Sebelum
kita sampai pada pokok bahasan tentang fungsi dan bentuk komunikasi, ada baiknya
kita pahami terlebih dulu konsep komunikasi yang berkaitan dengan fungsi dan
bentuk. Sebab, dari kerangka konsep komunikasi tersebut kita akan menjadi tahu
seperti apa fungsi dan bentuk-bentuk komunikasi yang berkembang dalam
masyarakat.
Pakar
komunikasi Deddy Mulyana (2005: 61-69) memperkenalkan pemahaman tentang
komunikasi dalam tiga konsepsi, yaitu:
Pertama,
Komunikasi sebagai tindakan satu arah. Yakni, suatu pemahaman komunikasi
sebagai proses penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada
seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun
melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau
televisi.
Pemahaman
komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada
komunikasi tatap muka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada
komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya-jawab. Pemahaman
komunikasi dalam konsep ini sebagai definisi yang berorientasi pada sumber.
Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi adalah semua kegiatan yang
secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk
membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu
tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan
komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk
melakukan sesuatu.
Beberapa
definisi komunikasi dalam konsepsi tindakan satu arah pernah disampaikan oleh
para pakar komunikasi. Everet M. Rogers misalkan, memberikan pemahaman bahwa komunikasi
adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima
atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.
Kemudian,
Gerald R. Miller menggaris-bawahi bahwa komunikasi satu arah terjadi ketika
suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari
untuk mempengaruhi perilaku penerima. Pakar lainnya, Carld R. Miller,
menegaskan bahwa komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain (komunkan). Dan Theodore M. Newcomb berpendapat
bahwa setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi yang
terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.
Kedua,
Komunikasi sebagai interaksi. Konsepsi ini menyetarakan komunikasi dengan suatu
proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya saling bergantian. Seseorang
menyampaikan pesan, baik verbal ataupun non-verbal, seorang penerima bereaksi
dengan memberi jawaban verbal ataupun non-verbal, kemudian orang pertama
bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan
begitu seterusnya.
Contoh
definisi komunikasi dalam konsepsi ini dapat disimak dari Shanon dan Weaver
(dalam Wiryanto, 2004), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang
saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja, dan tidak
terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka,
lukisan, seni, dan teknologi.
Ketiga,
Komunikasi sebagai transaksi. Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah
proses yang dinamis yang secara berkesinambungan mengubah phak-pihak yang
berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, orang-orang yang berkomunikasi
dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan
pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan non-verbal.
Beberapa
definisi yang memperkuat konsepsi komunikasi transaksi dapat mengacu pada Stewart
L. Tubbs dan Sylvia Moss, di mana komunikasi adalah proses pembentukan makna di
antara dua orang atau lebih. Senada dengan keduanya, Judy C. Pearson dan Paul
E. Nelson menjelaskan komunikasi transaksi adalah proses memahami dan berbagi
makna. Lalu, William I. Gordon menegaskan bahwa komunikasi adalah suatu
transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan. Dan Donald Byker dan
Loren J. Anderson mengingatkan bahwa komunikasi adalah berbagi informasi antara
dua orang atau lebih.
A. Fungsi Komunikasi
Berdasarkan
ketiga konsepsi komunikasi tadi, William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005: 5-30)
kemudian mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:
Pertama,
Sebagai komunikasi sosial. Fungsi komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan
bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi
diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari
tekanan dan ketegangan (antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur),
dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan
anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, sampai
negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
Pembentukan
konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita dan hal itu
hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita.
Melalui komunikasi dengan orang lain, kita belajar bukan saja mengenai siapa
kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa diri kita. Anda mencintai diri Anda
bila Anda telah dicintai; Anda berpikir Anda cerdas bila orang-orang sekitar Anda
menganggap Anda cerdas; Anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar
Anda juga mengatakan demikian. George Herbert Mead (dalam Jalaluddin Rakhmat,
1994) mengistilahkan significant others
(orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang di sekitar kita yang
mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep diri kita. Ketika kita masih
kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang
tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966) menamai affective others, untuk orang lain yang
dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari mereka lah, secara
perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Selain itu, terdapat apa yang
disebut dengan reference group
(kelompok rujukan), yaitu kelompok yang secara emosional mengikat kita dan
berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat ini, orang
mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.
Kalau Anda memilih kelompok rujukan Anda adalah Ikatan Dokter Indonesia, Anda
menjadikan norma-norma dalam Ikatan ini sebagai ukuran perilaku Anda. Anda juga
merasa diri sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap dengan sifat-sifat dokter
menurut persepsi Anda.
Lalu,
tentang pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan bahwa
dirinya eksis (ada). Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi
pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat
jelas, misalkan, pada penanya dalam sebuah seminar. Meskipun mereka sudah
diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok persoalan,
penanya atau komentator itu sering berbicara panjang-lebar mengkuliahi hadirin,
dengan argumen-argumen yang terkadang tidak atau kurang relevan.
Selanjutnya,
mengenai kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan.
Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita
perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis
kita seperti makan dan minum. Juga untuk memenuhi kebutuhan psikologis kita
seperti sukses dan kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita
sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah
kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan
membina hubungan yang baik dengan orang lain. Pakar psikologi Abraham Maslow
menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis,
keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan
yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dulu sebelum kebutuhan yang lebih
tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu memenuhi kebutuhan fisiologis dan
keamanan untuk bertahan hidup. Kini saatnya kita ingin memenuhi kebutuhan
sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan keempat,
khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa memiliki dan dimiliki,
pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan
sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk
membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas
masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.
Kedua,
Sebagai komunikasi ekspresif. Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama
dikomunikasikan melalui pesan-pesan non-verbal. Perasaan sayang, peduli, rindu,
simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan
lewat kata-kata, namun bisa pula disampaikan secara lebih ekpresif lewat
perilaku non-verbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai
kepala dan rambut anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan
mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes
kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan demonstrasi
turun ke jalan.
Ketiga,
Sebagai komunikasi ritual. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara
berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut oleh para
antropolog sebaga rites of passage,
mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman,
pernikahan, sampai kematian. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata
atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain
seperti berdoa (shalat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji,
upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda,
perayaan lebaran (Idul Fitri) dan Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka
yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideologi, atau
agama mereka.
Keempat,
Sebagai komunikasi instrumental. Komunikasi instrumental mempunyai beberapa
tujuan umum, antara lain menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap,
menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.
Sebagai
instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun
hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi
membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam berkomunikasi
lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi
sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik
tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang.
Tujuan
jangka pendek, misalnya, untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik,
memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang
antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management). Yakni, taktik-taktik verbal dan non-verbal,
seperti berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan
sebagainya yang pada dasarnya buat menunjukkan kepada orang lain siapa diri
kita dan seperti apa yang kita inginkan.
Sementara
itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, contohnya
keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua
tujuan itu (jangka pendek dan jangka panjang) tentu saja saling berkaitan dalam
arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk
mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk
memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan materi kekayaan.
Berkenaan
dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para ilmuwan yang
bila dicermati saling melengkapi. Misal Onong Effendy (1994), ia berpendapat bahwa
fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan
mempengaruhi. Masih soal fungsi komunikasi, Harold D Lasswell (dalam Nurudin,
2004 dan Effendy, 1994: 27) memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:
*
Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance
of the information), yakni penyingkapan ancaman dan kesempatan yang
mempengaruhi nilai masyarakat.
*
Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi
lingkungannya.
*
Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.
B. Bentuk Komunikasi
Mengacu
pada konsepsi, proses dan fungsi-fungsi komunikasi, dapatlah ditarik beberapa
bentuk komunikasi yang berkembang di masyarakat. Secara umum, terdapat dua
bentuk komunikasi, masing-masing:
·
Komunikasi
langsung.
Pada bentuk ini, komunikasi berjalan (terjadi) tanpa menggunakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan
yang berarti khusus dan penggunaan isyarat, misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang
di hadapan kita.
A--------à ß-----------B
·
Komunikasi
tidak langsung.
Biasanya komunikasi berjalan dengan menggunakan
alat dan mekanisme untuk melipat-gandakan jumlah penerima pesan (sasaran)
ataupun untuk menghadapi hambatan geografis dan waktu, misalnya menggunakan
radio, buku, surat kabar, dan selebaran.
|
Kemudian, berdasarkan besarnya sasaran, komunikasi dapat berbentuk:
·
Komunikasi massa, yaitu komunikasi yang sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal. Komunikasi massa yang baik harus memenuhi
aspek pesan disusun dengan jelas, tidak
rumit dan tidak bertele-tele; bahasa yang mudah dimengerti atau dipahami; bentuk gambar yang baik; dan membentuk kelompok khusus,
misalnya kelompok pendengar (radio).
·
Komunikasi kelompok, adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang
yang umumnya dapat dihitung atau dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan
timbal-balik.
Perawat----- ® ¬ ------Pengunjung Puskesmas
·
Komunikasi
perorangan, adalah komunikasi dengan tatap
muka, dapat juga melalui telepon.
Perawat-----® ¬------Pasien
Bentuk komunikasi juga dapat ditentukan oleh arah pesan. Pada konteks ini, terdapat dua bentuk komunikasi, yakni :
·
Komunikasi
satu arah.
Pesan
disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk
memberikan umpan balik (feedback) atau
bertanya, contohnya komunikasi melalui radio.
A ------------------® B
· Komunikasi timbal-balik.
Pesan disampaikan kepada sasaran dan sasaran
memberikan umpan balik. Biasanya komunikasi kelompok atau perorangan merupakan
komunikasi timbal-balik.
C. Tingkatan dan Konteks Komunikasi
Secara
umum ragam tingkatan dan konteks komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication), yaitu komunikasi yang terjadi dalam
diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan
sistem syaraf manusia.
b.
Komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication), yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan
orang lain dengan corak komunikasi yang lebih bersifat pribadi dan sampai pada
tataran prediksi hasil komunikasi pada tingkatan psikologis yang memandang
pribadi sebagai keunikan. Dalam komunikasi ini jumlah pelaku yang terlibat pada
dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan
bersifat pribadi.
c.
Komunikasi kelompok (group communication),
yaitu komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Michael
Burgoon dan Michael Ruffner (dalam Sendjaja, 1994) memberi batasan komunikasi
kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna
memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi,
pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat
menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya secara akurat.
d.
Komunikasi organisasi (organization
communication), yaitu pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi
di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:
52).
e.
Komunikasi massa (mass communication).
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang
ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui
media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat. Kemudian Mulyana (2005: 74) juga menambahkan
konteks komunikasi publik. Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi
antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak) yang tidak bisa
dikenali satu per satu. Komunikasi demikian sering pula disebut pidato, ceramah
atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi
kelompok besar (large group communication)
untuk komunikasi tingkatan ini. ***
No comments:
Post a Comment