Friday, April 12, 2013

Suwito Muliadi: Pemakaman Sudah Jadi Industri



Suwito Muliadi
Jibiphoto

Naga Sakti Group memiliki layanan untuk pemakaman dari hulu hingga hilir, sehingga mereka bisa mengklaim menjadi penyedia  one stop funeral service termewah di Jakarta. Grup usaha ini memiliki lima rumah duka, Krematorium Nirwana,  dan taman pemakaman Quiling. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Naga Sakti Group, Bisnis mewawancari pemilik grup usaha ini yakni Suwito Muliadi. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana Anda memulai bisnis pemakaman Naga Sakti?
Dulu orang tua saya jualan peti mati Hiap Djie Hoo di Jalan Toko Tiga, Pancoran Kota. Tahun 1971, orang tua saya meninggal. Kebetulan saat itu saya juga sudah lulus SMA. Kakak dan saya akhirnya meneruskan usaha keluarga dan membuka rumah duka pertama bernama Yayasan Pemakaman Pluit di Jalan Gedong Panjang. Namun, akhirnya saya keluar pada 1990-an, karena merasa tak cocok dengan kakak. Saya mau bisnis maju, modernisasi, sedangkan dia tidak berpikir seperti itu.
Usaha pemakaman apa yang pertama kali Anda kelola sendiri?
Setelah pisah, saya lalu buat Yayasan Naga Sakti. Awalnya menjadi rekanan Rumah Sakit Husada dan Dharmais untuk mengurus manajemen, layanan, dan suplai peti mati di rumah duka mereka. Peminatnya lama-lama meningkat. Lalu saya kerja sama dengan Yayasan Atmajaya membuat Rumah Duka Atmajaya [sekarang bernama Holy Funeral Home].
Dari mana Anda belajar konsep dan layanan rumah duka?
Saya belajar dan melihat sistem rumah duka di Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Hong Kong. Di sana, susunannya selalu sama. Ada ruang duka, kamar tidur, dan kamar mandi. Jadi keluarga yang jaga tidak harus pulang untuk istirahat. Mandi dan tidur bisa di tempat itu, disediakan AC supaya nyaman. Tidak seperti dulu yang hanya beratap seng. Saya mengerti keluarga pasti lelah. Kalau rumah duka panas, mereka makin tertekan dan tak stabil jiwanya. Saya ingin menciptakan rumah duka yang lebih manusiawi.
Bagaimana ekspansi bisnis setelah itu?
Pada 2002, yayasan akhirnya berubah menjadi PT Naga Sakti. Kalau namanya yayasan, kami tidak bisa bagi keuntungan. Saat ini, kami sudah punya lima rumah duka, krematorium, dan pemakaman Quiling.
Bagaimana masalah permodalan?
Saya yang menjalankan. Tidak ada investor atau pemegang saham. Modalnya tentu pinjam dengan pihak lain, tidak bisa pakai uang sendiri.
Setelah rumah duka, mengapa merambah bisnis kremasi juga?
Dulu saya membuat krematorium karena melihat tidak ada krematorium yang dikelola dengan baik. Ada yang masih pakai kayu, sisanya pakai oven zaman dulu. Sistemnya sudah kuno. Saya ingin bisnis pemakaman juga mengikuti teknologi terbaru. Tahun ini misalnya, kami berencana untuk menerapkan konsep green cremation. Mesinnya kami impor dari Korea Selatan.
Tidak ada asap dan tidak terasa panas dari luar. Durasi pembakarannya juga lebih cepat. Kalau dulu 1,5 jam sekarang di bawah 1 jam. Ini teknologi terbaru, belum pernah diterapkan di dunia. Bahkan di Korea Selatan pun belum pakai. Bahan bakarnya juga lebih irit.
Lantas, bagaimana bisa membangun pemakaman Quiling? Apakah karena ada permintaan?
Permintaan yang langsung justru tidak ada. Tapi saya melihat bahwa pemakaman makin lama makin sempit. Lahan sudah tidak cukup. Di lain sisi, dalam ilmu Hong Shui, pemakaman ideal sebetulnya harus ada unsur gunung, karena itu saya coba buat di Bogor yang tempatnya berbukit.
Gunung mengantung urat naga, sarang naga, dan hawa naga. Seperti ujung tangan Anda saja masih ada hawa panas. Semua mengalir dari nadi utama terus menyebar ke nadi yang lebih kecil. Kalau nadi utama putus, ujung-ujung juga mati. Gunung juga begitu, punya urat naga yang membawa kehidupan. Pemakaman ideal harus bawa hawa ini supaya berkah di anak cucunya.
Berapa luas pemakamannya? Dan apa tantangan mengembangkannya?
Luasnya 123 hektare, dibuat pada 2002. Tidak hanya Tionghoa yang Buddha atau Kristen, muslim juga bisa. Kalau dibilang mewah tidak juga karena ada yang murah. Paket mulai Rp13 juta untuk seumur hidup. Beli satu kali untuk selamanya.
Namanya perbukitan sulit sekali memotong hutan. Potongnya juga sebisa mungkin urat naganya jangan kepotong, kalau dipotong tanah itu bisa mati. Inilah yang kadang orang tidak tahu. Mau buka pemakaman asal dibuat rata saja sudah beres.
Kalau saya buka pemakaman, saya ingin bawa berkah ke anak cucu. Kalau enggak menerapkan Hong Shui buat apa? Tidak ada berkah.
Kehadiran San Diego Hills Memorial Park yang lebih mewah dibandingkan Quiling, apakah membuat Anda merasa tersaingi?
Saya tidak khawatir, pesaing juga belum tentu mengerti tata cara membuat makam. Kalau saya, niatnya bikin bagus untuk keturunan anak-cucu yang ditinggalkan.
Apakah akhirnya punya produksi peti mati sendiri?
Peti mati tidak mau ada yang bikin. Saya juga heran. Akhirnya saya selalu ambil home industry di Jepara karena ukirannya paling bagus.
Bagaimana posisi Naga Sakti dibandingkan dengan pemain lain di industri ini?
Bisa dikatakan yang termewah se-Indonesia. Di luar negeri pun rumah duka jelek semua. Saya sudah survei itu. Justru kalau mereka melihat punya kita jadi terkagum-kagum. Namun, kalau segi bisnis, masih kalah dibandingkan dengan China. Di sana, pemakaman sudah menjadi industri. Dalam 1 hari ada 100-150 mayat yang harus dilayani di satu rumah duka. Jenazah dimasukkan di freezer.
Ada rencana ekspansi ke depan? Dan berapa besar potensi bisnis pemakaman ini sebenarnya?
Tentu ada, rencana di Surabaya dan Medan. Maunya bikin lebih bagus dibandingkan dengan yang ada di sini. Ke depan, saya rasa arah bisnisnya seperti itu. Selain itu, saya juga ingin semua karyawan jadi profesional dibidangnya. Petugas yang mendandani mayat misalnya sudah saya sekolahkan di salon-salon terkenal macam Jhony Andrean.
Kerja di bisnis ini tergantung orangnya, kalau tidak ada rasa welas asih, enggak bertahan. Saya punya prinsip untuk menggratiskan satu satu ruang di rumah duka. Sebanyak 7% dari klien kami memberikan layanan gratis karena tidak mampu. Orang di bisnis ini tidak boleh tamak. Kalau mau pentingkan profit, jangan mau main di sini.
Tertarik berbisnis di sektor lain? Properti mungkin?
Enggaklah, capelah. Ini bisnis betul-betul harus serius. Pemakaman butuh komitmen. Prinsip saya adalah melayani orang meninggal dengan cara yang terbaik. Kesusahan jangan ditimpa kesusahan lagi. Layani dengan hati yang baik.
Berapa omzet Naga Sakti Group?
Saya pikir jangan ditulislah itu. Lebih baik ditulis pelayanannya saja. Seperti bisnis lain, rumah duka rugi pun bisa. Kami pernah rugi pada 2004-2005, tapi setelah itu keuntungan mulai membaik. Waktu rugi itu Hong Shui-nya kurang bagus jadi memengaruhi pendapatan. Manusia ini kan nasibnya bergantung sepertiga dari Hong Shui. Sisanya ditentukan karma dan perbuatan saat ini.
Naga Sakti jarang beriklan di media massa, bagaimana cara promosinya?
Kami belum kepikir untuk beriklan di mana-mana. Kalau mau iklan di koran pun ya yang murah saja. Kalau iklan besar-besar kok kayaknya minta orang mati cepat-cepat. Tidak terlalu etis.
Tertarik untuk menjadi perusahaan terbuka?
Enggaklah. Ngapain? Saya pikir hidup ini sebisa mungkin jangan bohongin orang. Memang ada beberapa yang ngajak untuk jadi perusahaan terbuka saja, tapi saya tidak mau. Di Malaysia ada usaha pemakaman yang berstatus perusahaan terbuka, dan membuka di negara lain akhirnya hancur juga. Ngapain?

www.kabar24.com 

No comments:

Post a Comment