Suplai dana
dari Pemerintah Pusat yang membantu warga miskin untuk berobat di rumah sakit
milik pemerintah, ternyata terganggu. Bahkan di RSUD Ulin Banjarmasin saja,
paket jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) memiliki tunggakan hingga bulan
Oktober 2013 mencapai sekitar Rp21 miliar. Sekitar 10 perusahaan besar farmasi
(PBF) menghentikan pasokan obat ke rumah sakit terbesar di Kalsel ini.
Akibatnya,
sejumlah pasien yang harus mendapatkan perawatan seperti kemoterapi terancam
tidak bisa melakukan pengobatan. Karena sejumlah obat untuk kemoterapi tersebut
kosong. Gubernur Kalsel Rudy Ariffin memastikan bahwa pihak RSUD Ulin sudah
berkoordinasi dengan perusahaan untuk tetap menyalurkan obat, terutama
obat-obat yang spesifik dibutuhkan dan dalam kondisi tidak ada stok.
"RSUD
Ulin sudah berkoordinasi untuk meminta perusahaan tetap menyalurkan obat. Untuk
saat ini, obat-obat tersebut akan segera dikirimkan," ujar Rudy Ariffin
seperti diberitakan Radar Banjarmasin (JPNN Grup), Sabtu (16/11).
Rudy
menjelaskan, kejadian ini tidak hanya dialami oleh RSUD Ulin saja. Sejumlah
daerah seperti di Pulau Jawa dan Sulawesi juga mengalami hal yang sama. Sebab
Kementerian Kesehatan yang mengelola paket Jamkesmas tersebut masih belum
membayarkan tunggakan kepada perusahaan farmasi yang bersangkutan. Akibatnya,
pihak perusahaan menyetop pasokan obat ke RSUD Ulin.
Namun
demikian, untuk obat sendiri diakui Rudy memang tidak selalu ada di tempat.
Apalagi pasien yang membutuhkan kemoterapi. Obat-obat untuk kemoterapi tidak
banyak layaknya antibiotik dan obat generik lainnya. “Jadi ketika ada yang
butuh kemoterapi, ternyata perusahaan farmasi menyetop pasokan, dan kebetulan
stok obat di sini kosong. Tapi sekarang sudah ditangani,” imbuhnya.
Sementara
Direktur RSUD Ulin dr Suciati menambahkan, untuk jaminan kesehatan provinsi
(Jamkesprov) dan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) secara umum tidak ada
tunggakan. Hanya Jamkesmas yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan yang
tertunggak dengan perusahaan farmasi. “Untuk tunggakan obat mencapai Rp9 miliar
dan secara total termasuk jasa dan lainnya mencapai Rp21 miliar,” ucapnya.
Selain itu,
pihaknya sudah berkoordinasi beberapa kali dengan Kementerian Kesehatan untuk
mengatasi masalah ini. Namun tampaknya Pemerintah Pusat baru bisa menyelesaikan
tunggakan tersebut pada awal tahun 2014 mendatang. “Untuk akhir tahun ini,
Kemenkes sudah berjanji untuk membantu sekitar Rp3-4 miliar dulu. Sisanya akan
dilunasi pada awal tahun mendatang,” tandasnya. (www.jpnn.com)
No comments:
Post a Comment