Sunday, April 21, 2013

Pengalaman Berharga di Lapas Anak Tangerang


Have you watched PRISON BREAK? Buat yang udah, pasti punya gambaran tentang penjara.
Well gue akhirnya punya kesempatan untuk masuk, melihat dan melayani di dalam penjara.

Sure, it's only Juvenile Hall (Penjara Anak), tapi the basic rules are the same.
Terisolasi dari dunia luar, kamar yang berteralis besi, dan jam aktivitas bebas yang terbatas.
Yang pasti, berbeda dengan penjara Fox River di film seri Prison Break, penjara anak yang ini nggak berwarna kaku yang dingin. Tembok yang berwarna, ruangan-ruangan kegiatan seperti komputer, bengkel, jahit-menjahit, sampai gereja dan musholla juga ada, dan membuat penjara ini seperti asrama penuh kegiatan yang 'ketat' nan terisolir.

Kesan ceria dan aktif mulai tenggelam ketika satu demi satu cerita dari teman-teman kita yang berani untuk 'doing time' di penjara mulai dituturkan. Mulai dari sistem senioritas plus siapa-kuat-dia-yang-memimpin. Sampai kisah sedih soal kesepian mereka sambil menunggu hari bebas.

Di penjara ini, secara idealnya penghargaan/respect itu muncul dari prestasi dan perilaku baik. Sure, that's by the books. Tapi walaupun ini penjara anak, tetap siapa yang kuat dan berani yang dihormati.

Let me explain to you how these kids explained it to me. Kalau elo baru masuk, masih baru, elo akan ditaruh bersama-sama dengan sejumlah anak di dalam satu kamar. Di dalam kamar ini, pasti sudah ada penghuni yang lebih lama. Nah, biasanya anak baru itu pasti digojlok. Entah dipukulin, dikerjain terus menerus, dan harus tunduk sama yang namanya PalKam (Kepala Kamar). Tiap-tiap beberapa Palkam, itu dibawahi satu orang yang mengepalai mereka yang namanya Bos Gila. Dan beberapa Bos Gila ini masih di bawah satu orang yang 'memegang' satu blok penjara. Nah pemimpin-pemimpin kecil di tiap blok ini pun masih tunduk ke satu orang 'pemimpin' yang dihormati dan ditakuti seluruh napi cilik yang ada di sini.

Kebayang kan hierarkinya mereka? Dari seorang anak baru, elo bisa naik step by step ke atas dengan berani menantang/menghadapi satu demi satu orang yang memegang tiap tingkatan. I don't think kalau mereka sendiri memang mau selalu seperti ini. But that's just how the way it is nampaknya kalau kita berada di suatu lingkungan yang keras. Reasoning just can't be used layaknya kita yang biasa ada di lingkungan terorganisir di mana prestasi dan karakter yang jadi acuan rasa hormat.
But let's step away from the negative side. Let's focus ke kisah hidup mereka. Ada banyak cerita mereka yang membuat hati kita trenyuh dan hancur. It's like, kenapa mereka yang harus menghadapi hukuman seperti ini? I mean, mereka lebih muda dari kebanyakan kita, dan kita sendiri mungkin pernah berbuat banyak hal yang nggak jauh berbeda dengan apa yang mereka perbuat.

Sebutlah kisah Toni, salah satu Bos Gila yang mengepalai beberapa PalKam. Si Toni ini, ternyata juga pengurus komunitas anak-anak yang rajin gereja di penjara. Umurnya sekarang 18 tahun. Dalam 5 bulan, dia akan bebas keluar dan bisa kembali ke keluarganya di Bogor. Tapi mendengar ceritanya, tersirat rasa khawatir akan kesempatan untuk bisa keluar dari penjara. Why? You might ask.
Ternyata Toni sudah ada di Lapas anak ini sejak berumur 12 tahun! Menurut pengakuan dia, dia divonis penjara sekitar 6 tahun karena masalah narkoba. Dan dia mendapat ganjaran yang cukup berat, karena saat sidang dia dianggap 'anak negara'.

Maksudnya anak negara? Ternyata saat sidang, orang tuanya tidak datang. Jadi sepertinya nggak ada semacam jaminan bahwa orang tua bisa ikut bertanggung jawab atas perkembangan masa rehabilitasinya. Jadilah dia menghadapi 6 tahun gara-gara narkoba.

Belum lagi ada cerita tentang anak sd kelas 4. Umurnya masih 9 tahun yang dipenjara 7 bulan karena masalah curanmor. I mean, come on!!! Kalau anak ini tertangkap, berarti motor ini masih bisa dilacak keberadaanya. Instead of forgiving this kid, they locked him up with older kids yang justru bukannya banyak membantu rehabilitasi, tapi justru giving even more bad influence to him!

So many different stories, so many faces, dari yang dipenjara karena pelecehan seksual, sampai accidentally killing a person cuma karena masalah narkoba. It breaks my heart. I know it happens all over us, we saw these things on action movies, nonton di berita, and we consider it just a part of the scripts, atau cuma bagian dari berita. But when I went face to face with these kids, its a different atmosphere. It's real!
Yang akhirnya bisa menghibur hati gue, adalah waktu kita dari DISCIPLES, perform lagu-lagu dari Saykoji & J-flow (karena yang kita hibur nggak cuma anak-anak napi yang Kristen), mereka terlihat senang sekali. To see people from the outside world consider them not as criminals, but as friends yang perlu dihibur dan diberi semangat. Yang membuat hati gue semakin berkobar-kobar atas berkat Tuhan, adalah saat kita membawakan lagu 'Di Saat Badai' yang kita bilang sebagai lagu yang bisa jadi ekspresi harapan kita pada Tuhan, terlepas apapun agama kalian, banyak teman-teman yang meresponi lirik demi lirik rap yang kita bawakan.

Praise God! Kita nggak cuma datang ke sini untuk melayani dan memberkati, tapi respon mereka terhadap performance kita, kisah hidup mereka, harapan mereka, jadi berkat tersendiri buat kita. We felt soooo blessed, perasaan yang belum pernah kita rasakan, mau dibandingkan dengan perform di gereja atau di panggung besar manapun. Karena kita perform untuk orang-orang yang paling membutuhkan harapan akan masa depan mereka.
Whew! So many words that I've just typed. Dan nggak tau kenapa, seluruh huruf yang ada, nggak cukup untuk mengekspresikan rasa syukur kita untuk bisa berkunjung ke sana. Thank you untuk anak-anak The Messenger Glow Inc dari GBI Kenisah. Untuk Lia dan kawan-kawan yang sudah mau mengundang Disciples untuk turut melayani. It was an awesome experience! We are trully blessed.
And teman-teman, let's pray for these kids di Lapas anak. Supaya mereka bisa menjalani masa dan waktu mereka dengan baik, belajar banyak hal sebagai bekal masa depan, dan supaya saat mereka keluar, mereka bisa mencapai hal-hal yang LUAR BIASA, dan menjadi orang-orang hebat yang memberkati banyak orang, terlepas masa lalu mereka.

Karena beda kita dengan mereka cuma satu. Mereka KETAHUAN. Kita nggak. Nobody is innocent.

See this kids. They asked me to take a picture with them. So that I won't forget the experience, dan nggak lupa mereka. They were right. (DISCIPLES, 27 September 2008)

No comments:

Post a Comment