Wednesday, January 16, 2013

Program Jaminan Persalinan Rumit dan Sulit Diakses


Saya seorang ibu rumah tangga tinggal di rumah kontrakan di Kecamatan Wiyung, Surabaya, Jawa Timur. Saya sedang mengandung bayi pertama dan akan segera melahirkan. Kehidupan saya dan suami yang pas-pasan membuat saya harus bisa mengatur keuangan rumah tangga secermat mungkin.

Ketika mendengar ada Program Jaminan Persalinan (Jampersal) dari pemerintah, awalnya membuat saya sedikit lega. Disebutkan bahwa program ini bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Harapan saya akhirnya terkikis karena masih ada pasien Program Jampersal yang tidak tertangani dengan baik, ditelantarkan, bahkan banyak bidan yang enggan melayani pasien peserta program ini.

Bukan persoalan gratis semata, melainkan administrasinya pun rumit, seperti yang  menimpa seorang ibu yang baru melahirkan di RSU Ngudi Waluyo, Blitar, Jawa Timur. Awalnya ia menggunakan Jampersal. Karena alasan tidak ada dokter jaga, akhirnya ia dipindahkan ke rumah sakit swasta. Akibatnya, status program Jampersal yang dimilikinya hilang. Ia menjadi pasien biasa sebagai syarat penanganan dan harus bayar biaya persalinan.
Seharusnya masyarakat tidak dipersulit dan Jampersal bisa dinikmati tanpa pandang bulu. Jika program Jampersal ini sukses, ibu dan bayi akan selamat sehingga Indonesia dapat mencetak generasi unggul yang cerdas dan membangun bangsa dengan baik.

Juharnanik
Babatan Gang 3D Nomor 2 Surabaya 

No comments:

Post a Comment