Sunday, March 24, 2013

Fungsi dan Bentuk Komunikasi





Sebelum kita sampai pada pokok bahasan tentang fungsi dan bentuk komunikasi, ada baiknya kita pahami terlebih dulu konsep komunikasi yang berkaitan dengan fungsi dan bentuk. Sebab, dari kerangka konsep komunikasi tersebut kita akan menjadi tahu seperti apa fungsi dan bentuk-bentuk komunikasi yang berkembang dalam masyarakat.
Pakar komunikasi Deddy Mulyana (2005: 61-69) memperkenalkan pemahaman tentang komunikasi dalam tiga konsepsi, yaitu:
Pertama, Komunikasi sebagai tindakan satu arah. Yakni, suatu pemahaman komunikasi sebagai proses penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi.
Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap muka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya-jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini sebagai definisi yang berorientasi pada sumber. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi adalah semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.
Beberapa definisi komunikasi dalam konsepsi tindakan satu arah pernah disampaikan oleh para pakar komunikasi. Everet M. Rogers misalkan, memberikan pemahaman bahwa komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.
Kemudian, Gerald R. Miller menggaris-bawahi bahwa komunikasi satu arah terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Pakar lainnya, Carld R. Miller, menegaskan bahwa komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunkan). Dan Theodore M. Newcomb berpendapat bahwa setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.
Kedua, Komunikasi sebagai interaksi. Konsepsi ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya saling bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal ataupun non-verbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal ataupun non-verbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.
Contoh definisi komunikasi dalam konsepsi ini dapat disimak dari Shanon dan Weaver (dalam Wiryanto, 2004), bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja, dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.
Ketiga, Komunikasi sebagai transaksi. Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara berkesinambungan mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan non-verbal.
Beberapa definisi yang memperkuat konsepsi komunikasi transaksi dapat mengacu pada Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, di mana komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih. Senada dengan keduanya, Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson menjelaskan komunikasi transaksi adalah proses memahami dan berbagi makna. Lalu, William I. Gordon menegaskan bahwa komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan. Dan Donald Byker dan Loren J. Anderson mengingatkan bahwa komunikasi adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih.

A.   Fungsi Komunikasi
Berdasarkan ketiga konsepsi komunikasi tadi, William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005: 5-30) kemudian mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:
Pertama, Sebagai komunikasi sosial. Fungsi komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan (antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur), dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, sampai negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.
Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita dan hal itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain, kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa diri kita. Anda mencintai diri Anda bila Anda telah dicintai; Anda berpikir Anda cerdas bila orang-orang sekitar Anda menganggap Anda cerdas; Anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar Anda juga mengatakan demikian. George Herbert Mead (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengistilahkan significant others (orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang di sekitar kita yang mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep diri kita. Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966) menamai affective others, untuk orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari mereka lah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Selain itu, terdapat apa yang disebut dengan reference group (kelompok rujukan), yaitu kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat ini, orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau Anda memilih kelompok rujukan Anda adalah Ikatan Dokter Indonesia, Anda menjadikan norma-norma dalam Ikatan ini sebagai ukuran perilaku Anda. Anda juga merasa diri sebagai bagian dari kelompok ini, lengkap dengan sifat-sifat dokter menurut persepsi Anda.
Lalu, tentang pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan bahwa dirinya eksis (ada). Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas, misalkan, pada penanya dalam sebuah seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok persoalan, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang-lebar mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak atau kurang relevan.
Selanjutnya, mengenai kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum. Juga untuk memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Pakar psikologi Abraham Maslow menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini saatnya kita ingin memenuhi kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan keempat, khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.
Kedua, Sebagai komunikasi ekspresif. Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan non-verbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa pula disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku non-verbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala dan rambut anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan demonstrasi turun ke jalan.
Ketiga, Sebagai komunikasi ritual. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut oleh para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, sampai kematian. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (shalat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) dan Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka.
Keempat, Sebagai komunikasi instrumental. Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, antara lain menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.
Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam berkomunikasi lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang.
Tujuan jangka pendek, misalnya, untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management). Yakni, taktik-taktik verbal dan non-verbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya buat menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita dan seperti apa yang kita inginkan.
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, contohnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan jangka panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan materi kekayaan.
Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi. Misal Onong Effendy (1994), ia berpendapat bahwa fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Masih soal fungsi komunikasi, Harold D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994: 27) memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:
* Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information), yakni penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat.
* Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya.
* Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.

B.    Bentuk Komunikasi
Mengacu pada konsepsi, proses dan fungsi-fungsi komunikasi, dapatlah ditarik beberapa bentuk komunikasi yang berkembang di masyarakat. Secara umum, terdapat dua bentuk komunikasi, masing-masing:   
·         Komunikasi langsung.
Pada bentuk ini, komunikasi berjalan (terjadi) tanpa menggunakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat, misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang di hadapan kita.
        A--------àß-----------B
·         Komunikasi tidak langsung.
Biasanya komunikasi berjalan dengan menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat-gandakan jumlah penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan geografis dan waktu, misalnya menggunakan radio, buku, surat kabar, dan selebaran.

 
Contoh aktivitas mensosialisasikan budaya hidup bersih: “Buanglah sampah pada tempatnya”.

Kemudian, berdasarkan besarnya sasaran, komunikasi dapat berbentuk:
·                     Komunikasi massa, yaitu komunikasi yang sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal. Komunikasi massa yang baik harus memenuhi aspek pesan disusun  dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele; bahasa yang mudah dimengerti atau dipahami; bentuk gambar yang baik; dan membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar (radio).
·   Komunikasi kelompok, adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat dihitung atau dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal-balik.
                         Perawat----- ®  ¬ ------Pengunjung Puskesmas
·          Komunikasi perorangan, adalah komunikasi dengan tatap muka, dapat juga melalui telepon.
                      Perawat-----®   ¬------Pasien

Bentuk komunikasi juga dapat ditentukan oleh arah pesan. Pada konteks ini, terdapat dua bentuk komunikasi, yakni :
·         Komunikasi satu arah.
Pesan  disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat  atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik (feedback) atau bertanya, contohnya komunikasi melalui radio.
A  ------------------® B                                                                                                                                                         
·       Komunikasi timbal-balik.
Pesan disampaikan kepada sasaran dan sasaran memberikan umpan balik. Biasanya komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal-balik.

C.   Tingkatan dan Konteks Komunikasi
Secara umum ragam tingkatan dan konteks komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.  Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication), yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf manusia.
b. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasi yang lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasi pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai keunikan. Dalam komunikasi ini jumlah pelaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi.
c. Komunikasi kelompok (group communication), yaitu komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Michael Burgoon dan Michael Ruffner (dalam Sendjaja, 1994) memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya secara akurat.
d. Komunikasi organisasi (organization communication), yaitu pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005: 52).
e. Komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Kemudian Mulyana (2005: 74) juga menambahkan konteks komunikasi publik. Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak) yang tidak bisa dikenali satu per satu. Komunikasi demikian sering pula disebut pidato, ceramah atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi tingkatan ini.  ***

No comments:

Post a Comment