Memimpin
dengan Keteladanan
Jika engkau
ingin memotivasi orang, satukanlah dirimu dengan pikiran dan hati mereka. Aku
memotivasi orang dengan contoh (dan aku senantiasa berharap akan mampu
melakukannya) dan juga dengan kegembiraan, pun dengan memberikan ide-ide
produktif yang membuat mereka merasa terlibat di dalamnya.
Keith
Rupert Murdoch, Raja Media The News Corp Group
Pematang
Raya, 2011. Ibukota Kabupaten Simalungun, sebuah kota yang belum
sepenuhnya terbentuk. Bangunan kantor bupati belum benar-benar sempurna.
Alun-alun yang lazimnya menjadi penanda (landmark)
sebuah ibukota kabupaten belum memberikan tanda-tanda kehidupan. Kehidupan sehari-hari
hanya berdenyut di saat-saat jam kerja kantor bupati dan segenap dinas-dinas di
bawahnya. Cuma terlihat aktif selama matahari terlihat di mata. Di luar waktu
itu, Pematang Raya terasa sepi, nyaris bagai kota mati.
Tapi, Bupati Simalungun JR Saragih tidak ingin meninggalkan
Pematang Raya yang terasa sunyi di malam hari. Dia ingin menghidupkan denyut
Pematang Raya kendati sebagian besar aparatur yang dipimpinnya memilih menetap
di Pematang Siantar. Sebuah kota yang sudah dinamis dan dulu memang menjadi
ibukota Kabupaten Simalungun. Setelah Pematang Siantar minta mekar menjadi kota
yang otonom, Kabupaten Simalungun mesti merintis membangun ibukota baru di
Pematang Raya.
Tidak mudah memang hidup di sebuah wilayah rintisan yang segala
sesuatunya masih dalam tahap pembangunan dan penyempurnaan. Ibarat kita harus
membuka hutan belantara untuk permukiman yang hendak kita tempati. Namun,
sekali lagi, JR Saragih ingin terus menghidupkan Pematang Raya. Untuk terus
menghidupkan denyut itu, dia memilih menetap di Pematang Raya, tidak
pergi-pulang Pematang Siantar – Pematang Raya. Sebagai pemimpin, dia ingin
memberi teladan dan memotivasi segenap aparaturnya agar Pematang Raya cepat tumbuh
dan berkembang menjadi kota yang layak menjadi ibukota sebuah kabupaten.
Pematang Raya perlu dihidupkan dan yang menghidupkan sudah barang tentu harus
dimulai dari sang pemimpin tertinggi.
Apa yang dilakukan oleh Bupati JR Saragih itu tak lain merupakan
implementasi dari nasihat cendekiawan dan guru bangsa Ki Hajar Dewantara yang
sohor dengan prinsip-prinsip kepemimpinan yang dituturkan dalam bahasa Jawa
halus Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo
Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Sebuah nasihat sederhana namun sarat
makna. Bahwa seorang pemimpin itu mengemban tiga tugas pokok, yaitu memberi
teladan (exampling), memberikan
inspirasi (inspiring), dan memotivasi
(motivating). Nasihat yang cukup
populer di kalangan para pemimpin dan calon pemimpin yang mengikuti pendidikan
di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), para peserta penataran P-4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) semasa Orde Baru, dan pendidikan
kepemimpinan serupa lainnya.
Persoalannya kemudian, apakah mereka yang lulus dari Lemhanas atau
penataran P-4 mengikuti nasihat Guru Bangsa tersebut? Ternyata tidak. Banyak di
antara mereka yang telah mengikuti pendidikan semacam itu memperlihatkan
perilaku yang kurang terpuji di mata masyarakat. Nilai-nilai yang diperoleh
selama mengikuti pendidikan tidak diterapkan secara konsekuen dan konsisten,
dan nyaris tidak ada keteladanan dari para pemimpin kita dalam menerapkan
nasihat Ki Hajar Dewantara tadi.
A. Menebar Keteladanan
Bupati JR Saragih tak ingin menjadi pemimpin yang nihil
keteladanan. Dia ingin menebar keteladanan.
Dia menyadari bahwa keteladanan yang baik merupakan faktor yang menentukan
apabila kita ingin mengubah atau memperbaiki keadaan masyarakat, tak terkecuali
masyarakat Kabupaten Simalungun yang masih jauh tertinggal dibandingkan wilayah
lain di Indonesia. Memang, keteladanan kini sudah menjadi barang langka dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bangsa kita sedang dalam
kondisi sakit parah. Kondisi ini harus cepat diperbaiki bila kita menginginkan
masyarakat Simalungun tetap eksis dan berkembang maju.
Teladan, sungguh kata yang sarat makna, yang mesti tetap
diupayakan. Pertanyaannya, mesti dimulai dari mana? Pertanyaan yang tampaknya
tidak mudah untuk menjawabnya. Ketika telah berada dalam lingkaran setan, maka
harus ada terobosan. Sejatinya, jawabannya sederhana saja. Keteladanan, di mata
JR Saragih, harus dimulai dari diri sendiri, keluarga, kelompok, pemerintahan
kecamatan, pemerintahan kabupaten, pemerintahan provinsi dan seterusnya.
Dalam konteks pemerintahan daerah kabupaten, sebagai pemimpin,
kepala daerah atau bupati, JR Saragih tentu terus giat melakukan berbagai
perubahan yang terus berkesinambungan dalam rangka membuat pemerintahan daerah
yang dipimpinnya berkinerja tinggi, dipercaya warga masyarakat, memiliki
keunggulan bersaing yang lestari, dan berdaya tarik kuat buat investasi.
Keberhasilan untuk mencapai semua itu tergantung pada beberapa faktor, dan
salah satunya yang penting adalah keteladanan.
Boleh dikatakan keteladan merupakan sentral dalam proses
perubahan yang sedang dilaksanakan. Dan keteladanan harus dilakukan oleh setiap
pemimpin yang ada di lingkungan pemerintahan daerah, mulai dari bupati sampai
dengan pemimpin terendah kepala nagori. Kepemimpinan adalah keteladan! Suatu
kepemimpinan akan berjalan secara baik bilamana terdapat keteladanan dan
kewibawaan dari sosok yang memimpin serta ketaatan dan disiplin dari yang
dipimpin. Memimpin tidak cukup bermodalkan kemampuan teknis semata. JR Saragih
berusaha tampil dan mampu menjadi teladan kebaikan bagi orang-orang yang
dipimpinnya.
Keteladanan adalah perintah tanpa kata-kata. Orang lain lebih
senang mengikuti teladan daripada kata-kata perintah. Sebab itu, keteladanan
menjadi cara yang efektif untuk mempengaruhi anak buah dalam bersikap dan
bertindak. JR Saragih menyadari, sebagai pemimpin yang memperoleh amanah dari
rakyat Simalungun, dia berusaha memberikan atau menebar keteladanan agar rakyat
yang memilihnya mempercayai sepenuh aspirasi. Keteladanan adalah memberikan
contoh melalui perbuatan atau tindakan nyata.
JR Saragih memahami, kendati prinsip keteladanan cukup efektif,
penerapannya tidaklah sederhana. Dibutuhkan konsistensi dan integritas dalam
menerapkan keteladanan yang harus diberikan. R. Bruce McAfee & Betty J.
Ricks dalam bukunya yang berjudul Leadership
By Example: Do as I Do! memberikan guide
line berupa lima kunci utama dalam memberi keteladanan.
Pertama, taat pada
aturan. Jika sebagai pemimpin kita mentaati peraturan yang berlaku di
pemerintahan daerah maka anak buah (segenap aparatur pemerintahan daerah) akan
respek dan memiliki tanggung jawab moral mentaati peraturan sebagaimana yang
kita taati. Karena itu, JR Saragih berusaha menunjukkan keteladanan dengan
terlebih dulu mentaati peraturan-peraturan pemerintahan daerah.
Kedua,
pencapaian target kinerja. JR Saragih tentu berharap segenap aparatur di
lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun bekerja mencapai prestasi seperti
yang ditargetkannya. Untuk itu, terlebih dulu dia meningkatkan prestasi dirinya
sebagai seorang pemimpin. Dengan raihan prestasi dirinya, para aparatur yang
dipimpinnya akan terpacu untuk berpestasi juga.
Ketiga, memiliki
sikap mental positif. JR Saragih berusaha mengawal segala aktivitas
pemerintahan daerah Kabupaten Simalungun dengan sikap positif. Dia berupaya
menumbuhkan sikap positif terhadap pekerjaan dan tanggung jawab pelayanan
masyarakat. Dia berusaha menebar sikap positif terhadap apa yang dilakukan oleh
segenap aparatur pemerintahan daerah sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan
publik. Selama ini publik sudah terlalu apatis dan berprasangka negatif
terhadap segala aktivitas yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan derah. Hal
ini tak terlepas dari perilaku dan sikap negatif yang mereka kesankan selama
ini. Mereka memberi kesan, misalkan, semua urusan dengan aparatur
ujung-ujungnya duit, segala urusan dengan aparatur terasa berbelit dan rumit. JR
Saragih berikhtiar menghapus sikap dan perilaku negatif ini.
Keempat,
penampilan fisik yang prima. JR Saragih menyadari bahwa penampilan mempengaruhi
kewibawaan seorang pemimpin. Jika sebagai pemimpin penampilannya rapih, bersih
dan segar, maka anak buah (segenap aparatur yang dipimpinnya) akan semakin
bergairah meneladani sang pemimpin.
Dan kelima, komunikasi
interpersonal yang baik dan tepat. Cara berbicara dan bahasa tubuh seorang
pemimpin secara personal terhadap orang lain, anak buah dan lingkungan sangat
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memberikan teladan. Sebagai pemimpin
yang berhasil, JR Saragih perlu tampil sebagai sosok yang penuh wibawa melalui
komunikasi yang tepat.
Berbekal kelima prinsip tadi, JR Saragih berusaha menerapkan
prinsip yang dikenal sebagai leadership
by example. Dengan suara tegas dia kerap berujar: “Do as I do!” Secara terus-menerus, dia berupaya mengikis sikap
hipokrit seorang pemimpin yang berprinsip “Do
as I say, not as I do!” Dia tidak ingin meninggalkan kenangan dan kesan
buruk di tanah kelahirannya.
Maka ketika Pematang Raya masih terasa sepi dan sunyi, dia
memberi contoh untuk tetap tinggal dan meramaikan ibukota Kabupaten Simalungun
itu. Barangkali, dirinya tidak terlalu bermasalah tinggal di sini karena memang
tersedia rumah dinas. Hal ini menjadi bermasalah bagi aparatur yang selama ini
telah memiliki rumah di Pematang Siantar.
Agar keteladannya tinggal di Pematang Raya tidak sekadar
kata-kata imbauan yang tidak membumi, JR Saragih bertekad kuat membangun
sejumlah sarana dan prasarana kehidupan bermasyarakat di kota yang baru diretas
ini. Buat segenap Pegawai Negeri Sipil (PNS) aparatur pemerintah kabupaten, dia
bertekad –paling lambat tahun 2013—sudah terbangun atau menyediakan 3.000 unit
rumah di sekitar kota Pematang Raya. Dengan demikian, diharapkan, mereka
bersedia berpindah dari Pematang Siantar ke Pematang Raya.
Tidak cuma sampai di situ saja. Dia pun berketetapan
menghidupkan denyut nadi perekonomian di wilayah Pematang Raya. Selama rentang waktu
kepemimpinannya di Kabupaten Simalungun, dia membangun pasar tradisional yang
hidup 24 jam di Saribudolok, Silimakuta, dan Haranggaol. Dengan harapan, para
petani Simalungun dapat memasarkan hasil-hasil pertaniannya di “rumah” sendiri.
Mereka tidak perlu lagi memasarkan hasil pertanian melalui Tanah Karo. “Selama
ini petani kami tidak bisa memasarkan langsung lewat wilayah Kabupaten Simalungun.
Mereka harus memasarkan melalui pasar-pasar tradisional di Tebingtinggi,
Pematang Siantar dan Tanah Karo. Selain mereka menghadapi mata rantai yang
relatif panjang, daerah Simalungun juga tidak memperoleh apa-apa dari aktivitas
pertanian andalan,” ujar JR Saragih. Dan, akibatnya, hasil-hasil pertanian asal
Simalungun justru lebih dikenal sebagai hasil dari daerah lain. Misalkan jeruk
Saribudolok yang lebih dikenal sebagai jeruk Tanah Karo atau kopi Simalungun
yang malah popular sebagai kopi Sidikalang.
Selain menghidupkan denyut perekonomian Pematang Raya, JR
Saragih berusaha pula melengkapi fasilitas pendidikan yang komprehensif. “Target
saya, Pematang Raya tampil menjadi kota pendidikan. Jadi harus dibangun lembaga
pendidikan yang baik dan representatif di daerah ini. Kami buat lembaga
pendidikan SMP dan SMA Satu Atap, kemudian SD Plus. Dengan anak-anak kami
pindah ke Pematang Raya, kami berharap cara berpikir warga masyarakat
Simalungun akan berubah yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan menaikkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai salah satu
indikator kemajuan masyarakat,” papar JR Saragih.
Sebagai pemimpin, JR Saragih telah merentang target-target yang
harus dicapai agar warga masyarakat Simalungun merasa terayomi, termotivasi dan
terinspirasi.
B. Datang untuk Melayani
Satu hal yang tidak pernah terlupakan dalam diri Bupati JR
Saragih adalah sikapnya yang senantiasa berusaha memenuhi undangan dari warga
Simalungun. Sesibuk apapun (kecuali tengah berada di luar kota, Jakarta
misalnya), dia berusaha memenuhi semua undangan warga masyarakat. Mulai dari
undangan meresmikan tempat ibadah, undangan peringatan hari besar keagamaan,
sampai undangan perhelatan tradisi-adat masyarakat. Dia tidak mau mengecewakan
rakyat yang telah memberi amanat untuk memimpin masyarakat Kabupaten
Simalungun. Dia terus melayani.
Sebagai umat Kristiani, JR Saragih berusaha mewarnai
kepemimpinannya dengan karakteristik kepemimpinan rohani yang bertumpu kepemimpinan
yang “menghambakan” diri. Kepemimpinan yang bukan untuk mencari keuntungan
materi maupun non-materi, melainkan untuk pelayanan. Merujuk pada buku suci
yang diyakininya, bahwa para raja bertahta bukan untuk meninggikan diri atas
rakyat (Ul. 17:20). Korah ditegur dan dihukum akibat sikap kepemimpinan yang
mengutamakan kedudukan (Bil. 16:933). Paulus memandang jabatan rasuli bukan
untuk kemuliaan dirinya, melainkan untuk bekerja keras dalam pelayanan (2Kor.
11-12; 1Kor. 15:910). Para penatua gereja dipanggil untuk menggembalakan dan
memelihara umat Allah (Ibr. 13:17; 1Ptr. 5:23). Yesus mengajarkan kepemimpinan
sebagai “menjadi hamba” dan Dia menegaskannya melalui keteladanan-Nya (Mrk.
10:3545).
Dengan prinsip melayani tadi, JR Saragih juga berusaha mewarnai kepemimpinannya
berdasarkan karakter yang baik. Dalam keyakinan agamanya, kepemimpinan sangat
menekankan karakter yang teruji. Otentisitas kepemimpinan bergantung pada
ketaatannya terhadap Tuhan dan meneladani sifat Tuhan. Dengan otentisitas
tersebut maka kepemimpinan memiliki legitimasi dan otoritas untuk memimpin.
JR Saragih juga berusaha memimpin berdasarkan motivasi rohani.
Kepemimpinan sekuler pada umumnya berjalan berdasarkan kekuatan manusiawi dan
bertujuan untuk meraih keuntungan pribadi. Sedangkan kepemimpinan rohani harus
menanggalkan pementingan diri dan motivasinya untuk kepentingan orang lain dan
kemuliaan Tuhan.
Dengan bersandar pada prinsip melayani dan motivasi rohani, JR
Saragih mendasarkan otoritas kepemimpinanya pada pengorbanan. Dia mengusung
prinsip yang disebut “pemimpin pelayan” (a
servant leader). Dia menghindari kepemimpinan yang berakar pada arogansi
yang membuatnya bertindak dominan berdasarkan rasa superioritas. Agama yang
diyakininya mengajarkan bahwa ciri khas
dan kebesaran pemimpin terletak bukan pada posisi dan kuasanya, melainkan pada
pengorbanannya. Hanya melalui tindakan melayani, seseorang menjadi besar.
Pemimpin yang memberi keteladanan dan pengorbanan akan memiliki wibawa untuk
memimpin orang lain.
Tentu, JR Saragih tidak sekadar melayani dalam memimpin
masyarakat Kabupaten Simalungun. Karena, melayani saja dapat disalah-artikan
dan disalah-gunakan oleh banyak kalangan, terutama kalangan-kalangan yang
merasa kurang puas terhadap kebijakan dan program pembangunan yang digulirkan.
Untuk itulah, selain melayani, dia pun melengkapi sikap kearifan dalam
memimpin.
Dengan kearifan, orang akan mampu menguasai diri. Di tengah
kelimpahan sumber daya manusia yang mencapai 120 orang eselon II sementara
hanya ada 40 kursi jabatan di SKPD, kalau JR Saragih tidak bertindak arif dan
mampu mengendalikan diri maka akan terjadi kekacauan.
Penguasaan diri itu penting karena akan mempengaruhi setiap aspek
sebuah organisasi, termasuk pemerintahan daerah. Bagaimana kearifan dan
penguasaan diri mempengaruhi pemerintahan daerah? Andaikata seorang bupati
bereaksi marah ketika ada seseorang dari eselon II marah-marah karena kecewa,
tentu citra negatif akan melekat pada diri sang bupati. Hubungan antara bupati
dan segenap aparatur di bawahnya akan berantakan. Di sini, penguasaan diri dan
kearifan menjadi sangat penting.
Lalu, bagaimana cara memelihara penguasaan diri? Terdapat tiga
langkah sebagaimana disarankan oleh Jay Rifenbary dalam bukunya yang berjudul No Excuse! untuk membantu agar kita
mampu memelihara penguasaan diri dalam segala hal. Pertama, mendengarkan sebelum berpikir. Bila seorang pemimpin tidak
mendengarkan para bawahannya sebelum mengambil suatu keputusan, maka dia belum
tahu keseluruhan permasalahannya. Tanpa mendengarkan dan mengumpulkan informasi
yang lengkap dan akurat, seorang pemimpin cenderung hanya menuruti kemauan
sendiri.
Kedua, berpikir
sebelum menilai. Seorang pemimpin mesti mengumpulkan seluruh data yang
berhubungan dengan sebuah permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat baru
kemudian membuat sebuah keputusan atau kebijakan. Selain itu, dia juga harus
memikirkan situasi yang tengah terjadi. Bila situasi saat itu penuh emosional,
seorang pemimpin harus mampu memisahkan emosi dari fakta yang ada.
Dan ketiga, menilai
sebelum bertindak. Setelah berbagai data terkumpul, tibalah saatnya untuk
menilai. Selanjutnya, laksanakanlah berbagai kebijakan atau tindakan apa pun
yang akan diambil.
Kehidupan seorang pemimpin akan menjadi jauh lebih baik ketika
sang pemimpin siap dengan cara berpikir yang mengutamakan kearifan dan
penguasaan diri. Sang pemimpin akan mampu menangani siapa saja dan permasalahan
apa saja yang dihadapi. Penguasaan diri sangat penting khususnya bagi seorang
pemimpin pada semua level. Tanpa penguasaan diri, seorang pemimpin akan
kehilangan kredibilitas dan kemungkinan kecil para bawahan akan mengikutinya.
Dengan penguasaan diri dan kearifan itulah, JR Saragih berusaha
menata birokrasi dan aparatur yang mengawakinya. Ketika pulang untuk memimpin
masyarakat Simalungun, dia mendapati fakta piramida terbalik proporsi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Simalungun. Artinya,
jumlah PNS dengan pangkat tinggi menempati porsi yang relatif tinggi. Salah
satu contohnya kursi jabatan di SKPD untuk 40 orang, sementara PNS yang layak
menempati kursi tersebut mencapai 120 orang dan hampir tidak ada yang di level
pelaksana.
Secara hati-hati, JR Saragih melakukan pendekatan kepada para
PNS yang non-job. Dia mengajak mereka untuk tidak semata-mata meninggikan
kepangkatan yang melekat. Dia lebih banyak mencontohkan dirinya yang secara
materi sebenarnya sudah tidak kekurangan tapi masih mau turun ke daerah yang
relatif tertinggal. “Mari kita bekerja untuk membangun daerah ini. Jangan
melihat pangkat yang tinggi. Saya datang ke daerah ini ingin menjadi pelayan,
bukan dilayani,” ujar JR Saragih dalam berbagai kesempatan berdialog dengan PNS
di jajaran Pemerintah Kabupaten Simalungun.
Melalui pendekatan penuh kehati-hatian, JR Saragih mengajak
aparatur di bawahnya bekerja mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik yang
diupayakan melalui langkah-langkah: Memacu organisasi SKPD yang visioner, Meningkatkan
keterbukaan dan transparansi informasi, Meningkatkan partisipasi masyarakat, Meningkatkan
akuntabilitas dalam pelayanan pemerintahan, Meningkatkan supremasi hukum, Meningkatkan
demokratisasi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, Meningkatkan
profesionalisme dan kompetensi penyelenggaraan pemerintah daerah, Meningkatkan
daya tanggap aparatur pemerintah, dan Meningkatkan efisiensi pengelolaan
keuangan dan efektivitas pengelolaan aset.
Langkah-langkah tersebut bertujuan mengajak segenap aparatur
Pemerintah Kabupaten Simalungun berkompetisi secara sehat dalam berkarir dan
bersama-sama membangun wilayah Simalungun yang lebih berpengharapan.
C. Memantik Semangat Menuju Sukses
Tampak ada pesimisme di kalangan masyarakat Simalungun dalam
menghadapi masa depan. Masa depan terasa suram. Masa depan terasa nihil
harapan. Setidaknya hal itulah yang JR Saragih rasakan tatkala menginjakkan
kakinya menapaki pengabdian sebagai Kepala Daerah Kabupaten Simalungun. Banyak
warga masyarakat merasa jenuh ketika anak-anaknya telah menamatkan pendidikan
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Atas (SMA). Mereka
kehilangan motivasi untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi lagi. Padahal, potensi anak-anak muda Simalungun tidak kalah
dibandingkan anak-anak muda dari daerah lain.
Satu hal yang menyebabkan mereka pesimis, bahwa mereka
kehilangan semangat dalam menghadapi kehidupan. Padahal, semangat ini memegang
peran penting dalam memompa kehidupan anak manusia untuk menatap masa depan
yang cerah. Di dunia ini, demikian pedapat Panglima Perancis dalam Pertempuran
Waterloo (1815) Napoleon Bonaparte, hanya terdapat dua kekuatan, yakni pedang
dan semangat. Dalam jangka panjang, yang pertama selalu tertaklukkan oleh yang
kedua.
Ya, semangat. Menjadi daya dorong yang begitu kuat bagi setiap
insan dalam menapaki kehidupan. Satu hasil survai menunjukkan bahwa lebih dari
50 persen CEO (Chief Executive Officer)
perusahaan yang masuk Fortune-500 hanya
memperoleh nilai rata-rata C atau C- ketika mereka kuliah. Berikutnya, hampir
57 persen dari seluruh Presiden Amerika Serikat (AS) hanya mencapai peringkat
bawah menengah di kelasnya. Pertanyaannya, apa sebenarnya yang mendorong
orang-orang yang tampaknya biasa-biasa saja itu mampu mencapai hal-hal besar
dan menjadi orang-orang yang luar biasa? Jawabannya adalah: semangat!
Kemudian, dalam dunia politik kita mengenal nama Nelson Mandela.
Kemerdekaan dan kemajuan Afrika Selatan tidak lepas dari peranannya sebagai
seorang pemimpin moral dan politik. Dia membaktikan hidupnya membela rakyat
terindas akibat politik apartheid,
kendati untuk itu dia harus melewatkan lebih dari 25 tahun jalan hidupnya di balik
terali besi penjara. Mandela merupakan referensi sebagai seorang pejuang
kemerdekaan hak azazi manusia dan persamaan ras. Apa yang menyebabkan Nelson
Mandela mampu melakukan semua itu? Jawabannya sama, yakni: semangat. Semangat
Mandela merupakan ciri khas seorang pemimpin politik yang paling mengesankan
dan inspiratif di dunia. Dia pernah mengatakan: “Zaman ini tidak akan berakhir
gara-gara kejahatan, tetapi lebih disebabkan oleh kurangnya semangat.”
Apa itu semangat? Semangat (passion)
adalah antusiasme yang besar terhadap suatu kegiatan. Semangat berarti pula keinginan
atau kecintaan yang dalam. Jika kita memiliki hasrat yang membara terhadap
suatu hal, tidak ada satu pun hal di dunia yang dapat menghentikan kita guna
meraihnya, termasuk tantangan dan kesulitan apapun yang kita hadapi. Hasrat
yang tidak terbentung akan menyingkirkan semua rintangan dan tembok penghalang
secara mental yang timbul dalam kehidupan yang kita alami.
Banyak lagi dampak dari semangat yang tinggi. Semangat akan
membuat kita menjadi lebih berdedikasi dan produktif. Orang yang memiliki
semangat besar dan sedikit keterampilan akan lebih unggul dibandingkan orang
yang memiliki keterampilan hebat namun tidak memiliki semangat. Semangat juga
dapat memberi pengaruh lebih besar terhadap kepribadian seseorang, karena dapat
membuat seseorang yang biasa-biasa saja mencapi hal-hal yang luar biasa.
Satu hal lagi. Semangat akan melahirkan keajaiban. Bila kita
sedang bekerja atau melakukan kegiatan dengan bersemangat dan dengan penuh
keyakinan dan percaya diri, maka kegiatan yang sepatutnya “gagal” pun tidak
jadi gagal lantaran kita tidak mempercayai kegagalan.
Orang yang bersemangat dan orang yang tidak bersemangat jelas
sangat berbeda. Orang yang betul-betul bersemangat dapat dilihat pada auranya.
Elektron-elektron orang yang bersemangat akan bergetar dan menghantar gelombang
ke segenap alam. Pancaindera seperti mata atau telinganya sensitif terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan tujuan karena pikiran bawah sadarnya telah
terangsang secara berkesinambungan.
Bila kita berada dalam semangat tinggi maka diibaratkan raksasa
dalam diri kita telah bangkit. Apabila timbul masalah maka kita akan memperoleh
ide, entah dari mana, dan mampu menghindarinya. Kita pun akan lebih mudah dalam
mengambil keputusan yang sulit lantaran memiliki banyak informasi, imajinasi,
ide, fakta dan inspirasi yang terpantik di dalam diri yang bersatu membantu
kita membuat keputusan.
Semangat akan senantiasa melahirkan ilham, kegagalan tidak
terwujud, dan ide datang dari segala penjuru. Pancaindera kita akan sangat peka
dan melihat semua petunjuk menuju ke arah keberhasilan. Jadi, semangat merupakan modal utama
memperoleh kemajuan dan kesuksesan dalam kehidupan. Seseorang akan mampu
mencapai kejayaan jika ia bekerja dengan penuh semangat. Ya, orang yang
bersemangat senantiasa dahaga akan kesuksesan.
Terkadang kita bersemangat mendengar ceramah motivasi yang
diberikan oleh para motivator andal dan pulang dengan penuh semangat. Namun,
dua-tiga hari berselang kita kembali memble,
kembali ke rutinitas sediakala. JR Saragih berusaha terus memotivasi segenap
aparaturnya agar memelihara semangat dengan mengobarkan: pertama, menciptakan tujuan spesifik dalam tugas membangun
Kabupaten Simalungun. Misalkan dalam hal memajukan sektor pertanian sebagai
andalan mencapai masyarakat makmur dan sejahtera. Pembangunan pertanian di
Simalungun akan menyasar pada pengembangan dan pengelolaan irigasi dengan arah
meningkatkan fungsi jaringan irigasi dan mengembangkan inovasi pendanaan dan meningkatkan
kapasitas kelembagaan pengelolaan irigasi.
Kedua, kemauan
untuk secara terus-menerus mengembangkan diri. Pengembangan diri ini dapat
dilakukan di mana pun dan kapan saja, misalnya dengan mengikuti pendidikan dan
pelatihan. Bupati JR Saragih berupaya tiada henti untuk membuka kesempatan
mengikuti pendidikan dan pelatihan buat para petani di wilayah Kabupaten
Simalungun.
Dan ketiga,
mengembangkan media bergaul dengan orang-orang yang bersemangat. Jika kita
ingin tetap bersemangat tinggi maka kita harus bergaul dengan orang-orang yang
senantiasa bersemangat. Sekadar contoh dalam hal mendorong semangat memajukan
pendidikan, JR Saragih selalu mengobarkan semangat mencontoh pengembangan
pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang dilaksanakan oleh komunitas
umat Katolik Simalungun. “Menyelenggarakan pendidikan sebenarnya menjadi tugas
pemerintah, namun umat Katolik sudah banyak yang mengembangkan pendidikan di wilayah
Simalungun. Semangat ini diharapkan bisa dicontoh oleh warga yang lain di
sini,” ujar Bupati JR Saragih saat meresmikan Jalan SMA Vanduyhoven
Saribudolok, Kecamatan Silimakuta, akhir tahun 2011 lalu.
Pesan JR Saragih terang dan gamblang, bahwa para aparatur
pemerintah dan warga masyarakat Kabupaten Simalungun harus bersemangat. Seorang
aparatur yang pandai tanpa disertai semangat tidak akan ada arti kontribusinya
bagi jalannya pemerintahan kabupaten dibandingkan aparatur dengan kemampuan
standar tapi memiliki semangat tinggi. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh
orang yang mempunyai semangat tinggi. Semangat tinggi untuk maju dapat
memperbaiki berbagai kesalahan, mengubah ketidakberdayaan menjadi keberhasilan,
mengubah kegagalan menjadi kemenangan, dan membantu mengenali peluangan di
balik ancaman.
Terlebih pada para aparatur yang menjadi pemimpin di unit kerja
di pemerintahan kabupaten. Hanya pemimpin yang memiliki semangat tinggi yang
mampu memberi dampak dan menyalakan api semangat bagi unit kerjanya dalam
mencapai target-target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten
Simalungun.
Pada lima tahun kepemimpinannya, Bupati JR Saragih ingin
dukungan segenap aparatur dan warga masyarakat Simalungun untuk mencapai delapan
target Millenium Development Goal’s
(MDGs). MDG’s merupakan sebuat target yang ditetapkan melalui Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1990 dan pencapaiannya diharapkan pada tahun
2015 dan 2020. Adapun kedelapan target yang hendak dicapai adalah:
Pertama, diberantasnya
kemiskinan dan kelaparan ekstrim dengan indikator pada tahun 1990 sampai 2015
menurunkan separuh dari proporsi orang yang hidup dengan kurang dari $1 per
hari dan menurunkan separuh dari proporsi orang yang menderita kelaparan.
Kedua, pemerataan
pendidikan dasar dengan indikator pada tahun 2015 semua anak laki-laki dan
perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar.
Ketiga, meningkatkan
persamaan gender dan pemberdayaan kaum wanita dengan indikator dihapuskannya
diskriminasi gender, khususnya dalam pendidikan dasar dan menengah untuk tahun
2005 dan pada semua tingkat pendidikan di tahun 2015.
Keempat, menurunkan
tingkat kematian anak dengan indikator menurunnya tingkat kematian balita
sebesar 2/3 dari tahun 1990 sampai tahun 2015.
Kelima, meningkatkan
kesehatan ibu hamil dengan indikator turunnya rasio kematian ibu hamil sebesar
¾ dari tahun 1990 sampai tahun 2015.
Keenam, memberantas
HIV/ AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya dengan indikator mulai
menghentikan penyebaran HIV/ AIDS dan telah selesai diberantas pada tahun 2015
dan mulai menghentikan timbulnya penyakit malaria dan penyakit besar lainnya
dan telah selesai diberantas pada tahun 2015.
Ketujuh, memastikan
keberlangsungan lingkungan (environtmental
sustainability) dengan indikator menggabungkan prinsip pembangunan yang
berkelanjutan (developmental
sustainability) ke dalam program dan kebijakan negara dan menekan tingkat
kehilangan dan kerusakan sumber daya lingkungan; pada tahun 2015 mengurangi
separuh dari proporsi masyarakat yang tidak memiliki akses berkelanjutan
terhadap air minum dan sanitasi yang aman; tahun 2020 telah mencapai
peningkatan yang signifikan pada kehidupan penduduk di perkampungan miskin.
Dan kedelapan, membangun
kemitraan global untuk pembangunan dengan indikator melakukan pembangunan lebih
lanjut terhadap sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis
peraturan (rule-based) dapat
diprediksi dan tidak terdiskriminasi
Kedelapan target tersebut kemudian diperinci ke dalam indikator
kinerja daerah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Simalungun Tahun 2011-2015 yang hendak dicapai sebagaimana tergambar
dalam tabel berikut:
Tabel Indikator
Kinerja dalam RPJMD Kabupaten Simalungun 2011-2015
No.
|
Uraian
|
Kondisi Eksisting
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
Visi : “Terwujudnya
Masyarakat dan Daerah Kabupaten Simalungun yang Makmur Perekonomian, Adil,
Nyaman, Taqwa, Aman dan Berbudaya” (MANTAB)
|
|||||||
Misi 1 :
Peningkatan dan percepatan pembangunan infrastruktur
|
|||||||
1
|
Rumah Tangga
pengguna Air bersih
|
15,94%
|
15,59%
|
16,04%
|
16,09%
|
16,14%
|
16,19%
|
2
|
Jumlah
Sambungan PDAM
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Penangan
jalan rusak berat
|
151,50 km
|
30,30 km
|
30,30 km
|
30,30 km
|
30,30 km
|
30,30 km
|
4
|
Penangan
Jembatan
|
318,50 m
|
63,70%
|
63,70%
|
63,70%
|
63,70%
|
63,70%
|
5
|
Pengembangan/Pembangunan
PLTMh
|
3 unit
|
1 unit
|
1 unit
|
1 unit
|
1 unit
|
1 unit
|
6
|
Perencanaan
Pembangunan/Renovasi Rumah kumuh
|
|
2 kecamatan
|
7 kecamatan
|
7 kecamatan
|
7 kecamatan
|
8 kecamatan
|
7
|
Rumah layak
huni
|
37,75%
|
37,76%
|
37,77%
|
37,78%
|
37,79%
|
37,80%
|
8
|
Perencanaan
Tata Ruang
|
|
RTRW Kabupaten Simalungun
|
RUTR Kec. Dolok Panribuan, Dolok Silau, Tapian
Dolok, Bosar Maligas, Purba, Tanah Jawa, Siantar, Jorlang Hataran, Bandar,
Silimakuta, Sidamanik dan Rencana Kawasan Strategis Ibukota Kabupaten
|
RUTR Kec. Ujung Padang, Pam. Bandar, Silau Kahean,
Pane, Raya Kahean, Dolok Batu Naggar dan Pamatang Silimakuta
|
RUTR Kec. Girsang Sipangan Bolon, Haranggaol Horison,
Gunung Maligas, Gunung Malela, Bandar Masilam
|
RUTR Kec. Bandar Huluan, Huta Bayu Raja,
Hatonduhan, Dolok Pardamean, Pam. Sidamanik
|
9
|
Pengembangan
Kapasitas Air Minum dan dukungan prasarana dan sarana air minum
|
|
150 Unit
|
150 Unit
|
150 Unit
|
150 Unit
|
150 Unit
|
10
|
Pengembangan
Prasana Drainase
|
|
17,250 m
|
17,250 m
|
17,250 m
|
17,250 m
|
17,250 m
|
11
|
Pelayanan
Kebersihan/Sampah Terangkut (%)
|
Produksi sampah 426,556 m3 (sampah terangkut 13 %)
|
15%
|
17%
|
19%
|
21%
|
23%
|
12
|
Jumlah
Kawasan kumuh
|
4,99%
|
4,985%
|
4,980%
|
4,975%
|
4,970%
|
4,965%
|
13
|
Jaringan
Irigasi Kondisi baik
|
64,50%
|
67,50%
|
70,50%
|
73,50%
|
76,50%
|
79,50%
|
14
|
Rumah Tangga
bersanitasi
|
43,770%
|
43,775%
|
43,780%
|
43,785%
|
43,790%
|
43,795%
|
15
|
Pembangunan
jalan usaha tani
|
3 km
|
6,3 km
|
6,5 km
|
7 km
|
7,4 km
|
8 km
|
16
|
Rehabilitasi
JITUT/JIDES
|
12 km
|
6,5 km
|
6,8 km
|
7,2 km
|
7,6 km
|
8 km
|
17
|
Tingkat
ketaatan terhadap RTRW
|
%
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
18
|
Konservasi
tanah dan air
|
|
|
|
|
|
|
a. Pemb sumur resapan
|
unit
|
10
|
10
|
15
|
15
|
15
|
|
b. Pemb. Embung air
|
unit
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
|
20
|
Pencegahan
dan pengendalian kerusakan hutan dan lahan
|
Kecamatan
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
21
|
Pengawasan dan pengendalian peredaran hasil
hutan
|
Kecamatan
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Misi 2 :
Percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
|
|||||||
1
|
Pertumbuhan
ekonomi
|
4,67%
|
4,90%
|
5,15%
|
5,41%
|
5,68%
|
5,96%
|
2
|
PDRB ADHB
(Rp. Juta)
|
9.221.624,92
|
10.143.784,11
|
11.158.162,52
|
12.273.978,78
|
13.501.376,65
|
14.851.514,32
|
3
|
PDRB ADHK
(Rp. Juta)
|
5.285.269,18
|
5.549.532,64
|
5.827.009,27
|
6.118.359,73
|
6.424.227,72
|
6.745.491,61
|
4
|
PDRB/Kapita
(Rp.)
|
10.724.330,00
|
11.796.763,00
|
12.976.439,00
|
14.274.083,23
|
15.701.491,55
|
17.271.640,71
|
5
|
Pengeluaran
Riil per kapita per bulan (%)
|
|
|
|
|
|
|
|
*60,000-149,999
|
2,95%
|
2,80%
|
2,66%
|
2,53%
|
2,40%
|
2,28%
|
|
*150,000-299,999
|
41,64%
|
41,70%
|
41,73%
|
41,76%
|
41,75%
|
41,81%
|
|
*300,000-499,999
|
38,82%
|
38,88%
|
38,96%
|
39,03%
|
39,14%
|
39,17%
|
|
* >
500,000
|
16,59%
|
16,62%
|
16,65%
|
16,68%
|
16,71%
|
16,74%
|
6
|
Angka
Kemiskinan (RTS)
|
61.326
|
58.260
|
55.347
|
52.579
|
49.950
|
47.453
|
7
|
Koperasi
Aktif
|
86,09%
|
88,09%
|
90,09%
|
92,09%
|
94,04%
|
96,06%
|
8
|
Jumlah UMKM
|
84,84%
|
86,84%
|
88,84%
|
90,84%
|
92,84%
|
94,84%
|
9
|
Pemulihan
Lahan Kristis
|
30391500 Ha
|
100 Ha
|
100 Ha
|
100 Ha
|
100 Ha
|
100 Ha
|
10
|
Pelayanan
Perijinan (% pelayanan sesuai prosedur)
|
100%
|
100%
|
100%
|
100%
|
100%
|
100%
|
11
|
Pembibitan
komoditi perkebunan :
|
|
|
|
|
|
|
|
- Kelapa
Sawit
|
Batang
|
10.000
|
11.000
|
12.000
|
13.000
|
14.000
|
|
- Coklat
|
Batang
|
15.000
|
17.000
|
19.000
|
21.000
|
23.000
|
|
- Karet
|
Batang
|
15.000
|
17.000
|
19.000
|
21.000
|
23.000
|
|
- Kopi
|
Batang
|
15.000
|
17.000
|
19.000
|
21.000
|
23.000
|
12
|
Pembibitan
komoditi perkebunan :
|
|
|
|
|
|
|
|
- Padi
|
Ton
|
10
|
15
|
20
|
25
|
30
|
|
- Sayuran
|
kg
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
|
-
Buah-buahan
|
Batang
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
|
Pengembangan
pupuk organik
|
Ha
|
2.000
|
3.000
|
4.000
|
5.000
|
5.000
|
13
|
Produksi
padi :
|
|
|
|
|
|
|
|
- Padi sawah
|
423.641 ton
|
443.981
|
465.297
|
487.636
|
511.048
|
535.584
|
|
- Padi
ladang (padi gogo)
|
46.299 ton
|
48.383
|
50.561
|
52.215
|
52.837
|
57.700
|
14
|
Produksi
perkebunan :
|
|
|
|
|
|
|
|
- Kelapa
Sawit
|
507.949,41 ton
|
543.505,87
|
581.551,28
|
622.259,87
|
665.818,06
|
712.425,32
|
|
- Coklat
|
6.084 ton
|
6.509,88
|
6.965,57
|
7.453,16
|
7.974,88
|
8.533,12
|
|
- Karet
|
11073,18 ton
|
11.848,30
|
12.677,68
|
13.565,12
|
14.514,68
|
15.530,71
|
|
- Kopi
|
9436,44 ton
|
10.096,99
|
10.803,78
|
11.560,04
|
12.369,25
|
13.235,10
|
15
|
Produksi
Perikanan :
|
|
|
|
|
|
|
|
- Ikan Mas
|
4.500 ton
|
5.000
|
5.600
|
6.300
|
7.000
|
7500
|
|
- Ikan Lele
|
9.500 ton
|
10.750
|
10.750
|
11.000
|
11.500
|
12.500
|
|
- Gurame
|
0
|
0
|
5
|
10
|
15
|
18
|
|
- Ikan Patin
|
0
|
10
|
20
|
30
|
30
|
35
|
16
|
Produksi
Peternakan :
|
|
|
|
|
|
|
|
- Sapi
potong
|
1.172.563 kg
|
1.207.740
|
1.243.973
|
1.281.292
|
1.319.731
|
1.359.322
|
|
- Kerbau
|
453.810 kg
|
467.424
|
481.447
|
495.890
|
510.767
|
526090
|
|
- Kambing
|
118.520 kg
|
122.075
|
125.737
|
129.510
|
133.395
|
137.397
|
|
- Domba
|
77.449 kg
|
79.772
|
82.165
|
84.630
|
87.169
|
89.784
|
|
- Babi
|
3.477.035 kg
|
3.581.346
|
3.688.787
|
3.799.450
|
3.913.434
|
4.030.837
|
|
- Ayam
Petelur
|
1.431.310 kg
|
1.474.249
|
1.518.477
|
1.564.031
|
1.610.952
|
1.659.280
|
|
- Ayam
Pedaging
|
80.901 kg
|
83.328
|
85.858
|
88.402
|
91.005
|
93.786
|
|
- Ayam Buras
|
824.224 kg
|
848.951
|
874.419
|
900.652
|
927.672
|
955.502
|
|
- Itik
|
72.729 kg
|
74.910
|
77.158
|
79.472
|
81.857
|
84.312
|
17
|
Konsumsi
Ikan
|
93,30%
|
94,23%
|
95,18%
|
96,13%
|
97,09%
|
98,06%
|
18
|
Kontribusi
Sektor Pertanian terhadap PDRB
|
54,40%
|
54,67%
|
54,95%
|
54,95%
|
55,22%
|
55,77%
|
19
|
Pertambangan
tanpa ijin
|
77,47%
|
69,72%
|
62,75%
|
56,48%
|
50,83%
|
45,75%
|
20
|
Kunjungan
Wisata
|
|
|
|
|
|
|
|
-
Mancanegara
|
11.891 Orang
|
12.248
|
12.615
|
12.994
|
13.383
|
13.785
|
|
- Nusantara
|
345.311 Orang
|
355.670
|
366.340
|
377.331
|
388.651
|
400.310
|
21
|
Promosi
Pariwisata
|
3 Kegiatan
|
4
kegiatan
|
4
kegiatan
|
4
kegiatan
|
4
kegiatan
|
4
kegiatan
|
22
|
Pertumbuhan
Industri
|
8,45%
|
8,49%
|
8,53%
|
8,58%
|
8,62%
|
8,66%
|
23
|
Penyelenggaraan
festival seni dan budaya
|
1 kali
|
1 kali
|
1 kali
|
1 kali
|
1 kali
|
1 kali
|
24
|
Sarana
penyelenggaraan seni dan budaya
|
2 buah
|
2 buah
|
2 buah
|
2 buah
|
2 buah
|
2 buah
|
25
|
Benda, Situs
dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan
|
100%
|
100%
|
100%
|
100%
|
100%
|
100%
|
26
|
Penyuluhan
Kader Koperasi
|
|
400 orang/50 KUD
|
400 orang/50 KUD
|
400 orang/50 KUD
|
400 orang/50 KUD
|
400 orang/50 KUD
|
27
|
Pelatihan
dan pendidikan bagi pengelola koperasi dan UMKM di bidang kewirausahaan dan
manajemen usaha
|
|
80 orang
|
80 orang
|
80 orang
|
80 orang
|
80 orang
|
28
|
Peningkatan
kapasitas kelembagaan koperasi
|
|
160 orang
|
160 orang
|
160 orang
|
160 orang
|
160 orang
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Misi 3 :
Pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi secara berkelanjutan
|
|||||||
1
|
Angka Melek
Huruf
|
88,35
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Angka Melek
Huruf (%)
|
9,87
|
8,87
|
7,87
|
6,87
|
5,87
|
4,87
|
3
|
Angka
Rata-rata Lama Sekolah
|
8,7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Usia Harapan
Hidup (Tahun)
|
69,2
|
69,50
|
69,50
|
69,50
|
70,00
|
70,00
|
5
|
Lama Sekolah
(Tahun)
|
8,79
|
8,89
|
8,99
|
9,09
|
9,19
|
9,29
|
6
|
Gizi Buruk
(kasus)
|
66,6/100,000 kelahiran hidup
|
65/100,000 kelahiran hidup
|
63/100,000 kelahiran hidup
|
61/100,000 kelahiran hidup
|
59/100,000 kelahiran hidup
|
55/100,000 kelahiran hidup
|
7
|
Persentase
penduduk yang menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan
|
33,08%
|
42,08%
|
42,17%
|
42,26%
|
42,35%
|
42,44%
|
8
|
Angka
Pengangguran Terbuka (%)
|
6,43
|
6,40
|
6,37
|
6,33
|
6,30
|
6,27
|
9
|
Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (%)
|
78,05
|
79,05
|
80,05
|
81,05
|
82,05
|
83,05
|
10
|
Pencari
Kerja yang ditempatkan (%)
|
5,36
|
6,36
|
7,36
|
8,36
|
9,36
|
10,36
|
11
|
Angka
Kesempatan Kerja (orang)
|
57698
|
58.275
|
58.858
|
59.446
|
60.041
|
60.641
|
12
|
Partisipasi
perempuan di lembaga pemerintahan (%)
|
14,65%
|
15,65
|
16,65
|
17,65
|
18,65
|
19,65
|
13
|
Angka melek
huruf perempuan usia 15 tahun ke atas
|
60,50%
|
61,5
|
62,5
|
63,5
|
64,5
|
65,5
|
14
|
Partisipasi
Angkatan Kerja Wanita
|
25,69%
|
26,69
|
27,69
|
28,69
|
29,69
|
30,69
|
15
|
Angka
Kematian Bayi
|
4,83/1000 Kelahiran hidup
|
4,50/1000 Kelahiran hidup
|
4,00/1000 Kelahiran hidup
|
3,50/1000 Kelahiran hidup
|
3,00/1000 Kelahiran hidup
|
2,50/1000 Kelahiran hidup
|
16
|
Angka
Kematian Balita (kasus)
|
2,44/1000 kelahiran hidup
|
2,30/1000 kelahiran hidup
|
2,20/1000 kelahiran hidup
|
2,00/1000 kelahiran hidup
|
1,80/1000 kelahiran hidup
|
1,50/1000 kelahiran hidup
|
17
|
Persentase
bayi yang mendapat ASI Eksklusif
|
26,64%
|
34,44%
|
42,24%
|
50,04%
|
57,84%
|
65,64%
|
18
|
Cakupan
balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan
|
1 orang
|
100%
|
100%
|
100%
|
100%
|
100%
|
19
|
Kejadian
Luar Biasa (DBD) (angka kesakitan per 100,000 penduduk)
|
0,03%
|
2,00%
|
2,00%
|
1,00%
|
1,00%
|
1,00%
|
20
|
Angka
Kesakitan Kusta
|
2,21/100,000 penduduk
|
1,51/100,000 penduduk
|
0,81/100,000 penduduk
|
0/100,000 penduduk
|
0/100,000 penduduk
|
0/100,000 penduduk
|
|
*SD
|
1:14
|
1:15
|
1:16
|
1:16
|
1:17
|
1:17
|
|
*SLTP
|
1:15
|
1:15
|
1:16
|
1:16
|
1:17
|
1:17
|
|
*SLTA
|
1:13
|
1:13
|
1:12
|
1:12
|
1:12
|
1:11
|
|
*SMK
|
1:16
|
1:16
|
1:17
|
1:17
|
1:18
|
1:18
|
|
Standar
Sekolah
|
|
|
|
|
|
|
|
*SSN
|
|
|
|
|
|
|
|
-SD
|
- buah
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-SLTP
|
7 buah
|
9
|
11
|
13
|
15
|
17
|
|
-SLTA
|
15 buah
|
17
|
19
|
21
|
23
|
25
|
|
-SMK
|
1 buah
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
*RSBI
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-SD
|
1 buah
|
2
|
3
|
4
|
6
|
8
|
|
-SLTP
|
-buah
|
1
|
2
|
3
|
5
|
7
|
|
-SLTA
|
-buah
|
-
|
1
|
2
|
4
|
6
|
|
-SMK
|
1 buah
|
2
|
3
|
4
|
6
|
7
|
|
*SBI
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-SD
|
-buah
|
-
|
1
|
2
|
3
|
5
|
21
|
-SLTP
|
-buah
|
-
|
1
|
2
|
4
|
6
|
|
-SLTA
|
-buah
|
-
|
-
|
-
|
1
|
3
|
|
-SMK
|
-buah
|
-
|
1
|
2
|
3
|
5
|
|
Kualifikasi
Tenaga Pendidik
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
*TK
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-S1/A4
|
11 orang
|
21
|
20
|
21
|
19
|
16
|
|
-S2
|
-orang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
*SD
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-S1/A4
|
652 orang
|
700
|
750
|
750
|
750
|
800
|
|
-S2
|
1 orang
|
2
|
2
|
2
|
5
|
5
|
|
*SLTP
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-S1/A4
|
1611 orang
|
210
|
205
|
220
|
200
|
73
|
|
-S2
|
9 orang
|
10
|
15
|
20
|
25
|
50
|
|
*SLTA
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-S1/A4
|
907 orang
|
50
|
50
|
40
|
40
|
50
|
|
-S2
|
10 orang
|
10
|
15
|
15
|
15
|
20
|
|
*SMK
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-S1/A4
|
362 orang
|
40
|
40
|
45
|
45
|
40
|
|
-S2
|
4 orang
|
4
|
5
|
7
|
8
|
10
|
22
|
Tenaga
Pendidik yang bersertifikasi :
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-TK
|
5 orang
|
10
|
23
|
23
|
24
|
23
|
|
-SD
|
918 orang
|
802
|
1525
|
1580
|
1600
|
1370
|
|
-SLTP
|
505 orang
|
289
|
450
|
460
|
465
|
476
|
|
-SLTA
|
561 orang
|
166
|
140
|
140
|
135
|
133
|
|
-SMK
|
150 orang
|
120
|
125
|
120
|
110
|
98
|
23
|
Sarana
Pendukung Pendidikan :
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
Laboratorium IPA
|
|
|
|
|
|
|
|
-SLTP
|
53 buah
|
17
|
18
|
18
|
18
|
-
|
|
-SLTA
|
28 buah
|
5
|
5
|
5
|
4
|
-
|
|
b.
Laboratorium Komputer
|
|
|
|
|
|
|
|
-SLTP
|
60 buah
|
28
|
28
|
28
|
28
|
29
|
|
-SLTA
|
4 buah
|
9
|
9
|
9
|
9
|
10
|
|
c.
Laboratorium Bahasa
|
|
|
|
|
|
|
|
-SLTA
|
7 buah
|
8
|
8
|
8
|
9
|
-
|
|
d.
Laboratorium Bengkel Praktek
|
|
|
|
|
|
|
|
-SMK
|
2 buah
|
5
|
5
|
5
|
7
|
-
|
|
e.
Perpustakaan
|
|
|
|
|
|
|
|
-SD
|
110 buah
|
135
|
130
|
130
|
130
|
-
|
|
-SLTP
|
23 buah
|
23
|
24
|
24
|
24
|
-
|
|
-SLTA
|
142 buah
|
24
|
24
|
24
|
24
|
-
|
|
-SMK
|
9 buah
|
6
|
6
|
6
|
6
|
-
|
24
|
Koleksi Buku
yang tersedia di perpustakaan daerah
|
39,77%
|
40,77%
|
41,77%
|
42,77%
|
43,77%
|
44,77%
|
25
|
Pengunjung
perpustakaan (%)
|
4,00
|
6,50
|
9,00
|
11,50
|
14,00
|
16,50
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Misi 4 :
Peningkatan ketertiban dan keamanan.
|
|||||||
1
|
Kegiatan
Pembinaan Politik Daerah
|
3 kegiatan
|
3 kegiatan
|
3 kegiatan
|
3 kegiatan
|
3 kegiatan
|
3 kegiatan
|
2
|
Kegiatan
Pembinaan Terhadap LSM, Ormas, dan OKP
|
1 kegiatan
|
1 kegiatan
|
1 kegiatan
|
1 kegiatan
|
1 kegiatan
|
1 kegiatan
|
3
|
Kasus
Narkoba
|
79 kasus
|
71
|
64
|
58
|
52
|
47
|
4
|
Kasus
Pembunuhan
|
12 Kasus
|
11
|
10
|
9
|
8
|
7
|
5
|
Kasus
Seksual
|
83 Kasus
|
75
|
67
|
61
|
54
|
49
|
6
|
Kasus
Penganiayaan
|
218 Kasus
|
196
|
177
|
159
|
143
|
129
|
7
|
Kasus
Pencurian
|
556 Kasus
|
500
|
450
|
405
|
365
|
328
|
8
|
Kasus
Penipuan
|
36 Kasus
|
32
|
29
|
26
|
24
|
21
|
9
|
Kasus
Pemalsuan Uang
|
-
|
-
|
|
|
|
|
10
|
Rasio
Kriminalitas
|
0,16
|
0,10
|
0,09
|
0,08
|
0,07
|
0,07
|
11
|
Demonstrasi
|
13 Kasus
|
10
|
9
|
8
|
7
|
6
|
12
|
Jumlah WTS
|
330 orang
|
297
|
267
|
241
|
217
|
195
|
13
|
Perkara yang
masuk di Pengadilan Agama
|
476 Kasus
|
428
|
386
|
347
|
312
|
281
|
14
|
Perkara
pidana yang diputuskan Pengadilan Negeri
|
|
|
|
|
|
|
|
- Biasa
|
1.058 kasus
|
1.005
|
955
|
907
|
862
|
819
|
|
- Singkat
|
1 kasus
|
1
|
-
|
-
|
-
|
|
|
- Ringan
|
6 kasus
|
5
|
5
|
4
|
3
|
3
|
|
- Lalu
lintas
|
4.011 kasus
|
3.810
|
3.620
|
3.439
|
3.267
|
3.104
|
15
|
Jumlah
Jamaah Haji
|
|
|
|
|
|
|
|
- Laki-Laki
|
49 Orang
|
50
|
51
|
52
|
53
|
54
|
|
- Perempuan
|
86 Orang
|
88
|
89
|
91
|
93
|
95
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Misi 5 :
Menciptakan Pemerintahan yang bersih dan profesional
|
|||||||
1
|
PNS yang
mengikuti pendidikan dan pelatihan (struktur, fungsional, teknis dan khusus)
|
Orang
|
500
|
550
|
600
|
650
|
650
|
2
|
Peningkatan
disiplin kerja
|
%
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
3
|
Penanganan
pelanggaran disiplin kepegawaian
|
%
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
4
|
Meningkatnya
tertib administrasi keuangan
|
%
|
80
|
85
|
90
|
95
|
100
|
5
|
Temuan
pemeriksaan eksternal yang selesai ditindak lanjuti
|
%
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
6
|
Dokumentasi
(foto&video) kegiatan pemerintahan & pembangunan
|
%
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
7
|
Pelaksanaan
Expo dan Pameran
|
kali
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
8
|
Kesesuaian
program kerja SKPD dengan RPJMD
|
%
|
80
|
85
|
90
|
95
|
100
|
9
|
Rasio PAD
terhadap total penerimaan APBD
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Rasio PAD
terhadap total pengeluaran APBD
|
|
|
|
|
|
|
11
|
Kepemilikan
KTP
|
92,88%
|
93,88
|
94,88
|
95,88
|
97,88
|
97,88
|
12
|
Kepemilikan
Akte Kelahiran per 1000 penduduk
|
55,98%
|
60,98
|
65,98
|
70,98
|
80,98
|
80,89
|
13
|
Pelayanan
Pengurusan Kartu Tanda Penduduk
|
124,695 lembar
|
119.554
|
119.554
|
119.554
|
119.554
|
119.554,00
|
14
|
Pelayanan
Kartu Keluarga
|
85,555 lembar
|
40.000
|
40.000
|
40.000
|
40.000
|
40.000,00
|
15
|
Pelayanan
Akta Catatan Sipil
|
18,500 lembar
|
18.000
|
18.000
|
18.000
|
18.000
|
18.000,00
|
16
|
Tersedianya
dokumen perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA
|
ada
|
ada
|
ada
|
ada
|
ada
|
ada
|
17
|
Tersedianya
dokumen perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA/PERKADA
|
ada
|
ada
|
ada
|
ada
|
ada
|
ada
|
18
|
Tersedianya
dokumen perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA
|
ada
|
ada
|
ada
|
ada
|
ada
|
ada
|
19
|
Penjabaran
Program RPJMD ke dalam RKPD (%)
|
82%
|
85%
|
88%
|
91%
|
94%
|
97%
|
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kabupaten Simalungun 2011-2015.
D. Datang Pertama Pulang Terakhir
Ada satu sikap menarik pula dalam diri seorang Bupati JR Saragih
dalam memimpin segenap aparatur dan warga masyarakat Kabupaten Simalungun,
yakni kebiasaannya untuk dapat ditemui kapan saja. Dia mengorbankan waktunya dari
masuk kerja jam 7 pagi sampai dengan tengah malam. Dengan pengorbanan waktu
seperti itu, dia tengah memberikan contoh bagaimana seseorang harus loyal dan mendedikasikan
dirinya ke dalam pekerjaan dan amanah yang diemban.
Loyalitas dan komitmen kerja manusia Indonesia pada umumnya
relatif rendah. Hasil survai Work
Indonesia 2004-2005 yang dilakukan Watson Wyatt menunjukkan rendahnya tingkat
komitmen dan loyalitas di kalangan pegawai di Indonesia. Tingkat kerendahan
komitmen ini bahkan 22 persen lebih rendah dibandingkan dengan 10 negara Asia
lainnya. Barangkali kita merasa kaget mengetahui hasil penelitian ini, bila
kita memahami betapa pentingnya komitmen dan loyalitas yang seharusnya
merupakan sikap mental yang dimiliki oleh setiap pegawai.
Apa sebetulnya loyalitas atau kesetiaan pada lembaga
(perusahaan, institusi pemerintahan, atau lembaga swadaya masyarakat)? Bahwa
loyalitas kepada lembaga berarti menempatkan kepentingan lembaga di atas
kepentingan pribadi atau kelompok.
Lalu, mengapa seorang pegawai, karyawan atau aparatur
pemerintahan daerah mesti menempatkan kepentingan lembaga di atas kepentingan
pribadi atau kelompok? Jawabannya tegas, karena kepentingan lembaga jauh lebih
besar daripada tanggung jawab pegawai sebagai pribadi. Dengan demikian, sebagai
pegawai atau pejabat, kita harus menempatkan kepentingan lembaga di atas
kepentingan pribadi atau kelompok.
Mengapa begitu? Ya, kita harus bersikap seperti itu karena
tanggung jawab lembaga jauh lebih besar dibandingkan tanggung jawab kita selaku
pribadi. Bayangkan bila lembaga tempat kita bekerja tidak dipercaya warga
masyarakat. Yang akan menderita tentu banyak sekali, mulai dari aparatur,
pejabat, bahkan keluarganya. Sebab itu, semua pribadi yang terlibat dalam
lembaga (pemerintahan) harus loyal dan komit.
Bagaimana cara kita menjaga loyalitas kepada lembaga (terutama pemerintahan)?
Berikut ini penjabaran dari lima sikap berkaitan dengan loyalitas kita terhadap
lembaga: pertama, berlaku jujur. Sebagai
aparatur memang sangat logis kalau kita harus berlaku jujur dalam lembaga
pemerintahan, karena ketidakjujuran di pemerintahan akan merendahkan martabat
kita dan merusak tatanan masyarakat. Memang disadari bahwa tidak mudah berlaku
jujur. Sebagai manusia kita mudah terjebak godaan untuk menjadi munafik alias
hipokrit; kalau berbicara bohong, bila berjanji ingkar dan jika dipercaya maka
berkhianat. Tapi, kita harus terus berusaha dengan cara bersikap jujur yang
dimulai dari diri sendiri. Tidak perlu harus menunggu orang lain bersikap jujur
terlebih dulu.
Kedua, rasa
memiliki lembaga. Sebagai pegawai, aparatur dan pejabat, kita hendaknya
mempunyai rasa memiliki (sense of
belonging) lembaga. Bentuk kongkretnya adalah dengan menjaga dan merawat
aset lembaga, karena dengan aset lembaga yang baik kita akan mampu memiliki
kinerja lembaga secara maksimal. Selain itu diperlukan pula kepedulian terhadap
situasi atau kejadian di lembaga. Kita bisa mengatasi keadaan yang kurang baik
di lembaga sesuai dengan kemampuan dan kewenangan kita. Jangan justru membuat
situasi bertambah memburuk, karena pada akhirnya lembaga dan kita semua yang
menderita kerugian.
Ketiga,
menciptakan suasana yang menyenangkan. Kinerja pegawai yang berakibat pada
produktivitas sangat dipengaruhi oleh kondusif-tidaknya suasana di lingkungan lembaga.
Sebab itu, perlu diciptakan suasana yang menyenangkan. Sikap pegawai yang suka
melontarkan isu-isu atau gosip yang tidak bertanggung-jawab akan mengakibatkan
suasana menjadi tidak menyenangkan. Yang paling menentukan suasana dalam
lembaga adalah para pemimpinnya. Semakin tinggi jabatan seorang pemimpin maka
makin berpengaruh dia dalam menciptakan suasana di lembaga.
Keempat, menjaga
citra (image) lembaga. Setiap pegawai
mempunyai kewajiban untuk menjaga dan meningkatkan citra positif lembaga. Jika
citra lembaga positif maka citra setiap pribadi pegawai niscaya juga positif.
Dari citra positif yang melekat pada lembaga akan tumbuh kepercayaan masyarakat
sehingga kegiatan lembaga dapat berjalan lancar. Terlebh lagi bila lembaga
(pemerintahan) itu tengah berusaha menarik investasi dari para penanam modal
(investor). Sekali citra lembaga (pemerintahan) memperlihatkan image negatif (misalkan untuk mengurus
izin usaha saja sampai memakan waktu enam bulan), kepercayaan investor langsung
memudar. Investor akan memindahkan investasinya ke daerah lain yang lebih
bercitra positif. Bila citra buruk ini menimpa Pemerintah Kabupaten Simalungun
tentu akan menjadi mimpi buruk bagi warga masyarakat setempat.
Dan kelima, menyimpan
rahasia lembaga. Yang dimaksud dengan rahasia lembaga adalah segala data atau
informasi lembaga yang dapat digunakan pihak lain untuk menjatuhkan citra
lembaga. Bila data atau informasi yang bersifat rahasia jatuh ke pihak lain di
luar lembaga maka mereka dapat melemparkan isu-isu negatif ihwal lembaga kita,
yang sudah barang tentu akan mempengaruhi kinerja lembaga. Untuk itu semua
pegawai berkewajiban menjaga segala data dan informasi penting mengenai lembaga
yang ada di unit kerjanya.
Kesulitan banyak pemerintah daerah menarik investasi (salah
satunya) disebabkan oleh loyalitas dan komitmen para aparaturnya yang rendah.
Banyak oknum aparatur yang cenderung mengedepankan kepentingan diri dan
kelompok dibandingkan kepentingan instansi. Misalkan banyak oknum aparatur yang
hanya memikirkan apa yang bisa diperoleh dengan kursi atau jabatannya. Akibatnya,
banyak kalangan (terutama investor) yang berkepentingan atau berurusan dengan
pemerintah kabupaten yang ‘lari’.
Pendek kata, loyalitas adalah “bagian terbenam” dari gunung es
kesehatan dan kemajuan lembaga pemerintahan yang pada giliran selanjutnya
mempengaruhi kesehatan dan kemajuan masyarakat. Bagian atasnya adalah manajemen
dan operasional. Kalau lembaga pemerintahan tumbuh sehat dan berkembang maka
dapat dihasilkan laba (sekadar contoh investasi) yang lebih besar. Dampaknya
bisa berupa insentif buat aparatur, kemakmuran masyarakat, dan berkurangnya
pengangguran.
Kita perlu camkan kata-kata bijak industriwan pendiri Carnegie
Steel, Andrew Carnegie, bahwa dunia ini ada di tangan segelintir orang yang
berdedikasi 100 persen terhadap pekerjaannya.
Bupati JR Saragih ingin segenap aparatur yang dipimpinnya senantiasa
loyal kepada pemerintahan Kabupaten Simalungun. Dengan demikian, upaya
membangun dan memajukan wilayah ini dapat dilakukan penuh dukungan dari
aparatur dan warga masyarakat. ***
No comments:
Post a Comment