Have
you watched PRISON BREAK? Buat yang udah, pasti punya
gambaran tentang penjara.
Well
gue akhirnya punya kesempatan untuk masuk, melihat dan melayani di dalam
penjara.
Sure,
it's only Juvenile Hall (Penjara Anak), tapi the basic rules are the same.
Terisolasi dari dunia luar, kamar yang berteralis
besi, dan jam aktivitas bebas yang terbatas.
Yang pasti, berbeda dengan penjara Fox River di film seri Prison Break, penjara anak yang ini
nggak berwarna kaku yang dingin. Tembok yang berwarna, ruangan-ruangan kegiatan
seperti komputer, bengkel, jahit-menjahit, sampai gereja dan musholla juga ada,
dan membuat penjara ini seperti asrama penuh kegiatan yang 'ketat' nan
terisolir.
Kesan ceria dan aktif mulai tenggelam ketika satu
demi satu cerita dari teman-teman kita yang berani untuk 'doing time' di penjara mulai dituturkan. Mulai dari sistem senioritas
plus siapa-kuat-dia-yang-memimpin. Sampai kisah sedih soal kesepian mereka
sambil menunggu hari bebas.
Di penjara ini, secara idealnya penghargaan/respect itu muncul dari prestasi dan
perilaku baik. Sure, that's by the books.
Tapi walaupun ini penjara anak, tetap siapa yang kuat dan berani yang
dihormati.
Let
me explain to you how these kids explained it to me.
Kalau elo baru masuk, masih baru, elo akan ditaruh bersama-sama dengan sejumlah
anak di dalam satu kamar. Di dalam kamar ini, pasti sudah ada penghuni yang
lebih lama. Nah, biasanya anak baru itu pasti digojlok. Entah dipukulin,
dikerjain terus menerus, dan harus tunduk sama yang namanya PalKam (Kepala
Kamar). Tiap-tiap beberapa Palkam, itu dibawahi satu orang yang mengepalai
mereka yang namanya Bos Gila. Dan beberapa Bos Gila ini masih di bawah satu
orang yang 'memegang' satu blok penjara. Nah pemimpin-pemimpin kecil di tiap
blok ini pun masih tunduk ke satu orang 'pemimpin' yang dihormati dan ditakuti
seluruh napi cilik yang ada di sini.
Kebayang kan hierarkinya mereka? Dari seorang anak
baru, elo bisa naik step by step ke
atas dengan berani menantang/menghadapi satu demi satu orang yang memegang tiap
tingkatan. I don't think kalau mereka sendiri memang mau selalu seperti ini. But that's just how the way it is nampaknya
kalau kita berada di suatu lingkungan yang keras. Reasoning just can't be used layaknya kita yang biasa ada di
lingkungan terorganisir di mana prestasi dan karakter yang jadi acuan rasa
hormat.
But
let's step away from the negative side. Let's focus ke
kisah hidup mereka. Ada banyak cerita mereka yang membuat hati kita trenyuh dan
hancur. It's like, kenapa mereka yang
harus menghadapi hukuman seperti ini? I mean, mereka lebih muda dari kebanyakan
kita, dan kita sendiri mungkin pernah berbuat banyak hal yang nggak jauh
berbeda dengan apa yang mereka perbuat.
Sebutlah kisah Toni, salah satu Bos Gila yang
mengepalai beberapa PalKam. Si Toni ini, ternyata juga pengurus komunitas
anak-anak yang rajin gereja di penjara. Umurnya sekarang 18 tahun. Dalam 5
bulan, dia akan bebas keluar dan bisa kembali ke keluarganya di Bogor. Tapi
mendengar ceritanya, tersirat rasa khawatir akan kesempatan untuk bisa keluar
dari penjara. Why? You might ask.
Ternyata Toni sudah ada di Lapas anak ini sejak
berumur 12 tahun! Menurut pengakuan dia, dia divonis penjara sekitar 6 tahun
karena masalah narkoba. Dan dia mendapat ganjaran yang cukup berat, karena saat
sidang dia dianggap 'anak negara'.
Maksudnya anak negara? Ternyata saat sidang, orang
tuanya tidak datang. Jadi sepertinya nggak ada semacam jaminan bahwa orang tua
bisa ikut bertanggung jawab atas perkembangan masa rehabilitasinya. Jadilah dia
menghadapi 6 tahun gara-gara narkoba.
Belum lagi ada cerita tentang anak sd kelas 4.
Umurnya masih 9 tahun yang dipenjara 7 bulan karena masalah curanmor. I mean, come on!!! Kalau anak ini
tertangkap, berarti motor ini masih bisa dilacak keberadaanya. Instead of forgiving this kid, they locked
him up with older kids yang justru bukannya banyak membantu rehabilitasi,
tapi justru giving even more bad
influence to him!
So
many different stories, so many faces, dari yang dipenjara
karena pelecehan seksual, sampai accidentally
killing a person cuma karena masalah narkoba. It breaks my heart. I know it happens all over us, we saw these things
on action movies, nonton di berita,
and we consider it just a part of the scripts, atau cuma bagian dari
berita. But when I went face to face with
these kids, its a different atmosphere. It's real!
Yang akhirnya bisa menghibur hati gue, adalah
waktu kita dari DISCIPLES, perform lagu-lagu
dari Saykoji & J-flow (karena yang kita hibur nggak cuma anak-anak napi
yang Kristen), mereka terlihat senang sekali. To see people from the outside world consider them not as criminals,
but as friends yang perlu dihibur dan diberi semangat. Yang membuat hati
gue semakin berkobar-kobar atas berkat Tuhan, adalah saat kita membawakan lagu
'Di Saat Badai' yang kita bilang sebagai lagu yang bisa jadi ekspresi harapan
kita pada Tuhan, terlepas apapun agama kalian, banyak teman-teman yang
meresponi lirik demi lirik rap yang kita bawakan.
Praise
God!
Kita nggak cuma datang ke sini untuk melayani dan memberkati, tapi respon mereka
terhadap performance kita, kisah
hidup mereka, harapan mereka, jadi berkat tersendiri buat kita. We felt soooo blessed, perasaan yang
belum pernah kita rasakan, mau dibandingkan dengan perform di gereja atau di
panggung besar manapun. Karena kita perform untuk orang-orang yang paling
membutuhkan harapan akan masa depan mereka.
Whew!
So many words that I've just typed. Dan nggak tau
kenapa, seluruh huruf yang ada, nggak cukup untuk mengekspresikan rasa syukur
kita untuk bisa berkunjung ke sana. Thank
you untuk anak-anak The Messenger
Glow Inc dari GBI Kenisah. Untuk Lia dan kawan-kawan yang sudah mau
mengundang Disciples untuk turut melayani. It
was an awesome experience! We are trully blessed.
And
teman-teman, let's pray for these kids
di Lapas anak. Supaya mereka bisa menjalani masa dan waktu mereka dengan baik,
belajar banyak hal sebagai bekal masa depan, dan supaya saat mereka keluar,
mereka bisa mencapai hal-hal yang LUAR BIASA, dan menjadi orang-orang hebat
yang memberkati banyak orang, terlepas masa lalu mereka.
Karena beda kita dengan mereka cuma satu. Mereka
KETAHUAN. Kita nggak. Nobody is innocent.
See
this kids. They asked
me to take a picture with them. So that I won't forget the experience, dan
nggak lupa mereka. They were right. (DISCIPLES, 27 September 2008)
No comments:
Post a Comment