Tuesday, May 20, 2014

Taubatnya Pemudi Korban Perang Pemikiran



 Wanita yang bertaubat ini berkata:
"Aku jarang melakukan shalat, tenggelam membaca yang tidak berguna untukku, menela'ah yang tidak bermanfaat untukku, sibuk mendengar apa yang dibenci Allah SWT dan tenggelam dalam dunia kemaksiatan.
Hidayah datang bermula ketika aku masuk ke dapur lalu tanganku terbakar. Aku menangis, meminta ampun pada Allah SWT dan aku merasa itu adalah balasan untukku dan untuk mengingatkan pada neraka jahannam yang sangat panas. Malam itu aku mulai melakukan shalat dan meminta ampun pada Allah SWT. Aku selalu melakukan shalat, tapi aku tidak merasakan khusyuk dalam shalatku karena aku masih terus melakukan dosa-dosaku yang dulu. Aku melakukan shalat yang kering tanpa jiwa. Aku ruku' dan sujud tanpa merasakan ayat atau doa yang aku baca dalam shalat lantaran hatiku penuh dengan maksiat dan tidak ada tempat untuk mengingat Allah.
Salah seorang temanku selalu mengajakku untuk menghadiri majlis dzikir. Namun aku menolak dan menghindar darinya. Pada satu kesempatan, temanku mengajakku dan dengan terpaksa aku pun pergi bersamanya. Saat itu ceramah tentang shalat dan aku merasa perlu pada tema ini khususnya ketika penceramah menerangkan firman Allah SWT:  
"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar." (QS Al-Ankabut [29]: 45).
Dia berkata, "Shalat membuat manusia atau orang yang shalat menjauhi setiap perbuatan keji dan munkar. Karena shalat akan menjauhkan dirinya dari perbuatan itu. Inilah hakikat yang telah ditetapkan Allah SWT. Tetapi kita lihat kebanyakan orang yang shalat, shalatnya tidak menjauhkannya dari perbuatan keji dan munkar. Bahkan seorang di antara mereka berpikir dalam shalatnya, apa yang akan dia lakukan sebentar lagi. Shalatnya juga tidak menghalanginya dari perbuatan munkar. Ini menjadi bukti bahwa shalatnya kurang, maka dia harus instrospeksi diri, apakah dia kurang khusyuk? Apakah dia kurang tenang? Apakah dia merasakan dan memikirkan ayat al-Quran dan doa yang dia baca dan dia ucapkan? Begitu seterusnya sampai akhir ceramahnya.
Kata-katanya menancap dalam hatiku seperti air dingin diberikan pada orang yang haus. Inilah yang aku rasakan. Sejak saat itu, aku mulai meresapi setiap bacaan shalatku sampai-sampai surat al-Fatihah mengungkapkan makna yang sebelumnya belum pernah aku rasakan. Aku memuji Allah SWT yang telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus dan aku mendoakan penceramah itu. Aku meneladaninya dan sekarang aku menjadi seorang da'iyah. Semoga Allah SWT memberi manfaat dengan kata-kataku dan membuka hati-hati yang tertutup dan telinga-telinga yang tuli dengan kata-kata itu. Alhamdulillahi Rabbil 'Alamiin.[1]  


[1]Al-'Aidûn Ila Allah (2/52-54).

No comments:

Post a Comment