“Jangan mengumpulkan harta di
bumi... kumpulkanlah bagimu harta di surga, di mana ngengat ... tidak merusak
dan pencuri tidak dapat mencurinya”
Mat
6:19-20
SEBAGAI sosok yang relatif berkecukupan
materi, Jopinus Ramli (JR) Saragih tak ingin hartanya hanya habis di bumi --tepatnya
berhenti di kantong persembahan atau kas gereja saja. Dia ingin menjadi
investor rohani dalam iman Kristen dengan mengusung prinsip alkitabiah
“kumpulkanlah hartamu di sorga..” Perjalanan hidup JR Saragih layak dikatakan
sarat dengan titian di jalan investasi rohani menuju surga.
Telusuri
saja sekitar tahun 2000, ketika dia masih sebagai prajurit muda yang memperoleh
amanah tugas sebagai komandan polisi militer di Kabupaten Purwakarta, Jawa
Barat. Sebelum ada jalan tol Cipularang (Cikampek, Purwakarta, Padalarang),
wilayah Kabupaten Purwakarta terasa sepi dan sulit diharapkan menggeliat
menyambut asa. Demikian sepinya sampai muncul anekdot bahwa Purwakarta adalah
kota pensiunan. Bahkan, yang lebih menyeramkan, Purwakarta sebagai daerah jin
buang anak.
Suatu
waktu JR Saragih berbincang dengan Bupati Purwakarta bahwa hatinya terketuk
untuk ‘menerangi’ dan ‘berbagi’ pada warga Purwakarta. Mengapa? Ketika itu dia
melihat, sebagian besar (sekitar 78 persen) dari sekitar satu juta jiwa warga
Purwakarta merupakan pendatang yang hidup hanya mengandalkan Upah Minimum
Regional (UMR). Hidup dengan penghasilan pas-pasan. Bahkan, mereka yang
sebagian besar bekerja sebagai buruh pabrik itu terkadang hidup jauh dari
Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Tidak sedikit kasus warga masyarakat meninggal
dunia gara-gara tidak mampu membayar pelayanan kesehatan di klinik atau rumah
sakit.
“Sebagai
prajurit muda yang baru bertugas, suatu kali hati saya tersentuh melihat
seorang ibu meninggal dunia saat mau melahirkan karena ia tidak mampu
memperoleh pelayanan kesehatan yang baik. Saya kemudian berbicara dengan bupati
dan para dokter di sana, bagaimana cara kita memberi pelayanan kesehatan yang
terjangkau mereka. Pak Bupati Purwakarta merespon baik niat saya itu. Lalu gaji
saya di TNI saya jadikan modal untuk memulai usaha klinik kesehatan. Rupanya
banyak orang bersimpati dan mendukung usaha saya. Secara bertahap akhirnya saya
bisa membeli tanah seluas 770 meter persegi untuk mengembangkan klinik,” papar
JR Saragih mengenang sepenggal warna perjalanan hidupnya dalam memberikan apa
yang dipunyainya.
JR
Saragih berkisah lebih jauh kerja kerasnya mengembangkan klinik kesehatan yang
minimal mampu melakukan operasi pada para pasien. Sampai kemudian, banyak warga
sekitar klinik miliknya datang meminta pertolongan pelayanan kesehatan yang
terjangkau. Sampai-sampai, dalam kalkulasi ekonomis, dia harus mensubsidi
sekitar Rp200 juta kepada warga kurang beruntung yang datang berobat ke klinik
yang kini telah bermetamorfose menjadi Rumah Sakit Efarina Etaham Purwakarta.
Sebuah rumah sakit swasta yang berdiri di atas lahan seluas tiga hektar yang
menjadi mitra PT Jamsostek dan tumpuan korban kecelakaan lalu-lintas jalan tol
Cipularang. Rumah sakit tipe A yang mampu berdiri di atas kelas RSUD milik Pemerintah
Kabupaten Purwakarta degan total karyawan sekitar 300 orang.
“Pengalaman
saya di Purwakarta di masa lalu itu cukup menarik dijadikan pelajaran setelah
saya berada di Simalungun ini. Saya bisa membantu orang lain dan saya tidak
perlu menyembah-nyembah orang hanya untuk menjalin kerja sama kemitraan,” ujar
JR Saragih.
A. Makna
Filosofis Efarina
JR
Saragih yang amat meyakini iman Kristen sangat menjunjung prinsip Efarina yang
bermakna ajakan memberikan semua apa yang ada dalam diri kita dan semua percayakan
kepada Tuhan. Karena, dia meyakini, apa yang ada dalam diri kita bukanlah
kekuatan kita. Artikata, semua itu semata-mata titipan yang dipercayakan oleh
Tuhan yang wajib kita jaga sebaik-baiknya.
Kini
JR Saragih yang relatif berkelimpahan harta ingin terus berinvestasi di jalan
Tuhan sebagai wujud mensyukuri berkat. Kelimpahan dalam kekristenan adalah
berkat. Berkat bisa saja mengambil bentuk uang, kekayaan atau kemakmuran. Namun
semua itu tidak selalu identik dengan berkat Allah dan belum tentu menjadi
berkat bila tanpa ucapan syukur. Mungkin pula ini bisa menjadi pertanda
penghukuman ketika hidup makmur dalam ketidak-taatan dalam menggunakan uang. Beberapa
orang meminta uang, padahal Allah tidak punya uang, karena uang merupakan
material sedangkan Allah adalah rohaniah.
Namun
Allah mempunyai berkat. JR Saragih mengakui bahwa Allah memang maha kaya tetapi
tanpa uang dan melampaui materi. Berkat Allah tidak bisa diikat dalam bentuk
dan oleh materi apapun.
Hidup
bergantung dalam Tuhan tidak identik dengan hidup tergantung pada kelimpahan
materi. Dan, JR berkeyakinan, Allah bermaksud supaya kita hidup berkelimpahan
dalam Tuhan. Inilah hal spiritual, unsur keselamatan dan bernilai kekekalan
dari kelimpahan hidup Kristen. Sebuah anugerah dari Tuhan.
Seorang
yang berkelimpahan dalam kehidupan spiritual dan keselamatan bukan hanya
natural semata, karena anugerah lebih besar daripada alam. Namun kehidupan
anugerah keselamatan mengandung prinsip kehidupan natural dan jasmaniah,
meskipun tidak identik. Tidak menjadi masalah lantaran kehendak Allah, seorang
beriman hidup dalam anugerah, walau tidak mempunyai sedikitpun materi.
Singkatnya, berkat (blessing) tidak
sama dengan uang dan tidak boleh diikat dalam bentuk materi saja.
Sebenarnya
Allah mempunyai banyak berkat yang dicurahkan dengan berlimpah melalui bidang
apa saja. Kalau berkat diikat dalam harta material saja, maka kita tidak
mengenal anugerah yang ajaib itu. Orang Kristen bukanlah anti uang, tetapi
antimaterialisme, karena paham sekular ini tidak wajar di dalam pekerjaan
gereja sebab bertentangan dengan pandangan hidup Kristen yang berkarakter
kekekalan. Hidup berkelimpahan dengan berkat Tuhan bukan berarti harus selalu
berlimpah materi.
Implikasinya
kita tidak boleh takut kekurangan dalam mengiringi Tuhan, kita harus lebih taat
pada kehendak Tuhan sehingga tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
uang berlimpah. Karena kelimpahan material tanpa berkat Tuhan dapat menjadi
kutuk dalam kehidupan kita yang dirundung banyak duka-cita karena perbudakan mammon. Padahal, Allah tidak pernah
memperbudak kita satu kalipun dari berkat-Nya.
Faktanya
dimungkinkan bagi seorang beriman dalam keselamatan tidak mendapat satupun
materi, lantaran telah mendapatkan semuanya di dalam Kristus. Bila kita
memiliki Kristus maka kita memiliki segala sesuatu dalam Dia. Di sini Kristus lah
yang menjadi gembala kita, bukan uang.
Namun
jika bekerja dengan keras dan giat dengan kekuatan yang dianugerahkan-Nya,
berkat akan mengikuti kita, bukan kita yang mengejar berkat. Berkat adalah
pemberian dan pemberinya adalah Tuhan. Di sinilah dinasehatkan, “Cari dulu
Kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya maka semua akan ditambahkan kepadamu.” Berkat
rohani yang berlimpah bukanlah sesuatu yang kuantitatif. Berkat ilahi yang terutama
adalah hal kualitatif, yaitu keselamatan iman dan anugerah hidup. Jadi, iman
bukanlah alat untuk mengumpulkan material, tetapi anugerah dalam diri untuk
tetap setia walau tak mendapat apapun.
Jadi,
hidup yang berkelimpahan adalah berkat Alah, selalu ada kepuasan dan ketenangan
hidup. Segala kekayaan uang akan bermakna sebagai kelimpahan berkat apabila
untuk memuliakan Allah. Berkat yang berkelimpahan pasti mengalir kepada sesama.
Namun uang yang melimpah bukan untuk membersihkan kekotoran harta secara
agamawi. Membagi berkat rohani tidak ada kaitannya dengan ritus keagamaan
manusia. Memberi kepada sesama terkait dengan ucapan syukur yang melimpah,
karena lebih berbahagia memberi daripada menerima. Namun menerima bukan tidak
ada bahagianya, dalam anugerah.
Khususnya
”memberi kepada Tuhan,” di dalam persembahan Kristen adalah suatu tanda ucapan
syukur, bukan upaya transaksi ekonomis untuk mendapatkan kembali 10 kali lipat.
Orang demikian tidak akan mengalami kelimpahan hidup yang rohani, melainkan
keputus-asaan agama yang jasmaniah. Pemberian kita kepada Tuhan bukan soal
banyak atau sedikitnya, tapi kebergantungan hidup pada anugerah Tuhan. Jadi
orang yang berkekurangan materipun pasti berbahagia jika memberi penuh ketulusan.
Seringkali
kita takut memberi karena takut kekurangan atau merasa masih berkekurangan.
Padahal, berkat itu datang dari Allah, maka ketika memberi tertentu, mungkin
berkurang sesuatu, namun hati kita meluap dalam kemurahan dan sukacita Allah.
Hidup berkelimpahan yang otentik telah diajarkan oleh janda miskin yang
mempersembahkan dua peser di Bait Allah. Ternyata bernilai besar di hadapan
Tuhan Yesus, karena diberikan dari kekurangan. Dalam anugerah kekurangan dapat
menjadi kelimpahan.
Hidup
bukan semata-mata untuk mengumpulkan uang, tetapi menerima berkat Tuhan. Di sini
lah kepuasan kita di dalam Tuhan. Tetapi kehidupan duniawi sering menarik-narik
kita dengan motif dan tujuan materialis, ekonomis. Kelimpahan harta hanyalah
hal benda bukan segala sesuatu.
Berkat
yang berkelimpahan bukanlah soal kuantitas, karena itu --baik banyak maupun
sedikit-- tidak ada artinya dalam anugerah Tuhan. Yang terutama kualitas, yaitu
keselamatan dalam iman. Iman bukanlah alat kita untuk mengumpulkan material,
tetapi dapat menjadi sarana dalam diri agar kita tetap dapat setia walau tak
ada apapun.
Kebanyakan
orang Kristen lebih memilih hidup dari kelimpahan daripada hidup di dalam
kelimpahan. Konsekuensinya, lebih mengutamakan bagaimana cara mencari kelimpahan
dulu daripada bagaimana mengenal kelimpahan itu di dalam Allah. Jauh sebelum
berada di kursi puncak kepala daerah, JR Saragih telah berusaha betul-betul
mengenal kelimpahan di dalam Allah melalui langkah-langkahnya yang demikian
enteng mengulurkan tangan membantu sesama dengan apa yang dimilikinya.
Allah
Maha Pengasih, Dia memberi karena Ia mau memberi. Kelimpahan sejati adalah
otoritas Allah.Namun Allah tidak mengajarkan umat untuk bermalas-malasan saja.
Jadi, setiap usaha berkelimpahan harus dihayati sampai pada pengertian
anugerah, karena segala usaha transaksi keagamaan tidak menghasilkan apa-apa
selain mencurigai kebaikan Allah.
B. Efarina,
Ikon Rumah Sakit dan Universitas
JR
Saragih demikian mengkristal dengan nama Efarina. Selain sebagai nama RS
Efarina (Etaham) yang berada di Jalan Bungur Nomor 1 Purwakarta yang
cikal-bakalnya bermula dari sebuah klinik di tahun 2000, nama Efarina juga
dilekatkan pada anaknya semata wayang yang kini berusia 9 tahun. Dari sebuah
rumah sakit di Purwakarta, lalu lahir Akademi Keperawatan Efarina Etaham yang
juga berada di Kabupaten Purwakarta. Tujuannya amat jelas, yakni untuk mendorong
percepatan pengisian kebutuhan tenaga perawat khususnya untuk RS Efarina Etaham
ataupun rumah sakit lain pada umumnya.
Masih
di Purwakarta, JR Saragih kemudian mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Kesehatan pada tahun 2011. Angkatan pertama telah meluluskan 28 orang siswa
dari jurusan farmasi dan keperawatan. Dan kini mereka telah diterima bekerja di
berbagai rumah sakit dan klinik di Puwakarta dan sekitarnya. SMK Kesehatan
Efarina juga dibuka di Pematang Raya (ibukota Kabupaten Simalungun) dan
Brastagi (Sumatera Utara).
JR
Saragih tidak hanya mengembangkan rumah sakit di Purwakarta, Jawa Barat. Pada
pertengahan 2013, tepatnya tanggal 24Juli, dia mulai membuka dan mengoperasikan
RS Efarina Etaham di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera
Utara. Pembukaan ditandai dengan pemukulan gong oleh Menteri Negara (Meneg)
BUMN Dahlan Iskan dan dihadiri oleh ribuan warga masyarakat dari berbagai
kalangan. Tambap hadir antara lain Penasehat Presiden Letnan Jendral TNI (Purn)
TB Silalahi, Kepala Polres Karo Ajun Komisaris Besar Polisi Marcelino Sampouw,
Dandim 0205/Tanah Karo Letnan Kolonel Prince Mayer Putong, dan Danyon 125
Simbisa Parluhutan Marpaung.
Dalam
sambutannya sebagai Pendiri Yayasan Efarina Group, JR Saragih mengatakan,
kebanggaannya terhadap warga Karo yang peduli akan kesehatan. Mengingat
masyarakat di Karo sangat aktif berolah-raga, dengan cara melakukan aktivitas
di ladang yang sangat panjang memakan waktu dari pagi sampai sore.
Secara
tidak langsung, tegas JR Saragih, pekerjaan petani merupakan salah satu
rangkaian kegiatan berolah-raga yang mampu meningkatkan derajat kesehatan dan sangat minim dilakukan oleh para
pekerja di kantoran.
“Tujuan
saya membangun rumah sakit di daerah ini untuk membantu dan melayani seluruh warga
masyarakat Karo, agar tidak jauh serta tak mengalami kesulitan berobat. Karena
kalau berobat ke Medan berapa biaya perongkosan yang harus dikeluarkannya,
belum lagi kalau ke Penang. Dalam waktu dekat ini, untuk meningkatkan pelayanan
kepada warga masyarakat Karo, kami akan mengupayakan pelayanan Askes, dengan
fasilitas medis dan tenaga dokter terbaik,” ujar Bupati Simalungun ini.
JR
Saragih mengatakan, pihaknya juga menyelenggarakan pengobatan gratis bagi
ribuan warga masyarakat Karo. Termasuk memberikan door price berupa puluhan sepeda motor, puluhan sepeda, puluhan
unit BlackBerry, dispenser, dan TV
LED.
RS
Efarina Etaham dibangun pula di Pangkalan Kerinci (Jambi) dan Brastagi.
Sebagaimana rumah sakit yang telah hadir terlebih dulu di wilayah lain, RS
Efarina Etaham Pangkalan Kerinci ditujukan buat mempermudah warga Pangkalan
Kerinci berobat. Warga setempat tidak perlu lagi jauh-jauh berobat ke wilayah
lain yang relatif jauh dan memakan ongkos tidak sedikit. Pun demikian RS
Efarina Etaham di Brastagi yang dapat dimanfaatkan warga Brastagi yang
membutuhkan pelayanan kesehatan yang memadai. Karena, setiap rumah sakit dalam
lingkup kelompok usaha Efarina Etaham dilengkapi Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis
Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Kandungan, Dokter Spesialis Bedah Umum, Dokter
Spesialis Anestesi, Apoteker, Perawat, Bidan, Radiografer, Fisioterapi, Rekam
Medis, dan Ahli Gizi. Untuk tenaga non-medis, dilengkapi Staf
Keuangan/Accounting, Kepala Bagian Accounting, Staf Humas (Protokoler), Staf
HRD (Personalia), Staf Marketing, Sekretaris, dan Receptionis.
Di
wilayah Sumatera Utara pula, tepatnya di Pematang Raya, JR Saragih yang memilih
pulang kampung membangun daerahnya ini mendirikan Universitas Efarina. Universitas
ini memiliki empat fakultas: pertama,
Fakultas Ilmu Pendidikan dengan program studi Matematika (S-1), Bahasa dan
Sastra Indonesia (S-1), dan Guru SD (S-1). Kedua,
Fakultas Teknik yang menyelenggarakan program studi Teknik Informatika (S-1),
Teknik Elektro (S-1), dan Teknik Lingkungan (S-1). Ketiga, Fakultas Kesehatan yang menawarkan program studi Farmasi
(S-1), Ilmu Kesehatan Masyarakat (S-1), Keperawatan (S-1), Kebidanan (D-3),
Analis Kesehatan (D-3), Radiodiagnostik dan Radioterapi (D-3), dan Fisioteraspi
(D-3). Dan keempat, Fakultas Ekonomi
dengan program studi Manajemen (S-1).
JR
Saragih benar-benar ingin mencerdaskan dan membangun daerah dan kampung
halamannya agar tidak terlalu jauh tertinggal dibandingkan daerah lain di
Republik Indonesia.
Menteri
Negara BUMN Dahlan Iskan mengaku salut melihat JR Saragih yang betul-betul
memberi manfaat bagi daerah dan kampung halamannya. Karena, katanya. dalam
menentukan pilihannya, dia memilih pulang ke kampung membangun daerah daripada
menjadi Jenderal TNI yang sudah berada di depan mata.
“Pak
JR Saragih saya kenal sejak dia masih menjadi pengawal Istana/Presiden, di mana
saat Presiden ke luar negeri ikut mengawal Presiden dan dia hebat. Atas itu,
saya sujud di pangkuan ibunda Saragih, karena melahirkan seorang anak yang
hebat,” ujarnya.
C. Murah
Hari, Suka Memberi dan Berbagi Sesama
(Kristus
berkata), "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya
dalam segala kelimpahan (suatu kehidupan yang berarti dan penuh kebahagiaan).” Demikian
penegasan spiritual alkitabiah Yohanes 10:10b.
Ya,
JR Saragih memahami benar makna alkitabiah Yohanes 10:10b tersebut. Dia ingin
menggapai kehidupan yang sarat makna dan penuh kebahagiaan. Lalu, bagaimana
agar kehidupan ini sarat arti dan makna? Salah satu arti itu adalah rasa
dihormati. Dan tak seourang pun pernah diberikan kehormatan atas apa yang
diterimanya. Kehormatan diberikan sebagai imbalan atas apa yang diberikannya
(Calvin Coolidge, Presiden Amerika Serikat 1923-1929).
Banyak
orang yang terkenal ke seluruh jagat lantaran kemurahan hatinya dalam memberi.
Mereka memperlihatkan sifat pemberi yang paling mendalam, yang hanya keluar
dari dalam hati. Misalkan Bunda Teresa, yang bersama ordo yang ia dirikan
sendiri, Missionaries of Charity,
telah melakukan pekerjaan besar. Tanpa banyak bicara dan secara efektif, ia
telah membantu 123 negara yang dilanda penderitaan dan kekurangan yang demikian
mengerikan. Banyak rumah dan pusat-pusat (centers)
yang ia dirikan yang sekarang menjadi tempat bernaung bagi para tunawisma dan
klinik-klinik AIDS. Hidupnya yang penuh dengan kemurahan hati ia persembahkan untuk
melayani orang-orang yang tersisih dan terbuang dari masyarakat.
Murah
hati bisa dipahami sebagai sebuah tindakan belas kasih dari satu individu yang
memberikan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan bantuannya. Sikap murah
hati adalah sikap untuk membantu orang lain secara terus-menerus –baik dalam
bentuk materi maupun non-materi. Murah hati adalah rela memberi sesuatu kepada
orang lain secara tulus-ikhlas tanpa mengharapkan imbalan. Namun, pemberian yang
tulus-ikhlas tersebut harus mempertimbangan ketepatan waktu, bentuk dan manfaat
bagi orang yang menerima, serta ketepatan motivasi bagi sang pemberi.
Dapat
dikatakan bahwa murah hati merupakan kunci meraih pribadi sukses. Tidak ada
orang sukses sejati yang tidak mau membantu orang lain. Orang sukses itu akan selalu
membagi-bagikan kesuksesannya kepada orang lain. Bisa dalam bentuk pemikiran,
gagasan, pengalaman, inspirasi, motivasi, melakukan berbagai aktivitas sosial,
dan hal-hal positif lainnya. Banyak orang yang sukses dalam karir dan hidupnya yang
suka sekali menyumbang kepada orang lain yang membutuhkan, baik secara pribadi
maupun organisasi. Mereka mendonasikan materinya demi kepentingan sosial. Why? Ya, semua itu mereka lakukan penuh
kesadaran bahwa mereka hidup di dunia ini tidak sendiri, dan kesuksesan yang
direngkuhnya tentu tidak akan pernah lepas dari jasa dan bantuan orang lain.
Dalam
pengertian yang lebih dalam lagi, kita harus bersikap murah hati karena
sebenarnya kita ini hanya pengelola, bukan pemilik uang atau materi lainnya.
Segala sesuatu berasal dari Tuhan dan sebagai pengelola kita harus
bertangging-jawab kepada Tuhan yang mempercayakan uang, materi dan kesuksesan
yang ada pada kita.
Salah
satu prinsip dari kemurahan hati adalah untuk tidak memamerkan kedermawanan
yang sudah diberikan. Jangan pula membanggakan kedermawanan atau berharap apap
pun dari apa yang telah diberikan, karena hal itu bukanlah kemurahan hati
melainkan manipulasi. Prinsip penting lainnya adalah kemurahan hati dimulai
dari diri sendiri. Jangan mengharapkan orang lain bermurah hati dulukepada
kita, baru kita memulainya. Akan jauh lebih mulia bila kita berinisiatif
menggugah kesadaran dari dalam diri sendiri untuk bermurah hati terlebih dulu.
Untuk
menggugah kesadaran untuk senantiasa dan bermurah hati, meminjam pendapat pakar
kepemimpinan John C. Maxwell, JR Saragih menempuh empat cara. Pertama, bersyukur. Murah hati dan rasa
syukur merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. JR Saragih senantiasa
beryukur atas apa pun yang dimilikinya. Memang tidak mudah untuk bersikap murah
hati bila ia sendiri tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Kemurahan hati
timbul dari kecukupan diri, dan bukan dari mendapatkan lebih.
Kedua, mendahulukan orang lain. Bahwa
kemurahan hati menuntut seseorang mendahulukan orang lain, bukan diri sendiri.
JR Saragih mengutamakan melayani ketimbang dilayani orang.
Ketiga, menguasai hati. Bila seseorang
ingin menguasai hatinya, maka jangan biarkan diri dikuasai oleh hasrat memiliki
dan harta benda menguasainya. JR Saragih tidak mendewakan uang dan materi. Dia
meganggap itu sebagai sumber daya dan bersikap murah hati dengan menggunakannya
untuk hal-hal yang bernilai.
Dan
keempat, kebiasaan memberi. Satu-satunya
cara untuk mempertahankan sikap murah hati adalah dengan mengembangkan
kebiasaan memberi. Dalam hal ini JR Saragih memberikan waktu dan perhatiannya,
serta uang dan sumber-sumber daya yang dimilikinya kepada orang-orang yang
membutuhkannya.
Selain
terus memberikan apa yang dimilikinya, termasuk fasilitas wewenang dan jabatan
sebagai Bupati Simalungun, JR Saragih pun aktif berbagi ilmu. Di sela-sela
kesibukannya sebagai kepala daerah, pemegang gelar Doktor bidang manajemen ini
cukup aktif mengajar mata kuliah Pengantar
Manajemen Ilmu Pemerintahan di STIA Gama, Medan, Sumatera Utara.
Pengabdiannya
sebagai dosen, ujar JR Saragih, “Saya ingin memberikan apa yang ada pada saya
kepada adik-adik saya mahasiswa. Sebenarnya boleh dibilang enak dan saya punya
suatu kepuasan. Saya puas karena tidak semata-mata mengajar teori tapi juga
melihat langsung dari praktik manajemen pemerintahan. Dengan demikian mahasiswa
tidak terlalu kaku melihat text book.
Saya berharap bila kelak mereka menjadi pejabat seperti kepala dinas atau
camat, akan lebih kaya dalam menerapkan teori dan memahami kenyataan lapangan.”
Usahanya
berbagi ilmu tidak terbatas di lingkungan kampus yang dijalaninya dua kali
sebulan. JR Saragih akan senang hati bilamana diajak sharing pengetahuan sebagai narasumber perhelatan seminar yang
diselenggarakan oleh berbagai kalangan. “Saya berusaha memberikan yang terbaik
yang saya punya dari lubuk hati terdalam,” tandasnya.
D. Senang
Berbisnis di Bidang Sosial
Kemurahan
hati dan aktif berbagi telah demikian melekat dalam diri JR Saragih, kendati
kini berada di tampuk kekuasaan kepala daerah. Dia terus memupuk rasa murah
hati dan aksi berbagi. Bahkan, bilamana nanti tidak lagi menjadi kepala daerah,
dia ingin kembali ke dunia rumah sakit dan institusi pendidikan. “Saya hanya
mempunyai cita-cita ingin menjadi Rektor. Karena saya ingin kembali menjadi
dosen untuk kemudian menapak kursi Rektor. Saya akan meneruskan bisnis sosial
di sektor rumah sakit dan pendidikan,” ujar JR Saragih tentang keinginnnya
ketika tidak lagi menggenggam amanah Bupati Simalungun 2010-2015.
Di
saat kini masih menjadi Bupati Simalungun, JR Saragih memprioritaskan
program-program pembangunan yang berorientasi pelayanan sosial dan kemudahan
bagi warga masyarakat Kabupaten Simalungun. “Saya berusaha berkoordinasi dengan
rekan, kolega dan instansi terkait yang mau membantu, misalkan memberikan pelayanan
kaki palsu gratis. Ternyata sampai sekarang masih banyak yang berminat, bahkan
tidak hanya sebatas warga masyarakat Simalungun. Kami juga menggulirkan program
operasi mata gratis bagi 1.000 warga masyarakat yang membutuhkan. Aksi ini juga
akan kami selenggarakan di RS Efarina Etaham Brastagi. Sejauh ini sudah 300
orang mendaftarkan diri program operasi mata gratis sampai sembuh ini. Saya
menyukai aksi-aksi seperti ini dan saya anggap memiliki dampak positif yang
bisa secara langsung dinikmati oleh warga masyarakat yang tidak mampu,” tutur JR
Saragih.
Kemurahan
hati seorang JR Saragih memang sangat terasa. Direktur Utama RS Efarina Etaham
Purwakarta Hendrik Tarigan bertutur, “Meskipun Pak JR Saragih berlatar militer,
namun dalam melayani pasien, beliau selalu mengaitkan dengan perasaannya
sebagai sesama manusia yang suatu ketika juga membutuhkan pertolongan. Beliau
selalu katakan kepada kami para karyawan dan staf rumah sakit, juga paradokter
yang bekerja di rumah sakit ini, ‘Kamu rasakan, bagaimana kalau kami sendiri
yang sakit, kira-kira apa yang kamu harapkan? Tentu pelayanan yang baik’.
Begitulah yang senantiasa dipesankan Pak JR kepada kami secara berulang-ulang
dalam berbagai kesempatan.”
Dengan
hati selalu pekan dan gampang tersentuh itulah, JR Saragih berusaha terus
meningkatkan kiprahnya di bisnis-bisnis yang kental aroma sosial. Dia sangat
menyukai bisnis yang lebih mengedepankan aspek sosial ketimbang ekonomi semata.
Katanya lebih dalam,
“Saya
berbisnis lebih banyak cenderung mengedepankan aspek sosial. Sebab, saya suka
membantu orang lain. Tapi saya tidak suka ditipu-tipu orang. Selama saya
menjadi Bupati Simalungun sempat terkaget-kaget, banyak orang bicara dan minta
audiensi dengan Bupati. Lalu, kami terima audiensi, eh ...yang dibicarakan itu
nggak pas menurut saya. Audiensi tidak membicarakan untuk orang lain, melainkan
hanya buat kepentingan pribadi. Sebab itu, kalau ada yang mau audiensi, ya saya
katakan cukup di sini saja.
Banyak
orang mengajukan proposal tapi tujuan untuk kepentingan pribadi. Tapi bila saya
lihat proposal itu betul-betul dari orang susah yang ingin sekolah, saya pasti
bantu. Sekarang lumayan anak-anak yang saya sekolahkan, dari yang masih SMA
sampai kuliah di perguruan tinggi. Sekitar 42 orang saya biayai dari rezeqi
yang saya pisahkan sedikit-sedikit supaya mereka tetap dapat bersekolah. Membantu
orang yang berobat saya juga suka.
Terus
terang saja, bagi saya pribadi, berpolitik praktis itu bertentangan dengan
nurani. Dan batin saya terkadang tidak bisa menerima. Sebagai Ketua DPC Partai
Demokrat Kabupaten Simalungun seraing saya katakan kepada teman-teman di
partai, saya tidak akan memonopoli jalannya partai. Saya berusaha membuat
program-program tapi tidak memainkan uang negara. Sebagai contoh membuat
baju-baju pendukung pariwisata dan langsung saya didik mereka. Saya ini kan
dilahirkan sebagai orang susah, jadi perasaan ini sensitif sekali. Saya mudah
terharu melihat orang susah.
Sayangnya
banyak orang yang mendekati demi kepentingan pribadi. Saya langsung tidak suka.
Ini barangkali kelemahan saya juga.”
JR
demikian dekat dengan bisnis yang berangkat dari kemurahan hati melayani sesama
lantaran sejak lama dia telah filosofi berbagi dan memberi. Dia percaya betul
bahwa dengan banyak memberi maka kita akan semakin banyak pula menerima. Dia
percaya benar bahwa langkah pertama yang bisa kita tempuh untuk mendapatkan
kesuksesan sejati adalah dengan terlebih dulu memberi. Bahwa memberi akan
membuka pintu rezeqi. Tentu dengan pemberian yang efektif dan tepat sasaran
kepada pihak-pihak yang betul-betul membutuhkan. Bukan pemberian yang cuma demi
tebar pesona yang penuh kamuflase.
Pintu
rezeqi kita akan terbuka lebar lantaran pemberian yang efektif mengaktifkan
"hukum imbalan sepuluh kali lipat" atau "the law of ten-fold return". Dengan uang sedikit yang kita
berikan, akan kembali ke kita berlipat ganda dan bahkan boleh jadi akan menjadi
sumber rezeqi baru.
JR
Saragih meyakini bahwa bilamana kita ingin segera memanen sukses dan
kebahagiaan dalam hidup ini, maka kita harus memberi, kapan pun dan dalam
keadaan bagaimana saja. Dia memulai dengan memberikan gajinya sebagai prajurit
untuk membuka klinik pelayanan kesehatan dengan niat ikhlas membantu warga
masyarakat yang kekurangan atau fakir. Dia merasa nyaman melepaskan apa yang
dimilikinya waktu itu. Dia memberikan tangan (gaji) dan hati (niat ikhlas) yang
ada dalam dirinya.
Dengan
memberi, Tuhan akan melimpahi anugerah atau hadiah pada kita umat manusia di
muka bumi. Hidup penuh anugerah merupakan dambaan setiap umat manusia.
Sayangnya tidak setiap insan mengerti bahwa anugerah itu membutuhkan ruang.
Acapkali kita meminta anugerah-Nya tanpa menyadari bahwa seluruh ruang yang ada
dalam diri kita telah penuh terisi kelimpahan.
Tuhan
akan memberikan hadiah, bilamana kedua belah tangan kita telah siap
menerimanya. Artinya, tidak ada sesuatu apapun yang sedang kita genggam. Tangan
kita tidak tengah menggenggam dan mempertahankan sesuatu. Itulah esensi dari
menerima perlu memberi. Menerima perlu mengorbankan. Anugerah perlu pelepasan.
Pemahamannya
secara sederhana, uang yang akan masuk ke dompet kita juga butuh ruang, maka
berikan ruang yang cukup. Barang-barang yang telah usang dan tidak lagi kita butuhkan,
hendaknya kita keluarkan dari lemari. Anugerah baru butuh ruang yang cukup. Buat
menghadirkan anugerah baru, bukan hanya dibutuhkan kesediaan melepas, namun
juga kesiapan menerima. Kesediaan untuk melepaskan itu jelas memerlukan jiwa
besar. Pelepasan bukan hanya perlu, namun juga penting.
Saat
pelepasan tidak jarang mendatangkan rasa “sakit” yang tak terperi, persis
prosesi perempuan yang sedang berjuang hendak melahirkan jabang bayi. Ia
kesakitan dan bahkan berdarah-darah. Tetapi sesaat kemudian, jabang bayi baru
yang luar biasa hadir sebagai anugerah terindah dalam hidupnya.
JR
Saragih menyadari semua perjalanan hayatnya mesti dimulai dari satu langkah
kecil melepaskan sesuatu. Semua anak belajar bicara dengan ‘melepaskan’ satu kata
sederhana lebih dulu. Jadi ketika mengawali penerapan filosofi memberi ini, dia
memulai dari hal kecil yang menyentuh nurani dan dirinya merasa nyaman tanpa
tekanan. Dengan perasaan nyaman, langkah pun terasa enteng penuh rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Kasih. Keikhlasan dan rasa syukur akan penjagaan dan
karunia Tuhan lah yang memotivasi JR Saragih dalam langkah memberi yang
efektif.
Dengan
terbiasa memberi, JR Saragih ingin merasakan kesuksesan yang lebih besar lagi.
Sedikit demi sedikit dia mulai menambah jumlah pemberian, karena langkah
memberi ini pada gilirannya diyakini akan mampu meningkatkan kondisi
perekonomian yang dia bangun. Dan inilah salah satu nilai kearifan lokal yang
sampai sekarang masih lekat dengan orang Batak.
Sebagai
manusia Batak, JR Saragih memahami betul kearifan lokal Suku Batak yang telah mewaris
secara turun-temurun sejak ratusan tahun lampau. Di kalangan Suku Batak kita
kenal ungkapan mangkok lawes mangkok reh.
Maknanya, mereka yang memberi maka mereka pula yang akan menerima balasannya.
Barangkali dalam pepatah yang agak bombastis “siapa menabur angin akan menunai
badai”.
Bagi
manusia Suku Batak, setiap perbuatan akan mendatangkan akibat yang setimpal,
seperti terselip pesan dalam pepatah, adi
ngalo la rido, nggalar la rutang, yang artinya jika menerima sesuatu yang
tidak sah atau tidak wajar, maka akan mendatangkan bencana. Karena itu, dalam
pepatah lainnya disebutkan, pangan labo
ate keleng tapi angkar beltek. Artinya, boleh melakukan apa saja tapi harus
memikirkan dampak yang akan ditimbulkannya (Prinst, 2004: 66).
JR
Saragih berusaha terus meniti jalan bisnis dalam bingkai kemurahan hati dan
sentuhan sosial mengingat bahwa kehidupan ini tidak terlepas dari anugerah
Tuhan Yang Maha Kasih. Dia meyakini bahwa "karena anugerah oleh iman"
(Efesus 2:8), maka manusia akan selamat dan diselamatkan oleh Tuhan. ***
No comments:
Post a Comment