Saya seorang ibu rumah tangga tinggal di rumah kontrakan di
Kecamatan Wiyung, Surabaya, Jawa Timur. Saya sedang mengandung bayi pertama dan
akan segera melahirkan. Kehidupan saya dan suami yang pas-pasan membuat saya
harus bisa mengatur keuangan rumah tangga secermat mungkin.
Ketika mendengar ada Program Jaminan Persalinan (Jampersal) dari
pemerintah, awalnya membuat saya sedikit lega. Disebutkan bahwa program ini
bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Harapan saya akhirnya
terkikis karena masih ada pasien Program Jampersal yang tidak tertangani dengan
baik, ditelantarkan, bahkan banyak bidan yang enggan melayani pasien peserta
program ini.
Bukan persoalan gratis semata, melainkan administrasinya pun
rumit, seperti yang menimpa seorang ibu
yang baru melahirkan di RSU Ngudi Waluyo, Blitar, Jawa Timur. Awalnya ia
menggunakan Jampersal. Karena alasan tidak ada dokter jaga, akhirnya ia
dipindahkan ke rumah sakit swasta. Akibatnya, status program Jampersal yang
dimilikinya hilang. Ia menjadi pasien biasa sebagai syarat penanganan dan harus
bayar biaya persalinan.
Seharusnya masyarakat tidak dipersulit dan Jampersal bisa
dinikmati tanpa pandang bulu. Jika program Jampersal ini sukses, ibu dan bayi akan
selamat sehingga Indonesia dapat mencetak generasi unggul yang cerdas dan
membangun bangsa dengan baik.
Juharnanik
Babatan Gang 3D Nomor 2 Surabaya
No comments:
Post a Comment