Saturday, September 7, 2013

Sepenggal Asa Seorang Fahmi Idris



Pengalihan korporasi PT Askes menjadi badan publik BPJS Kesehatan sedang digenjot. Baru dilantik Januari lalu, tugas Fahmi Idris sudah menggunung: meracik sistem bantuan kesehatan bagi rakyat kecil.

“Saya melihat sejauh ini Pak Fahmi cukup baik. Dalam beberapa kali sidang, beliau memaparkan rencana kerja yang jelas dan transparan. Kita tunggu saja bagaimana nanti kinerjanya," demikian Poempida Hidayatullah, anggota Komisi IX DPR RI menanggapi sosok Direktur Utama (Dirut) PT Askes (Persero) Fahmi Idris.

Poempida menekankan perlunya nakhoda mumpuni buat PT Askes yang sedang mempersiapkan diri dalam transformasi menjadi Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS). Bukan apa-apa, sejak 1 Januari 2014, perusahaan pelat merah ini akan menjadi BPJS Kesehatan yang memfasilitasi bantuan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu sesuai UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS.

Fahmi Idris sendiri menilai, proses peralihan itu tidaklah mudah. Sebab, banyak yang diperhatikan, mulai dari data kepesertaan, perangkat pendukung, sampai ketenagakerjaan. Begitu pula soal pengalihan aset, liability, dan kewajiban korporasi. Tak heran, hampir saban hari lelaki kelahiran Palembang, 1 Februari 1968 itu, selalu rapat baik internal maupun eksternal. "Di rapat internal, misalnya melakukan proses transformasi kultural maupun struktural. Untuk eksternal, misalnya melakukan koordinasi dan komunikasi yang efektif dengan lintas sektoral," sebut mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2006–2009 ini.

Untungnya, Fahmi bukanlah orang baru dalam terbentuknya BPJS. Dia merupakan anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) yang membidani lahirnya BPJS. Suami dari Rini Purnamasari itu awalnya adalah tokoh ahli DJSN pada 2008. Kemudian, menjadi Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian DJSN sejak 2012.

Selain itu, track record selaku dokter membuatnya paham betul perkara kesehatan. Setelah lulus Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri) pada 1993 dia langsung mempraktikkan ilmunya di daerah kecil Sumatera Selatan (Sumsel). Dua tahun kemudian, ia menjabat Kepala Puskesmas Makarti Jaya, Sungsang di Sumsel. Kemudian, lulusan terbaik pascasarjana program Ilmu Kesehatan Masyarakat UI pada 1998 itu, selanjutnya menjadi pegawai negeri sipil sebagai staf pengajar di Universitas Sriwijaya.

Nyaris Jadi Wakil Menteri

Kecintaannya terhadap bidang pendidikan serta perkembangan ilmu kedokteran membuat Fahmi serius menelurkan pengetahuan kepada para mahasiswa. Alhasil, dirinya mendapatkan penghargaan dosen berprestasi oleh Fakultas Kedokteran Unsri pada 2005. Ia juga meraih Life Achievement Award dari Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia pada 2008.

Anak almarhum H. Ali Aga ini juga sempat santer ditawari jabatan wakil menteri kesehatan (wamen) saat reshuffle 2011. Akan tetapi, batal lantaran alasan seorang menjabat wamen harus pernah menjabat eselon 1A. Ini sesuai dengan UU tentang Kementerian Negara dan Peraturan Presiden No 47/2009 tentang Organisasi Kementerian.

Di sisi lain, dirinya juga terlibat aktif dalam organisasi sosial maupun keagamaan. Fahmi tercatat juga sebagai Ketua Majelis Pimpinan Pusat ICMI (2011–2016), pengurus pusat Dewan Masjid Indonesia (2012–2017), dan Ketua Koordinator Panti Asuhan/Majelis Taklim di bawah Yayasan HM Ali Agam (2006–saat ini).

Jumlah Usia Lanjut Meningkat pada 2025

Merujuk harapan, Fahmi berharap mewujudkan jaminan kesehatan buat seluruh rakyat pada 2019. "Saat ini saja, sekitar 63,13% dari 236 juta penduduk Indonesia yang bisa menikmati skema asuransi kesehatan. Sisanya 36,87% masih perlu penanganan lebih lanjut. Nah, dengan adanya BPJS Kesehatan melalui program jaminan kesehatan nasional, kita berharap agar penduduk Indonesia dapat merasakan fasilitas jaminan kesehatan secara merata, setidaknya di tahun 2019," tambah mantan Koordinator Sekretaris Bersama 5 Organisasi Profesi Kesehatan (Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Persatuan Dokter Gigi Indonesia, dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia) itu.

Fahmi menambahkan, saat ini, jumlah orang miskin dan tidak mampu yang ditanggung pemerintah melalui skema Jamkesmas meningkat dari 76,4 juta jiwa tahun 2012, menjadi 86,4 juta jiwa di 2013. Ditargetkan, jumlah ini akan bertambah menjadi 97,6 juta jiwa atau berkisar 40% dari seluruh masyarakat Indonesia dengan tingkat kesejahteraan terendah. "Kami terus melakukan peningkatan layanan kepada masyarakat melalui program gotong royong untuk sehat," imbuhnya.

Ayah tiga anak yang pernah menerima penghargaan Satyalancana Karya Satya X oleh Presiden SBY pada 2010 itu menjelaskan, nantinya jumlah peserta BPJS Kesehatan tatkala beroperasi sebanyak 121,4 juta orang. Jumlah itu berasal dari peserta Askes, program JPK Jamsostek, Jamkesda, Jamkesmas, dan lainnya. "Hal yang perlu diperhatikan pemerintah, salah satunya, jumlah penduduk lanjut usia di atas 60 tahun diperkirakan akan terus meningkat hingga 2025. Masalah ini tidak hanya membayangi negara Indonesia saja, tapi juga menjadi masalah negara-negara lain di dunia," ungkapnya. (http://www.sindoweekly-magz.com)

Lelaki yang sudah mendapat pelatihan sekaligus pengkajian kesehatan di berbagai negara seperti Filipina, Australia, hingga Jerman ini, lantas menggenjot peran besar BPJS Kesehatan. Hal utama adalah soal penyerapan kartu Jamkesmas yang tahun lalu baru mencapai 6.915.598 surat keabsahan peserta. Tentu saja, meningkatnya jumlah peserta akan memaksa adanya penambahan armada tenaga kerja. "Untuk verifikator independen yang ada selama ini akan direkrut menjadi pegawai BPJS Kesehatan karena sudah punya pengalaman. Tentunya melalui mekanisme perekrutan pegawai dan seleksi pegawai yang telah ditetapkan," jelas lulusan terbaik predikat andalan peserta program pendidikan reguler Lemhannas RI XLV pada 2010 tersebut.



    BIODATA
    Nama                 : Dr. dr. Fachmi Idris, M.Kes.
    Tempat dan tanggal lahir     : Palembang, 1 Februari 1968
    Istri                     : Dr. dr. Rini Purnamasari, Sp. A.
    Anak                   : Ridho Fachri M., Rizqy Fachri M., dan Rifa Rahma A.

    PEKERJAAN:   
    1997–sekarang         : Dosen FK UNSRI
    2007–2011            : Dewan Pengawas RS Moh. Husin Palembang (BLU)
    2008–sekarang         : Dewan Komisaris PT Askes (Persero)
    2009–2011             : Wakil Ketua Komite Audit PT Askes (Persero)
    2013–2018            : Dirut PT Askes (Persero)

    PENDIDIKAN:   
    1986–1993            : Fakultas Kedokteran Unsri
    1996–1998            : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana UI
    1998–2003            : Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat UI

No comments:

Post a Comment