Wednesday, March 6, 2013

EPILOG



Refleksi Tiga Tahun Meretas Masa Depan

Ada inspirasi dan kenyamanan besar di dalam perasaan kedekatan hubungan kita dengan sesama manusia. Dan, semua mimpi kita dapat menjadi kenyataan bila kita mempunyai keberanian untuk mengejarnya. Tapi, bagiku, orang yang angkuh dan picik selalu mengakui bahwa dirinya yang mencapai segalanya karena perbuatannya sendiri. Padahal, banyak tangan, hati dan pikiran yang berperan untuk prestasi seseorang menjadi sukses.
Walt Disney, pemilik dan pendiri Disneyland

Sampai tiga tahun mengabdi (2009-2012) di Kabupaten Dairi, saya telah mengunjungi sekitar 135 desa dari 166 desa yang ada di wiayah Dairi. Dalam rentang waktu selama itu, saya dan Tim “Bekerja untuk Rakyat” Pemerintah Kabupaten Dairi telah berhasil membuka jalan sepanjang 185 kilometer. Ada jalan antar-desa, jalan antar-kecamatan, jalan kecamatan-kabupaten sampai jalan antar-kabupaten (atau jalan antar-provinsi) yang pembangunannya harus dikoordinasikan dengan Pemerintah Pusat. Berkat jalan-jalan tadi, sejumlah daerah kantong produksi pertanian andalan Dairi dapat tersambung dan terbuka hubungan dengan pusat-pusat pengumpulan komoditi sebelum dipasarkan ke wilayah yang lebih luas lagi.
Berkat akses jalan yang semakin berbuka, investor pun dengan senang hati menanamkan modalnya di Tanah Dairi. Ada investor yang telah menanamkan dananya untuk perkebunan kopi seluas 400 hektar. Dan beberapa investor lagi tengah dalam proses mengembangkan 3.000 hektar yang direncanakan juga untuk kebun kopi berikut industri yang mengiringinya.
Kemudian masih ada pula investor yang siap mengolah potensi tambang timah di Tanah Dairi ini. Saya pun telah menanda-tangani sembilan izin pembangunan pembangkit listrik. Sejauh ini sudah satu pembangkit listrik diresmikan dan tiga dalam proses pembangunan, dan sisanya sedang bersiap melakukan pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro.
Berkat kehadiran investor, pembangunan di wilayah Tanah Dairi terus berdenyut dan mampu membuka lapangan kerja bagi rakyat Dairi yang berusia produktif. Jauh sebelum kehadiran para investor yang diharapkan mempercepat gerak perekonomian Kabupaten Dairi, saya dan Tim “Bekerja untuk Rakyat” memotivasi warga Dairi supaya siap bekerja keras membawa kemajuan masyarakat agar jangan sampai tertinggal dibandingkan wilayah lain –khususnya di Provinsi Sumatera Utara dan Republik Indonesia pada umumnya.
Selama kunjungan kerja ke desa-desa, saya berusaha mendorong dan merevitalisasi nilai-nilai kultural masyarakat Dairi yang mampu menjadi pondasi yang kuat bagi terbangunnya semangat kebersamaan dan spirit kewirausahaan. Dorongan itu saya lakukan dengan memberikan contoh kerja keras selama kunjungan ke desa-desa. Di desa-desa, saya tidak cuma ongkang-ongkang kaki main perintah kepada aparatur Pemerintah Kabupaten Dairi yang turut ke dalam Tim “Bekerja untuk Rakyat”.
Saya berusaha menerapkan prinsip kepemimpinan yang pernah digariskan oleh “Guru Bangsa” Ki Hajar Dewantara, yakni Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Di depan memberi contoh, di tengah memberi inspirasi, dan di belakang senantiasa memotivasi. Sebuah prinsip yang telah menjadi semacam leadership domain, bahwa para pemimpin –ketika sedang berdiri di depan, memang harus memberi keteladanan. Prinsip ini pula yang pernah ditegaskan oleh CEO legendaris dunia dari GE (General Electric), Jack Welch, “Berilah contoh dalam memimpin.”
Kendati prinsip ini terasa sederhana, mengutip pendapat Edwin A. Locke (1991), saya berusaha menjadi pemimpin yang efektif. Sebagai pemimpin yang enerjik, kreatif dan penuh inisiatif. Saya senantiasa pro-aktif mengejar sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui visi-misi pembangunan Pemerintah Kabupaten Dairi. Sebagai pemimpin yang efektif, saya berusaha membangun dan menjalin hubungan antar-manusia dengan rakyat Dairi yang sejauh ini masih relatif rendah pendidikan dan kurang sejahtera.
Selama melakukan kunjungan ke desa-desa, saya tidak menerapkan protokoler yang baku dan kaku. Saya dan Tim “Bekerja untuk Rakyat” fleksibel saja ketika harus bermalam di desa-desa yang tengah dikunjungi. Kami membawa perangkat akomodasi yang cukup kalau-kalau sampai tidak ada rumah warga yang bersedia dijadikan posko atau untuk tempat menginap. Bahkan, tidak segan-segan saya tidur di atas tikar sebagaimana umumnya warga desa pun tidur di atas selembar tikar.
Rupanya enak juga tidur di atas selembar tikar. Warga pun tidak lagi merasa rendah diri manakala dikunjungi aparatur Pemerintah Kabupaten Dairi. Mereka merasa biasa-biasa saja, bahwa tidur di atas selembar tikar bukanlah sesuatu yang mendatangkan rasa malu dan rendah diri. Toh, bupatinya bisa nyenyak tidur beralas tikar. Inilah sebuah motivasi yang kami tanamkan, sebuah spirit yang kami bangun dalam diri dan benak warga masyarakat Dairi. Dan penanaman itu berjalan efektif karena sang pemimpin memberi keteladanan nyata.      
Dengan kekuatan nilai kultural masyarakat Dairi dan prinsip kepemimpinan yang efektif, saya berharap warga masyarakat Dairi siap bersaing secara sehat manakala investor dari luar menanamkan modalnya di sini dan merekrut sumber daya manusia lokal Dairi. Saya tidak ingin rakyat Dairi sekadar menjadi penonton di tanahnya sendiri.
Saya sudah memulai dengan mengajak warga masyarakat memberdayakan dirinya sehingga siapa saja yang datang ke Dairi tidak boleh merasa gamang. Gamang karena ada perasaan tidak akan didukung oleh masyarakat setempat. Jauhkan rasa dan sikap gamang ini manakala berhubungan dengan warga masyarakat Dairi. Masyarakat Dairi sudah cukup dewasa dan siap menerima kehadiran investor yang menanamkan dananya di berbagai sektor pembangunan dan perekonomian. Bahkan, di tengah belum optimalnya kehadiran investor, mereka juga telah bersedia berkorban demi perbaikan dan pembangunan wilayahnya. Hal ini terbukti pada kerelaan mereka memberikan sebagian lahannya untuk pengadaan dan pembangunan jalan usaha tani. Secara sukarela mereka ikut bergotong-royong membangun gorong-gorong dan jembatan agar saudara-saudara sesama warga Dairi tidak terisolasi. Mereka juga siap mengolah lahan atau tanah-tanah yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Tinggal bagaimana pemerintah dan investor mampu memberdayakan mereka untuk bermitra dan bersama-sama menghidupkan denyut perekonomian dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang cukup melimpah di sini.
Selama melakukan kunjungan kerja ke desa-desa dengan mengusung motto “Bekerja untuk Rakyat”, kami memfokuskan pada perbaikan tiga bidang, yakni pendidikan, kesehatan dan pertanian. Dari sektor pendidikan, setelah menemukan persoalan siswa-siswi kelas 1-3 SD masih belum bisa Calistung, saya menugaskan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi menerbitkan surat keputusan yang mewajibkan guru memberikan jam pelajaran tambahan bagi siswa yang belum bisa Calistung. Hasilnya, kini jumlah siswa-siswi yang belum bisa Calistung semakin berkurang.
Kemudian di sektor kesehatan, saya dan Tim “Bekerja untuk Rakyat” memfokuskan diri pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Sementara di bidang pertanian, fokus diarahkan pada upaya peningkatan kualitas bertani dan memperluas pasar.
Pendek kata, sebagai Bupati Dairi, saya menyadari benar petuah E.F. Schumacher dalam bukunya yang berjudul Small is Beautiful (1987) bahwa pembangunan tidak dimulai dengan barang, tapi dimulai dari orang: pendidikannya, organisasinya dan disiplinnya. Tanpa ketiga komponen itu, semua sumber daya tetap hanya akan terpendam, tak dapat dimanfaatkan, dan tetap hanya merupakan potensi belaka.
Saya yakin fokus pada tiga sektor (pendidikan, kesehatan dan pertanian) tidak terlepas dari upaya melangkah membangun Dairi dimulai dari aspek manusia. Pendidikan dan kesehatan, jelas, akan meningkatkan kualitas diri dan disiplin orang-orang Dairi. Kemudian, pada sektor pertanian, tidak lain adalah mengajak petani yang merupakan sebagian besar rakyat Dairi untuk bekerja lebih sistematis, berorientasi hasil yang optimal dan memenuhi permintaan pasar. Saya merasa yakin langkah ini akan memberikan kecerahan masa depan masyarakat Dairi yang lebih prospektif.  
Perbaikan dan apresiasi
Berkat implementasi motto “Bekerja untuk Rakyat” kini masyarakat Dairi sudah sedikit demi sedikit memetik buahnya. Di antaranya bila mengacu pada indikator angka harapan hidup (AHH), angka melek huruf (AMH), lama sekolah, dan pengeluaran riil per kapita. Dari tahun 2009,  indikator-indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tersebut terus mengalami peningkatan. Untuk AHH terlihat trend dari 67,9;         68,15; dan 68,4 tahun. Kemudian lama sekolah berkembang 8,33; 8,53; dan 8,55 tahun. Lalu AMH, dari 97,85; 97,95 dan 98,09. Dan pengeluaran riil per kapita meningkat dari Rp623.180, Rp623.850 ke Rp627.700. IPM turut pula naik dari 72,01 menjadi 72,38.
Memang, harus diakui bahwa kecenderungan kenaikan indikator-indikator tersebut relatif kecil namun cukup berarti bagi perkembangan masyarakat Kabupaten Dairi. Perkembangan indikator-indikator tersebut menandakan bahwa pembangunan manusia di Kabupaten Dairi terus mengalami perbaikan yang nyata. Walaupun begitu peningkatan ini belum menjadi hasil yang sangat memuaskan karena bila dibandingkan dengan takaran yang diberikan UNDP maka Kabupaten Dairi berada di posisi menengah atas (berada pada angka IPM antara 66 dan 80). Untuk mencapai tingkat IPM yang baik (>80) maka perlu kiranya seluruh instansi Pemerintah Kabupaten Dairi lebih mengutamakan “Bekerja untuk Rakyat” agar seluruh suara rakyat terimplementasi secara cepat dan tepat. Dengan begitu, secara pasti, akan terjadi pembangunan manusia di Kabupaten Dairi ini secara seutuhnya. 
Indikator lainnya yang juga tidak bisa diabaikan adalah peningkatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tahun 2011 lalu, APBD Kabupaten Dairi berada pada angka Rp545 miliar dan tahun 2012 naik menjadi Rp576 miliar. Hal ini pun berkorelasi positif dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Rp16 miliar (2011) menjadi Rp20 miliar (2012).
Saya merasa optimis PAD itu masih dapat terus ditingkatkan mengingat sejumlah potensi yang dimiliki oleh wilayah Kabupaten Dairi. Dari berbagai pengkajian serta searah dengan kebijakan pembangunan daerah, Kabupaten Dairi memiliki potensi di sektor industri, pertanian, dan pariwisata.
Dari pertanian dan perkebunan, Dairi memiliki komoditi andalan kopi. Areal produksi kopi Robusta dan Arabica terbesar di 13 Kecamatan. Luas pertanaman kopi Robusta mencapai 14.117 Ha dengan produksi 6.770,33 ton/tahun. Sedangkan pertanaman kopi Arabica seluas 5.771,5 Ha dengan produksi 2.639,05 ton/tahun.
Kemudian komoditi andalan jagung. Potensi pengembangan tanaman jagung di Kabupaten Dairi adalah pada lahan kering (tegalan dan huma) yang saat ini mencapai luas 61.738 Ha. Namun luas pertanaman jagung pada tahun 2010 lalu baru mencapai 38.883 Ha atau sekitar 63% dari lahan kering yang ada.
Kabupaten Dairi juga memiliki daratan tinggi yang potensial untuk pengusahaan tanaman kentang. Luas pertanaman kentang dari tahun ke tahun terus meningkat, demikian pula produksinya. Selanjutnya produksi sayuran yang cukup potensial adalah cabai dan kubis. Kedua komoditi tersebut diusahakan cukup luas dengan harga yang berfluktuasi.
Nilam merupakan tanaman penghasil minyak atsiri (Pachouli oil) sebagai bahan pembawa parfum. Tanaman ini telah banyak diusahakan di daerah Dairi oleh rakyat.
Dari analisis potensi dan memperhatikan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Dairi, komoditi unggulan yang akan terus dikembangkan adalah perkebunan kopi Robusta, pengolahan kopi, produksi kentang, produksi jagung, dan wisata alam Silalahi.
Kabupaten Dairi terkenal dengan pengolahan kopi Robusta dan Arabica. Potensi produksi kopi dan pengolahan kopi cukup layak untuk dikembangkan mengingat luas tanaman dan produksi kopi cukup tersedia dan kopi merupakan komoditi spesifik lokal dan komoditi unggulan daerah Dairi. Penyebaran tanaman kopi di Kabupaten Dairi ada di hampir seluruh wilayah kecamatan.
Pertanian tanaman jagung masih dapat dikembangkan dan menjadi usaha unggulan di Kabupaten Dairi melihat luas wilayah dan tanah yang tersedia serta didukung oleh iklim dan tanah yang subur serta masyarakat yang suka bertanam jagung. Gambaran sementara bahwa produksi jagung di daerah Kabupaten Dairi hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Kabupaten Dairi memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan. Salah satu wisata tersebut adalah wisata alam Silalahi. Walaupun hingga saat ini masih kalah populer dengan beberapa obyek wisata lain di Sumatera Utara seperti Danau Toba dan Wisata Bahari Pulau Nias. Dalam program pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Dairi memprogramkan peningkatan kunjungan wisata dengan pengembangan obyek-obyek wisata baru (seperti Taman Wisata Iman), meningkatkan sarana prasarana pariwisata, menjadikan budaya sebagai bagian dari kepariwisataan dan menarik investor wisata. Untuk itu pemerintah daerah akan terus melakukan promosi, penyuluhan sadar wisata, perbaikan saran-prasarana dan melaksanakan even-even wisata.      
Selain komoditi-komoditi unggulan tersebut, masih terdapat pula komoditi yang memiliki potensi yang besar, antara lain produksi sayuran dataran tinggi, wisata alam pegunungan, dan peternakan.
Kerja keras saya bersama segenap aparatur Pemerintah Kabupaten Dairi tentu tidak hanya berbuah pada hasil-hasil matematis peningkatkan perekonomian. Secara kualitatif, masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Dairi kini boleh berbangga diri atas berbagai apresiasi dan penghargaan.
Pada September 2012, Pemerintah Kabupaten Dairi memperoleh penghargaan Pemberantasan Buta Aksara dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud-RI) yang diserahkan dalam satu acara puncak Hari Aksara Internasional di Palangkaraya, Kalimantan Selatan. Kabupaten Dairi menjadi satu-satunya kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang memperoleh penghargaan ini. Sekali lagi, ini berkat kerja keras segenap aparatur dan seluruh masyarakat Kabupaten Dairi.
Apresiasi yang lain, pada Juli 2012, saya mewakili Kabupaten Dairi telah mendapat penghargaan di bidang pertanian, berkat keberhasilan Pemkab Dairi meningkatkan produksi beras di atas 5% dalam program Peningkatan  Produksi Beras Nasional (P2BN). Saya sendiri yang langsung menerima penghargaan ini dari Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono di Jakarta. Penghargaan yang lain adalah prestasi terbaik mengikuti pendidikan Lemhanas RI tahun 2010. Dan prestasi Pemerintah Kabupaten Dairi sebagai daerah Zona Integritas (ZI) pada tahun 2012. Yakni, pemerintahan daerah yang bersih berikut layanan publik optimal dan bebas korupsi. Untuk menjaga obyektivitas, pencapaian prestasi ZI disupervisi langsung pejabat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan & RB).
Jangan berlebihan
Saya tekankan bahwa Pemerintah Kabupaten Dairi dan segenap aparaturnya mesti berhati-hati di tengah prestasi dan apresiasi yang telah direngkuh. Jangan sampai kita keliru menyikapi kemajuan dan prestasi yang ada, salah-salah bisa membahayakan perkembangan Kabupaten Dairi ke depan. Sebagaimana dikatakan oleh Jim Collin dalam bukunya yang berjudul Good to Great (2001), bahwa “Good is the enemy of great.” Ketika kita sedang bagus-bagusnya, kita tidak boleh menyikapi dengan perasaan berpuas diri yang berlebihan.
Perasaan berpuas diri secara berlebihan akan menjadikan kita betah berada di zona nyaman (comfort zone) yang membuat terlena. Kondisi comfort zone ini bisa mengakar menjadi “penyakit kronis” berupa kemalasan struktural. Saya tidak ingin aparatur Pemerintah Kabupaten Dairi terjangkiti penyakit ini.
Saya menyadari masih kekurangan dan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di sisa kepemimpinan sebagai Bupati Dairi (2009-2014). Salah satu kekurangan itu adalah komunikasi yang kadang kurang efektif –secara internal maupun eksternal.
Ke depan sangat diperlukan adanya komunikasi yang efektif antaranggota tim secara periodik untuk tujuan monitoring (misalkan, sudah seberapa jauh tugas diselesaikan) dan koreksi (misalnya, apakah ada kesalahan yang perlu diperbaiki dalam menyelesaikan tugas yang telah ditentukan dan sudah dijalankan).
Kadang, memang dirasakan, egosektoral masih menyelimuti dan melekat pada sejumlah aparatur di lingkungan Pemerintah Kabupaten Dairi sampai kemudian terjadi miskomunikasi. Akibat miskomunikasi, terjadi hubungan yang kurang harmonis antar-dinas atau antar-SKPD. Ke depan, kami harus memperbaiki keadaan ini.
Saya juga mesti akui bahwa hubungan ke luar –terutama dengan insan pers— terasa kurang harmonis. Saya tidak menampik penilaian sekelompok masyarakat bahwa hubungan kami dengan masyarakat (pers) kurang baik. Kadang omongan saya dinilai kurang berkenan di hati mereka. Mari ke depan kita bangun komunikasi yang baik. Bagaimana pun, Pemerintah Kabupaten Dairi membutuhkan insan pers agar mampu mengetahui sejauh mana umpan balik atas berbagai program yang dijalankan.
Hal yang juga penting dipikirkan perbaikannya di masa depan adalah kenyataan bahwa saat ini kawasan hutan register yang ada di Kabupaten Dairi sudah semakin kritis akibat perambahan hutan secara liar. Saya selaku pemimpinan Kabupaten Dairi akan berusaha berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan untuk melakukan perlindungan terhadap hutan Dairi yang juga menjadi salah satu bagian dari paru-paru Dunia itu.
Sekali lagi ibarat tiada gading yang tak retak. Sebagai manusia biasa, tentu saya memiliki banyak kekurangan dan kekurang-sempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan. Saya hanya berharap marilah apa yang telah kita retas bersama-sama dalam tiga tahun terakhir ini dapat (minimal) kita pertahankan. Syukur-syukur kita bisa meningkatkan lebih baik lagi, lebih keras lagi “Bekerja untuk Rakyat” Kabupaten Dairi. Saya meyakini bahwa kekurangan dan ketidak-sempurnaan itu dapat diatasi bila seluruh elemen dan komponen masyarakat mampu bekerja-sama secara baik dengan Pemerintah Kabupaten Dairi.
Dengan begitu, saya berharap dan memberanikan diri mampu segera mewujudkan mimpi Dairi yang DUMA –Damai, Usaha, Makmur dan Aman. Masyarakat Dairi yang damai dan sejahtera, tata tenteram karta raharja. Sebuah masyarakat yang kita idam-idamkan selama ini. ***

No comments:

Post a Comment