuat kagum semua gadis seusiaku dan mereka memuji caraku berpakaian yang
menambah kesombonganku. Dan membuatku merasa menyesal dan sakit hati kenapa aku
tidak memakai yang lebih baik agar orang yang memuji semakin banyak.
Mungkin
kalian akan merasa aneh, tetapi semua itu karena teman-teman yang aku pilih dan
aku termasuk gadis yang taat kalau dibandingkan dengan mereka.
Pada
akhir jenjang SMA, Allah SWT memudahkan jalan hidayah kepadaku.
Pada saat ujian, aku pergi ke mushalla sekolah untuk mengulang pelajaran
bersama teman-temanku. Di sana aku melihat beberapa halaqah keilmuan, lalu aku
dan teman-temanku duduk dan mendengarkan. Itu amat membekas dalam diriku yang
membuatku mengambil jurusan Dirasat Islamiyah setelah aku lulus SMA.
Di
kampus, aku berkenalan dengan teman-teman yang salehah. Dengan karunia Allah SWT dan keutamaan teman-temanku yang salehah itu serta majlis dzikir
dan rintihan dalam doaku, Allah SWT membantuku untuk mengganti cinta
dunia menjadi cinta ilmu. Sampai-sampai aku lupa makan dan minum kalau sedang
belajar. Aku tidak membanggakan diri tetapi Allah SWT berfirman:
"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka
hendaklah kamu siarkan." (QS Adh-Dhuhâ
[93]: 11).
Setelah
mantap dalam beragama, aku merasa kebahagiaan menyelimuti hatiku. Aku berkata
bahwa mustahil ada orang yang lebih sedikit ketaatannya dariku akan lebih
bahagia dariku. Walaupun seisi dunia berada di depannya, kendati dia orang yang paling kaya.
Demikianlah, perjalananku dalam begadang dengan video dan kaset porno telah
berakhir berganti dengan buku-buku akidah, hadits dan pembahasan fiqih.
Dari tidur biasa menuju tidur dengan petunjuk Nabi Saw. Manusia akan
ditanya tentang waktunya, maka hendaknya dia menggunakan setiap detik yang dia
miliki. Jika aku berada pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk belajar,
lidahku tidak bosan berdzikir dan istighfar, Alhamdulillah.
Sebagai penutup, aku memohon kepada Allah SWT hidayah dan kemantapan untukku dan untuk semua kaum Muslimin dan Muslimat. Yang amat membantuku untuk konsisten –setelah taufiq dari Allah SWT– adalah aku memberikan pelajaran di mushalla. Pun aku membaca tentang surga yang di dalamnya
terdapat sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan
terlintas dalam hati manusia, dari pakaian, kecantikan, perhiasan, pasar-pasar dan
ziarah antar-manusia yang semua itu paling aku sukai.
Setiap kali aku membeli pakaian, aku berkata, "Aku akan memakai yang
lebih bagus di akhirat."
Ingatanku akan surga dan kenikmatannya menjadi salah satu sebab yang paling
mendorongku untuk meninggalkan kelezatan dunia. Karena aku sangat ingin
memperolehnya secara sempurna di akhirat dengan izin Allah SWT.
Dan salah satu sebab yang paling mendorongku untuk meninggalkan maksiat
adalah aku ingat pada shirath (jembatan
menuju ke surga) dan huru-hara hari kiamat dan pada amal perbuatan yang
akan ditampakkan kepada Allah SWT di hadapan
seluruh makhluk. Dan di sanalah terjadi pembukaan aib kita." [3]
[1]Rumah
model yang terbesar adalah milik Yahudi, demikian juga rumah perhiasan.
Yahudi mendapat keuntungan yang berlipat ganda dari rumah-rumah itu yang tidak
diperoleh oleh industri lain dan mereka juga mendapat keuntungan dengan
rusaknya masyarakat di luar Yahudi. Lihat,
Muhammad Qutb, Madzâhib Fikriyyah, catatan kaki, hlm. 150.
[2]HR Ahmad (2/50, 92), Abu Dawud (4031) dari Ibnu Umar.
No comments:
Post a Comment