dok.timlo.net/daryono
Ironisnya, di tahun 2013 ini, Awan luput dari pendataan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Padahal sebelumnya, lelaki kelahiran 1961 ini mengandalkan layanan Jamkesmas setiap melakukan cuci darah. Saat masih menggunakan menggunakan layanan Jamkesmas, Awan tidak mengeluarkan uang sepeserpun baik untuk cuci darah, biaya laboratorium maupun menebus obat. Semuanya ditanggung olah layanan Jamkesmas.
Kecewa karena tidak masuk pendataan Jamkesmas tahun ini, Awan bersama tiga rekannya sesama difabel yang sama-sama luput dari Jamkesmas mengadukan persoalan mereka ke Ketua DPRD Solo, YF Sukasno beberapa waktu lalu. Oleh Ketua Dewan, Awan bersama tiga rekannya diberikan solusi dengan dimasukkan dalam layanan PKMS Gold.
Namun, permasalahan Awan tidaklah lantas selesai. Saat menggunakan layanan PKMS Gold, Awan harus kembali kecewa karena masih harus menebus obat yang tidak terkaver layanan PKMS Gold. “Nebus obatnya bervariatif antara Rp 20.000 – Rp 40.000 . Itu kan membuat deg-degan saat saya harus menebus resep,” ungkapnya kepada Timlo.net, saat ditemui, Rabu (8/5), di tempat tinggalnya di Panti Rehabilitasi Paraplegia, Karangasem.
Bahkan, atas kekecewaannya tersebut, Awan sempat menyatakan dirinya lebih baik bunuh diri dengan membakar diri. Baginya biaya obat yang harus ditanggung cukuplah besar karena dalam sebulan hanya menerima santunan Rp 150.000 dari Pemkot, sementara ia sudah tidak memiliki penghasilan lainnya.
www.timlo.net
No comments:
Post a Comment