Sekali waktu, seorang ibu yang tengah geram dan kesal melihat
polah anaknya berusaha membujuk agar si anak tidak bertingkah. Dengan
nasihatnya, sang ibu ingin si anak tidak membangkang lagi.
"Nak, jangan membangkang terus ya. Jadilah kamu anak yang
baik, sholeh dan berbakti pada orangtua. Janganlah kamu jadi anak durhaka
seperti si Malin Kundang yang dikutuk ibunya dan menjadi batu," ujar sang ibu.
Mendengar nasihat sang ibu, si anak bertanya kritis,”Emang ada
buktinya Bu?”
Spontan sang berucap, “Ada. Jika kamu mau, ayo kita pergi
tamasya ke Pantai Air Manis. Di situ ada batu Malin Kundang." Serta merta
si anak mengiyakan ajakan sang ibu.
Lalu, pergilah anak dan ibu itu berwisata ke Pantai Air Manis. Sebuah
obyek wisata alam yang terletak di Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, ini
telah menjadi lokasi wisata favorit masyarakat setempat. Bahkan, wisatawan dari
luar Tanah Minang.
Pantai Air Manis dapat ditempuh sekitar 30 menit dari pusat kota
Padang ke arah selatan. Sayangnya, tidak ada petunjuk dan tanda-tanda yang
jelas di pinggir jalan raya untuk masuk ke obyek wisaya yang berada di Desa Air
Manis, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, itu. Suatu hal yang patut
disayangkan mengingat legenda Malin
Kundang si anak durhaka sudah cukup akrab di telinga masyarakat Indonesia,
yang sudah barang tentu akan menaikkan minat turis lokal umumnya untuk
mengunjungi obyek wisata ini.
Repotnya lagi, jalan menuju lokasi ini agak sulit karena harus
melewati bukit yang sempit, terdapat beberapa kelokan tajam serta dan di beberapa
bagian ada yang agak rusak kondisi jalannya. Seorang pelancong Andi Mukshia
merasa beruntung karena jalan yang ada lumayan bagus. Memang, katanya, terdapat
beberapa bagian yang agak sempit sehingga apabila berpapasan dengan mobil lain
menuntut kewaspadaan.
Andi menceritakan, pintu masuk ke lokasi wisata dijaga oleh
beberapa pemuda setempat yang memang mencari nafkah dari keluar-masuknya
kendaraan pribadi. Tidak nampak seorangpun petugas resmi yang jaga. Lokasi
parkir di obyek wisata ini hanya berupa "parkir darurat" di tepi
pantai. Itupun, menurut Andi, wisatawan masih harus rela merogoh kocek lagi
untuk membayar ongkos sewa parkir kepada pemuda yang lain. Dari tempat parkir
ini masih perlu jalan kaki sejauh kira-kira 100 meter untuk menuju lokasi
‘situs’ kapal Malin Kundang. Sebuah jembatan bambu darurat di atas aliran
sungai kecil yang mengalir ke pantai, mesti dilalui untuk mencapai lokasi. Sekali
lagi wisatawan harus rela membayar uang jasa kepada pemuda tanggung atas
"jasa"-nya yang telah memelihara jembatan bambu tersebut.
Terlepas dari kesulitan tadi, berjalan menuju kawasan wisata
Pantai Air Manis, wisatawan akan
ditawari panorama alam yang masih orisinil. Bebukitan dan kicau burung masih
banyak terdengar. Meski dihadapkan dengan tanjakan terbilang agak tinggi dan
curam, namun nuansa keindahan kota Padang akan membuat kita tak menjadi takut
melewatinya.
Lalu legenda batu Malin Kundang segera menyapa wisatawan tatkala
kaki menginjak pasir berwarna coklat keputihan. Seonggok batu dan relief cerita
Malin Kundang menghiasi kawasan wisata pantai yang dipadati pengunjung di saat
liburan itu.
Konon, batu besar tersebut merupakan kapal besar dan jasad Malin
Kundang yang terdampar. Menurut legenda rakyat, Malin Kundang dan kapalnya
dikutuk menjadi batu karena kedurhakaannya terhadap ibunya.
Menariknya, pantai nan landai dan luas di kawasan Air Manis ini akan
memberikan lokasi bermain bagi para pengunjung. Bahkan di saat pasang surut,
pegunjung bisa melihat biota laut yang menyembul ke permukaan.
Hebatnya lagi, wisatawan bisa berjalan kaki menuju pulau Pisang
Kecil yang berada tak jauh dari tepian Pantai Air Manis. Pulau yang tak begitu
luas tersebut, bisa dijadikan tempat peristirahatan sejenak sambil menikmati
bekal makanan yang telah dipersiapkan dari rumah.
Manakala wisatawan berada di Pulau Pisang Kecil, mata wisatawan
akan dimanjakan oleh bertumbuhnya pohon Jambu Kaliang. Namun, jangan sampai wisatawan
keasyikan bermain dan menikmati Jambu Kaliang karena berselang beberapa jam,
air pasang akan berangsur-angsur naik seperti sediakala, sehingga wisayawan
akan kesulitan kembali menuju bibir Pantai Air Manis.
Melihat pesona Pantai Air Manis ini, apalagi dengan relief Batu
Malin Kundang yang menawarkan pesan santun nan bijak, tentu menjadi daya tarik wisatawan,
sekaligus memberikan pembelajaran moral terhadap anak-anak kita. Sekali lagi, sayang
sekali obyek wisata ini kurang terurus, terasa kurang nyaman berlama-lama di
sana. Seakan obyek wisata itu dibiarkan apa adanya.
Akan lebih terjaga bila area Batu Malin Kundang diberi tanda pembatas.
Dengan begitu, orang tidak bisa seenaknya menginjak-injak batu dan tentu bagi
yang ingin mengabadikan gambarnya akan menjadi lebih mudah. Dengan tanda pembatas,
rangkaian batu akan terlihat jelas dan bisa tergambar nyata bentuk dari
bongkahan kapal dan manusia yang sedang bersujud itu. Karena dengan semua
pengunjung berdiri di sana dan menginjak batu-batuan itu, wisatawan dewasa sata
sulit membayangkan bentuk dari kesatuan manusia dan kapal tersebut, apalagi
untuk menerangkan kepada anak-anak.
Alangkah menariknya bila obyek wisata Malin Kundang ini juga
menyediakan museum kecil untuk menonton kisah “Malin Kundang Anak Durhaka” dan
juga terdapat miniatur yang menggambarkan kisahnya. Tentunya juga disediakan
tempat menjual berbagai souvenir, mulai dari kaos, buku dan DVD kisah Malin
Kundang Anak Durhaka, miniatur Batu Malin Kundang (seperti miniatur Candi yang
banyak di jual di Candi Borobudur dan Candi Prambanan). Bisa juga disediakan
berbagai permainan air seperti Banana Boat dan disediakan saung-saung di pinggir
pantai untuk duduk-duduk bersantai. (www.sumbaronline.com
dan beberapa sumber lain)
No comments:
Post a Comment