Wanita
yang bertaubat ini berkata:
"Aku
jarang melakukan shalat, tenggelam membaca yang tidak berguna untukku,
menela'ah yang tidak bermanfaat untukku, sibuk mendengar apa yang dibenci Allah SWT dan tenggelam dalam dunia
kemaksiatan.
Hidayah datang bermula ketika aku
masuk ke dapur lalu tanganku terbakar. Aku menangis, meminta ampun pada Allah SWT dan aku merasa itu adalah balasan untukku dan untuk mengingatkan
pada neraka jahannam yang sangat panas. Malam itu aku
mulai melakukan shalat dan meminta ampun pada Allah SWT. Aku selalu melakukan shalat, tapi aku tidak merasakan khusyuk
dalam shalatku karena aku masih terus melakukan dosa-dosaku yang dulu. Aku
melakukan shalat yang kering tanpa jiwa. Aku ruku' dan sujud tanpa merasakan
ayat atau doa yang aku baca dalam shalat lantaran hatiku penuh
dengan maksiat dan tidak ada tempat untuk mengingat Allah.
Salah
seorang temanku selalu mengajakku untuk menghadiri majlis dzikir. Namun aku menolak dan menghindar darinya. Pada satu kesempatan, temanku
mengajakku dan dengan terpaksa aku pun pergi bersamanya. Saat itu ceramah
tentang shalat dan aku merasa perlu pada tema ini khususnya ketika penceramah
menerangkan firman Allah SWT:
"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar." (QS Al-Ankabut
[29]: 45).
Dia
berkata, "Shalat membuat manusia atau orang yang shalat menjauhi setiap
perbuatan keji dan munkar. Karena shalat akan menjauhkan dirinya dari perbuatan
itu. Inilah hakikat yang telah ditetapkan Allah SWT.
Tetapi kita lihat kebanyakan orang yang shalat, shalatnya tidak menjauhkannya
dari perbuatan keji dan munkar. Bahkan seorang di antara mereka berpikir dalam shalatnya, apa yang akan dia lakukan
sebentar lagi. Shalatnya juga tidak menghalanginya dari perbuatan munkar. Ini
menjadi bukti bahwa shalatnya kurang, maka dia harus instrospeksi diri, apakah
dia kurang khusyuk? Apakah dia kurang tenang? Apakah
dia merasakan dan memikirkan ayat al-Quran dan doa yang dia baca dan dia
ucapkan? Begitu seterusnya sampai akhir ceramahnya.
Kata-katanya
menancap dalam hatiku seperti air dingin diberikan pada orang yang haus. Inilah
yang aku rasakan. Sejak saat itu, aku mulai meresapi setiap bacaan shalatku
sampai-sampai surat al-Fatihah mengungkapkan makna yang sebelumnya belum pernah
aku rasakan. Aku memuji Allah SWT yang telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus
dan aku mendoakan penceramah itu. Aku meneladaninya dan sekarang aku menjadi
seorang da'iyah. Semoga Allah SWT memberi manfaat dengan kata-kataku dan membuka
hati-hati yang tertutup dan telinga-telinga yang tuli dengan kata-kata itu. Alhamdulillahi
Rabbil 'Alamiin.[1]
No comments:
Post a Comment