Refleksi Tiga Tahun Meretas Masa
Depan
Ada inspirasi dan kenyamanan besar
di dalam perasaan kedekatan hubungan kita dengan sesama manusia. Dan, semua
mimpi kita dapat menjadi kenyataan bila kita mempunyai keberanian untuk
mengejarnya. Tapi, bagiku, orang yang angkuh dan picik selalu mengakui bahwa
dirinya yang mencapai segalanya karena perbuatannya sendiri. Padahal, banyak
tangan, hati dan pikiran yang berperan untuk prestasi seseorang menjadi sukses.
Walt
Disney, pemilik dan pendiri Disneyland
Sampai
tiga tahun mengabdi (2009-2012) di Kabupaten Dairi, saya telah mengunjungi
sekitar 135 desa dari 166 desa yang ada di wiayah Dairi. Dalam rentang waktu
selama itu, saya dan Tim “Bekerja untuk Rakyat” Pemerintah Kabupaten Dairi telah
berhasil membuka jalan sepanjang 185 kilometer. Ada jalan antar-desa, jalan
antar-kecamatan, jalan kecamatan-kabupaten sampai jalan antar-kabupaten (atau
jalan antar-provinsi) yang pembangunannya harus dikoordinasikan dengan Pemerintah
Pusat. Berkat jalan-jalan tadi, sejumlah daerah kantong produksi pertanian andalan
Dairi dapat tersambung dan terbuka hubungan dengan pusat-pusat pengumpulan
komoditi sebelum dipasarkan ke wilayah yang lebih luas lagi.
Berkat
akses jalan yang semakin berbuka, investor pun dengan senang hati menanamkan
modalnya di Tanah Dairi. Ada investor yang telah menanamkan dananya untuk
perkebunan kopi seluas 400 hektar. Dan beberapa investor lagi tengah dalam
proses mengembangkan 3.000 hektar yang direncanakan juga untuk kebun kopi
berikut industri yang mengiringinya.
Kemudian
masih ada pula investor yang siap mengolah potensi tambang timah di Tanah Dairi
ini. Saya pun telah menanda-tangani sembilan izin pembangunan pembangkit
listrik. Sejauh ini sudah satu pembangkit listrik diresmikan dan tiga dalam
proses pembangunan, dan sisanya sedang bersiap melakukan pembangunan pembangkit
listrik tenaga mikrohidro.
Berkat
kehadiran investor, pembangunan di wilayah Tanah Dairi terus berdenyut dan
mampu membuka lapangan kerja bagi rakyat Dairi yang berusia produktif. Jauh
sebelum kehadiran para investor yang diharapkan mempercepat gerak perekonomian
Kabupaten Dairi, saya dan Tim “Bekerja untuk Rakyat” memotivasi warga Dairi supaya
siap bekerja keras membawa kemajuan masyarakat agar jangan sampai tertinggal
dibandingkan wilayah lain –khususnya di Provinsi Sumatera Utara dan Republik Indonesia
pada umumnya.
Selama
kunjungan kerja ke desa-desa, saya berusaha mendorong dan merevitalisasi
nilai-nilai kultural masyarakat Dairi yang mampu menjadi pondasi yang kuat bagi
terbangunnya semangat kebersamaan dan spirit kewirausahaan. Dorongan itu saya
lakukan dengan memberikan contoh kerja keras selama kunjungan ke desa-desa. Di
desa-desa, saya tidak cuma ongkang-ongkang kaki main perintah kepada aparatur
Pemerintah Kabupaten Dairi yang turut ke dalam Tim “Bekerja untuk Rakyat”.
Saya
berusaha menerapkan prinsip kepemimpinan yang pernah digariskan oleh “Guru
Bangsa” Ki Hajar Dewantara, yakni Ing
Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Di depan
memberi contoh, di tengah memberi inspirasi, dan di belakang senantiasa
memotivasi. Sebuah prinsip yang telah menjadi semacam leadership domain, bahwa para pemimpin –ketika sedang berdiri di
depan, memang harus memberi keteladanan. Prinsip ini pula yang pernah
ditegaskan oleh CEO legendaris dunia dari GE (General Electric), Jack Welch, “Berilah contoh dalam memimpin.”
Kendati
prinsip ini terasa sederhana, mengutip pendapat Edwin A. Locke (1991), saya
berusaha menjadi pemimpin yang efektif. Sebagai pemimpin yang enerjik, kreatif
dan penuh inisiatif. Saya senantiasa pro-aktif mengejar sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan melalui visi-misi pembangunan Pemerintah Kabupaten Dairi. Sebagai
pemimpin yang efektif, saya berusaha membangun dan menjalin hubungan
antar-manusia dengan rakyat Dairi yang sejauh ini masih relatif rendah
pendidikan dan kurang sejahtera.
Selama
melakukan kunjungan ke desa-desa, saya tidak menerapkan protokoler yang baku
dan kaku. Saya dan Tim “Bekerja untuk Rakyat” fleksibel saja ketika harus
bermalam di desa-desa yang tengah dikunjungi. Kami membawa perangkat akomodasi
yang cukup kalau-kalau sampai tidak ada rumah warga yang bersedia dijadikan
posko atau untuk tempat menginap. Bahkan, tidak segan-segan saya tidur di atas
tikar sebagaimana umumnya warga desa pun tidur di atas selembar tikar.
Rupanya
enak juga tidur di atas selembar tikar. Warga pun tidak lagi merasa rendah diri
manakala dikunjungi aparatur Pemerintah Kabupaten Dairi. Mereka merasa
biasa-biasa saja, bahwa tidur di atas selembar tikar bukanlah sesuatu yang
mendatangkan rasa malu dan rendah diri. Toh, bupatinya bisa nyenyak tidur
beralas tikar. Inilah sebuah motivasi yang kami tanamkan, sebuah spirit yang
kami bangun dalam diri dan benak warga masyarakat Dairi. Dan penanaman itu
berjalan efektif karena sang pemimpin memberi keteladanan nyata.
Dengan
kekuatan nilai kultural masyarakat Dairi dan prinsip kepemimpinan yang efektif,
saya berharap warga masyarakat Dairi siap bersaing secara sehat manakala investor
dari luar menanamkan modalnya di sini dan merekrut sumber daya manusia lokal
Dairi. Saya tidak ingin rakyat Dairi sekadar menjadi penonton di tanahnya
sendiri.
Saya
sudah memulai dengan mengajak warga masyarakat memberdayakan dirinya sehingga
siapa saja yang datang ke Dairi tidak boleh merasa gamang. Gamang karena ada
perasaan tidak akan didukung oleh masyarakat setempat. Jauhkan rasa dan sikap
gamang ini manakala berhubungan dengan warga masyarakat Dairi. Masyarakat Dairi
sudah cukup dewasa dan siap menerima kehadiran investor yang menanamkan dananya
di berbagai sektor pembangunan dan perekonomian. Bahkan, di tengah belum
optimalnya kehadiran investor, mereka juga telah bersedia berkorban demi perbaikan
dan pembangunan wilayahnya. Hal ini terbukti pada kerelaan mereka memberikan sebagian
lahannya untuk pengadaan dan pembangunan jalan usaha tani. Secara sukarela
mereka ikut bergotong-royong membangun gorong-gorong dan jembatan agar
saudara-saudara sesama warga Dairi tidak terisolasi. Mereka juga siap mengolah
lahan atau tanah-tanah yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Tinggal
bagaimana pemerintah dan investor mampu memberdayakan mereka untuk bermitra dan
bersama-sama menghidupkan denyut perekonomian dengan memanfaatkan potensi
sumber daya alam yang cukup melimpah di sini.
Selama
melakukan kunjungan kerja ke desa-desa dengan mengusung motto “Bekerja untuk
Rakyat”, kami memfokuskan pada perbaikan tiga bidang, yakni pendidikan,
kesehatan dan pertanian. Dari sektor pendidikan, setelah menemukan persoalan
siswa-siswi kelas 1-3 SD masih belum bisa Calistung, saya menugaskan Kepala
Dinas Pendidikan Kabupaten Dairi menerbitkan surat keputusan yang mewajibkan
guru memberikan jam pelajaran tambahan bagi siswa yang belum bisa Calistung. Hasilnya,
kini jumlah siswa-siswi yang belum bisa Calistung semakin berkurang.
Kemudian
di sektor kesehatan, saya dan Tim “Bekerja untuk Rakyat” memfokuskan diri pada
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Sementara di bidang pertanian, fokus
diarahkan pada upaya peningkatan kualitas bertani dan memperluas pasar.
Pendek
kata, sebagai Bupati Dairi, saya menyadari benar petuah E.F. Schumacher dalam
bukunya yang berjudul Small is Beautiful
(1987) bahwa pembangunan tidak dimulai dengan barang, tapi dimulai dari orang:
pendidikannya, organisasinya dan disiplinnya. Tanpa ketiga komponen itu, semua
sumber daya tetap hanya akan terpendam, tak dapat dimanfaatkan, dan tetap hanya
merupakan potensi belaka.
Saya
yakin fokus pada tiga sektor (pendidikan, kesehatan dan pertanian) tidak
terlepas dari upaya melangkah membangun Dairi dimulai dari aspek manusia.
Pendidikan dan kesehatan, jelas, akan meningkatkan kualitas diri dan disiplin
orang-orang Dairi. Kemudian, pada sektor pertanian, tidak lain adalah mengajak
petani yang merupakan sebagian besar rakyat Dairi untuk bekerja lebih
sistematis, berorientasi hasil yang optimal dan memenuhi permintaan pasar. Saya
merasa yakin langkah ini akan memberikan kecerahan masa depan masyarakat Dairi
yang lebih prospektif.
Perbaikan dan apresiasi
Berkat
implementasi motto “Bekerja untuk Rakyat” kini masyarakat Dairi sudah sedikit demi
sedikit memetik buahnya. Di antaranya bila mengacu pada indikator angka harapan
hidup (AHH), angka melek huruf (AMH), lama sekolah, dan pengeluaran riil per
kapita. Dari tahun 2009,
indikator-indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tersebut terus
mengalami peningkatan. Untuk AHH terlihat trend
dari 67,9; 68,15; dan 68,4 tahun. Kemudian lama sekolah berkembang 8,33;
8,53; dan 8,55 tahun. Lalu AMH, dari 97,85; 97,95 dan 98,09. Dan pengeluaran
riil per kapita meningkat dari Rp623.180, Rp623.850 ke Rp627.700. IPM turut
pula naik dari 72,01 menjadi 72,38.
Memang,
harus diakui bahwa kecenderungan kenaikan indikator-indikator tersebut relatif
kecil namun cukup berarti bagi perkembangan masyarakat Kabupaten Dairi.
Perkembangan indikator-indikator tersebut menandakan bahwa pembangunan manusia
di Kabupaten Dairi terus mengalami perbaikan yang nyata. Walaupun begitu
peningkatan ini belum menjadi hasil yang sangat memuaskan karena bila dibandingkan
dengan takaran yang diberikan UNDP maka Kabupaten Dairi berada di posisi
menengah atas (berada pada angka IPM antara 66 dan 80). Untuk mencapai tingkat
IPM yang baik (>80) maka perlu kiranya seluruh instansi Pemerintah Kabupaten
Dairi lebih mengutamakan “Bekerja untuk Rakyat” agar seluruh suara rakyat
terimplementasi secara cepat dan tepat. Dengan begitu, secara pasti, akan
terjadi pembangunan manusia di Kabupaten Dairi ini secara seutuhnya.
Indikator
lainnya yang juga tidak bisa diabaikan adalah peningkatan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Tahun 2011 lalu, APBD Kabupaten Dairi berada pada
angka Rp545 miliar dan tahun 2012 naik menjadi Rp576 miliar. Hal ini pun
berkorelasi positif dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Rp16
miliar (2011) menjadi Rp20 miliar (2012).
Saya
merasa optimis PAD itu masih dapat terus ditingkatkan mengingat sejumlah
potensi yang dimiliki oleh wilayah Kabupaten Dairi. Dari berbagai pengkajian
serta searah dengan kebijakan pembangunan daerah, Kabupaten Dairi memiliki
potensi di sektor industri, pertanian, dan pariwisata.
Dari
pertanian dan perkebunan, Dairi memiliki komoditi andalan kopi. Areal produksi
kopi Robusta dan Arabica terbesar di 13 Kecamatan. Luas pertanaman kopi Robusta
mencapai 14.117 Ha dengan produksi 6.770,33 ton/tahun. Sedangkan pertanaman
kopi Arabica seluas 5.771,5 Ha dengan produksi 2.639,05 ton/tahun.
Kemudian
komoditi andalan jagung. Potensi pengembangan tanaman jagung di Kabupaten Dairi
adalah pada lahan kering (tegalan dan huma) yang saat ini mencapai luas 61.738
Ha. Namun luas pertanaman jagung pada tahun 2010 lalu baru mencapai 38.883 Ha
atau sekitar 63% dari lahan kering yang ada.
Kabupaten
Dairi juga memiliki daratan tinggi yang potensial untuk pengusahaan tanaman
kentang. Luas pertanaman kentang dari tahun ke tahun terus meningkat, demikian
pula produksinya. Selanjutnya produksi sayuran yang cukup potensial adalah
cabai dan kubis. Kedua komoditi tersebut diusahakan cukup luas dengan harga
yang berfluktuasi.
Nilam
merupakan tanaman penghasil minyak atsiri (Pachouli
oil) sebagai bahan pembawa parfum. Tanaman ini telah banyak diusahakan di
daerah Dairi oleh rakyat.
Dari
analisis potensi dan memperhatikan prioritas pembangunan daerah Kabupaten
Dairi, komoditi unggulan yang akan terus dikembangkan adalah perkebunan kopi Robusta,
pengolahan kopi, produksi kentang, produksi jagung, dan wisata alam Silalahi.
Kabupaten
Dairi terkenal dengan pengolahan kopi Robusta dan Arabica. Potensi produksi
kopi dan pengolahan kopi cukup layak untuk dikembangkan mengingat luas tanaman
dan produksi kopi cukup tersedia dan kopi merupakan komoditi spesifik lokal dan
komoditi unggulan daerah Dairi. Penyebaran tanaman kopi di Kabupaten Dairi ada
di hampir seluruh wilayah kecamatan.
Pertanian
tanaman jagung masih dapat dikembangkan dan menjadi usaha unggulan di Kabupaten
Dairi melihat luas wilayah dan tanah yang tersedia serta didukung oleh iklim
dan tanah yang subur serta masyarakat yang suka bertanam jagung. Gambaran
sementara bahwa produksi jagung di daerah Kabupaten Dairi hampir setiap
tahunnya mengalami peningkatan.
Kabupaten
Dairi memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan. Salah satu wisata
tersebut adalah wisata alam Silalahi. Walaupun hingga saat ini masih kalah
populer dengan beberapa obyek wisata lain di Sumatera Utara seperti Danau Toba
dan Wisata Bahari Pulau Nias. Dalam program pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten
Dairi memprogramkan peningkatan kunjungan wisata dengan pengembangan obyek-obyek
wisata baru (seperti Taman Wisata Iman), meningkatkan sarana prasarana pariwisata,
menjadikan budaya sebagai bagian dari kepariwisataan dan menarik investor
wisata. Untuk itu pemerintah daerah akan terus melakukan promosi, penyuluhan
sadar wisata, perbaikan saran-prasarana dan melaksanakan even-even wisata.
Selain
komoditi-komoditi unggulan tersebut, masih terdapat pula komoditi yang memiliki
potensi yang besar, antara lain produksi sayuran dataran tinggi, wisata alam pegunungan,
dan peternakan.
Kerja
keras saya bersama segenap aparatur Pemerintah Kabupaten Dairi tentu tidak
hanya berbuah pada hasil-hasil matematis peningkatkan perekonomian. Secara
kualitatif, masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Dairi kini boleh berbangga diri
atas berbagai apresiasi dan penghargaan.
Pada
September 2012, Pemerintah Kabupaten Dairi memperoleh penghargaan Pemberantasan
Buta Aksara dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Kemdikbud-RI) yang diserahkan dalam satu acara puncak Hari Aksara
Internasional di Palangkaraya, Kalimantan Selatan. Kabupaten Dairi menjadi
satu-satunya kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang memperoleh
penghargaan ini. Sekali lagi, ini berkat kerja keras segenap aparatur dan
seluruh masyarakat Kabupaten Dairi.
Apresiasi
yang lain, pada Juli 2012, saya mewakili Kabupaten Dairi telah mendapat
penghargaan di bidang pertanian, berkat keberhasilan Pemkab Dairi meningkatkan
produksi beras di atas 5% dalam program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Saya sendiri
yang langsung menerima penghargaan ini dari Presiden RI Soesilo Bambang
Yudhoyono di Jakarta. Penghargaan yang lain adalah prestasi terbaik mengikuti
pendidikan Lemhanas RI tahun 2010. Dan prestasi Pemerintah Kabupaten Dairi sebagai
daerah Zona Integritas (ZI) pada tahun 2012. Yakni, pemerintahan daerah yang bersih
berikut layanan publik optimal dan bebas korupsi. Untuk menjaga obyektivitas,
pencapaian prestasi ZI disupervisi langsung pejabat Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan & RB).
Jangan berlebihan
Saya
tekankan bahwa Pemerintah Kabupaten Dairi dan segenap aparaturnya mesti
berhati-hati di tengah prestasi dan apresiasi yang telah direngkuh. Jangan
sampai kita keliru menyikapi kemajuan dan prestasi yang ada, salah-salah bisa
membahayakan perkembangan Kabupaten Dairi ke depan. Sebagaimana dikatakan oleh
Jim Collin dalam bukunya yang berjudul Good
to Great (2001), bahwa “Good is the
enemy of great.” Ketika kita sedang bagus-bagusnya, kita tidak boleh
menyikapi dengan perasaan berpuas diri yang berlebihan.
Perasaan
berpuas diri secara berlebihan akan menjadikan kita betah berada di zona nyaman
(comfort zone) yang membuat terlena.
Kondisi comfort zone ini bisa
mengakar menjadi “penyakit kronis” berupa kemalasan struktural. Saya tidak
ingin aparatur Pemerintah Kabupaten Dairi terjangkiti penyakit ini.
Saya
menyadari masih kekurangan dan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di sisa
kepemimpinan sebagai Bupati Dairi (2009-2014). Salah satu kekurangan itu adalah
komunikasi yang kadang kurang efektif –secara internal maupun eksternal.
Ke
depan sangat diperlukan adanya komunikasi yang efektif antaranggota tim secara
periodik untuk tujuan monitoring (misalkan, sudah seberapa jauh tugas
diselesaikan) dan koreksi (misalnya, apakah ada kesalahan yang perlu diperbaiki
dalam menyelesaikan tugas yang telah ditentukan dan sudah dijalankan).
Kadang,
memang dirasakan, egosektoral masih menyelimuti dan melekat pada sejumlah aparatur
di lingkungan Pemerintah Kabupaten Dairi sampai kemudian terjadi miskomunikasi.
Akibat miskomunikasi, terjadi hubungan yang kurang harmonis antar-dinas atau
antar-SKPD. Ke depan, kami harus memperbaiki keadaan ini.
Saya
juga mesti akui bahwa hubungan ke luar –terutama dengan insan pers— terasa
kurang harmonis. Saya tidak menampik penilaian sekelompok masyarakat bahwa
hubungan kami dengan masyarakat (pers) kurang baik. Kadang omongan saya dinilai
kurang berkenan di hati mereka. Mari ke depan kita bangun komunikasi yang baik.
Bagaimana pun, Pemerintah Kabupaten Dairi membutuhkan insan pers agar mampu
mengetahui sejauh mana umpan balik atas berbagai program yang dijalankan.
Hal
yang juga penting dipikirkan perbaikannya di masa depan adalah kenyataan bahwa saat
ini kawasan hutan register yang ada di Kabupaten Dairi sudah semakin kritis
akibat perambahan hutan secara liar. Saya selaku pemimpinan Kabupaten Dairi
akan berusaha berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan untuk melakukan
perlindungan terhadap hutan Dairi yang juga menjadi salah satu bagian dari
paru-paru Dunia itu.
Sekali
lagi ibarat tiada gading yang tak retak. Sebagai manusia biasa, tentu saya
memiliki banyak kekurangan dan kekurang-sempurnaan, karena kesempurnaan hanya
milik Tuhan. Saya hanya berharap marilah apa yang telah kita retas bersama-sama
dalam tiga tahun terakhir ini dapat (minimal) kita pertahankan. Syukur-syukur
kita bisa meningkatkan lebih baik lagi, lebih keras lagi “Bekerja untuk Rakyat”
Kabupaten Dairi. Saya meyakini bahwa kekurangan dan ketidak-sempurnaan itu
dapat diatasi bila seluruh elemen dan komponen masyarakat mampu bekerja-sama
secara baik dengan Pemerintah Kabupaten Dairi.
Dengan
begitu, saya berharap dan memberanikan diri mampu segera mewujudkan mimpi Dairi
yang DUMA –Damai, Usaha, Makmur dan Aman. Masyarakat Dairi yang damai dan
sejahtera, tata tenteram karta raharja. Sebuah masyarakat yang kita
idam-idamkan selama ini. ***
No comments:
Post a Comment