Friday, June 10, 2016

Dana BPJS Kesehatan untuk Stroke Meningkat Drastis

Tingginya animo masyarakat untuk memeriksakan kesehatan diri ke pelayanan kesehatan dinilai positif oleh sejumlah kalangan. Namun di sisi lain, penyakit yang banyak diidap masyarakat ternyata mengarah pada penyakit tidak menular atau katastropik.
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mencatat, ada kenaikan jumlah kunjungan penyakit stroke sebesar 51 persen dan kenaikan biaya sebesar 64 persen pada 2015 dibandingkan 2014.
Penyakit stroke dinilai paling banyak mengalami peningkatan anggaran BPJS Kesehatan. Data 2015 mencatat, jumlah kasusnya naik dari tahun lalu sebanyak 435.528 menjadi 860.736, dengan biaya mencapai 1.155.270.021.635.
Di Indonesia, stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama. Data Riskesdas bahkan menunjukkan, peningkatan prevalensi stroke dari 8,3 per 1.000 penduduk pada 2007 menjadi 12,1 per 1.000 penduduk pada 2013. Hal ini menandai masyarakat masih mengabaikan pentingnya pengendalian risiko stroke.
Direktur Utama Rumah Sakit Pusat otak Nasional (RS PON), dr Mursyid Bustami, Sp. S(K)., KIC., MARS sebelumnya sempat mengatakan, stroke terjadi akibat sumbatan pembuluh darah (iskemik) atau pendarahan di otak (hemoragik).
"Stroke biasanya dipicu oleh tingginya kadar kolesterol jahat yang mengakibatkan terjadinya plak aterosklerosis sehingga memicu pembentukan trombus dan membuat pembuluh darah menyempit dan pengurangan aliran darah (hipoperfusi) ke jaringan otak. Akibatnya, aliran darah terhambat ke otak," katanya.
Untuk mencegah stroke, kata dia, disarankan untuk mengubah perilaku hidup sehat dengan menurunkan berat badan, banyak makan serat, konsumsi buah dan sayuran, berhenti merokok, olahraga teratur, hindari stres dan pembatasan konsumsi lemak berlebih. (Liputan6.com)

No comments:

Post a Comment