Nabi Muhamad memiliki banyak mukjizat. Mari kita coba memulai dari salah satu mukjizat Samawiyah beliau, yaitu Isra’ dan Mikraj.
Diriwayatkan
dari Malik bin Sha’sha’ah r.a. bahwa Nabi bercerita kepada para sahabat
mengenai malam perjalanan Isra’. Nabi berkata, “Ketika aku berada di al Hathim –atau beliau
menyebutkan di al Hijir– dalam
keadaan berbaring, tiba-tiba seseorang (malaikat) datang kepadaku lalu membelahku.
Dan aku juga mendengar orang itu berkata, ‘Belahlah apa yang ada di antara
ini dan ini’.”
Lantas
salah satu sahabat bertanya kepada al-Jarud, “Apa maksudnya?” Al-Jarud berkata,
“Dari lubang leher dada hingga bawah perut.”
Lalu Nabi
melanjutkan, “Laki-laki itu kemudian mengeluarkan kalbuku (hati). Dia juga
membawakan kepadaku sebuah baskom terbuat dari emas yang dipenuhi dengan iman. Setelah
itu, dia mencuci hatiku dan diisinya dengan iman. Selanjutnya, kepadaku
didatangkan seekor hewan tunggangan
berwarna putih yang lebih kecil daripada bighal namun lebih besar dibanding
keledai.”
Al-Jarud
berkata, “Apakah itu yang dinamakan Buraq, wahai
Abu Hamzah?” Maka Anas menjawab, “Ya”.
Buraq itu
meletakkan langkah kakinya pada pandangan mata yang terjauh. Nabi pun
melanjutkan, “Lalu aku menungganginya kemudian aku berangkat bersama Jibril a.s
hingga sampai di langit dunia.”
Lantas
Jibril meminta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?”
Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?”
Jibril menjawab, “Muhamad.” Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?” Jibril
menjawab, “Ya.”
Maka
dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang
datang.” Lanjut Nabi Saw, “Pintu dibuka dan setelah melewatinya aku berjumpa
Adam a.s.”
Jibril a.s. berkata, “Ini
adalah Bapakmu, Adam. Berilah salam kepadanya.”
Maka Nabi Saw memberi salam kepadanya dan Adam a.s. membalas salam beliau lalu
dia berkata, “Selamat datang anak yang saleh dan Nabi yang saleh.” Kemudian beliau
dibawa naik ke langit kedua. Lalu Jibril minta dibukakan pintu langit kemudian
dia ditanya, “Siapakah ini?” Jibril menjawab, “Jibril.”
Jibril ditanya lagi, “Siapa
orang yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhamad.” Ditanyakan lagi,
“Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab,
“Ya.” Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik
kedatangan orang yang datang.”
Pintu pun
dibuka dan setelah beliau melewatinya, beliau berjumpa dengan Yahya dan ‘Isa a.s..
Keduanya adalah anak dari satu bibi. Jibril berkata, “Ini adalah Yahya dan Isa, berilah salam
kepada keduanya.” Maka beliau memberi salam kepada keduanya dan keduanya
membalas salam beliau lalu keduanya berkata, “Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi
yang saleh.”
Kemudian Nabi
Saw dibawa naik ke langit ketiga. Lalu Jibril minta dibukakan pintu langit
kemudian dia ditanya, “Siapakah ini.” Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanyakan lagi,
“Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhamad.” Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab, “Ya.”
Maka dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang
yang datang.”
Pintu kemudian
dibuka dan setelah beliau melewatinya, beliau berjumpa dengan Yusuf a.s. Jibril
berkata, “Ini adalah Yusuf. Berilah salam kepadanya.” Maka beliau memberi salam
kepadanya dan Yusuf membalas salam beliau lalu berkata, “Selamat datang saudara
yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Kemudian Nabi
Saw dibawa naik ke langit keempat. Lalu Jibril minta dibukakan pintu langit ,antas
dia ditanya, “Siapakah ini.” Jibril menjawab,“Jibril.” Ditanyakan lagi, “Siapa
orang yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhamad.” Ditanyakan lagi, “Apakah dia
telah diutus?” Jibril menjawab, “Ya.” Maka
dikatakan, “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang
datang.”
Selanjutnya
pintu dibuka dan setelah beliau melewatinya, beliau berjumpa dengan Idris a.s. Jibril
berkata, “Ini adalah Idris, berilah salam kepadanya.” Beliau pun memberi salam
kepadanya dan Idris membalas salam beliau dengan berkata, “Selamat datang
saudaraku yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Berikutnya
Nabi Saw dibawa naik ke langit kelima. Lalu Jibril minta dibukakan pintu langit
kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?” Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab,
“Muhamad.” Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab, “Ya.” Maka dikatakan, “Selamat datang baginya
dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.”
Pintu
dibuka dan setelah beliau melewatinya, beliau bertemu dengan Harun a.s. Jibril berkata,
“Ini adalah Harun. Berilah salam kepadanya.” Maka beliau memberi salam
kepadanya dan Harun membalas salam beliau dengan ucapan, “Selamat datang
saudaraku yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Selanjutnya
Nabi Saw dibawa naik ke langit keenam. Lalu Jibril minta dibukakan pintu langit
kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?” Jibril menjawab, “Jibril.” Ditanyakan lagi,
“Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab,
“Muhamad.” Ditanyakan lagi, “Apakah dia
telah diutus?” Jibril menjawab, “Ya.” Maka dikatakan, “Selamat datang baginya
dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Pintu pun dibuka dan setelah
beliau melewatinya, beliau berjumpa Musa a.s. Jibril berkata, “Ini adalah Musa.
Berilah salam kepadanya.” Maka Nabi memberi salam kepadanya dan Musa membalas dengan
berucap, “Selamat datang saudaraku yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Ketika Nabi
Saw sudah selesai, tiba-tiba Musa menangis. “Mengapa kamu menangis?” Musa menjawab,
“Aku menangis karena anak ini diutus setelah aku namun orang yang masuk surga
dari umatnya lebih banyak daripada orang yang masuk surga dari umatku.”
Selanjutnya,
Nabi Muhamad Saw dibawa naik ke langit ketujuh. Lalu
Jibril minta dibukakan pintu langit kemudian dia ditanya, “Siapakah ini?” Jibril menjawab,
“Jibril.” Ditanyakan lagi, “Siapa orang yang bersamamu?” Jibril menjawab,
“Muhamad.” Ditanyakan lagi, “Apakah dia telah diutus?” Jibril menjawab, “Ya.” Maka dikatakan, “Selamat datang baginya
dan ini sebaik-baik kedatangan orang yang datang.” Pintu dibuka dan setelah beliau
melewatinya, beliau mendapatkan Ibrahim a.s. Jibril berkata, “Ini adalah Bapakmu.
Berilah salam kepadanya.” Maka Nabi memberi salam kepadanya dan Ibrahim
membalas dengan perkataan, “Selamat datang anak yang saleh dan Nabi yang saleh.”
Terakhir,
Sidratul Muntaha dinampakkan kepada Nabi Saw yang ternyata buahnya seperti
tempayan daerah Hajar dengan daunnya laksana telinga-telinga gajah. Jibril a.s.
berkata, “Ini adalah Sidratul Muntaha.” Ternyata di dasarnya ada empat sungai,
dua sungai Bathin dan dua sungai Zhahir.”
Nabi bertanya,
“Apakah ini wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Adapun dua sungai Bathin adalah
dua sungai yang berada di surga, sedangkan dua sungai Zhahir adalah Nil dan Eufrat.” Kemudian Nabi diangkat ke
Baitul Ma’mur. Lalu Nabi diberi satu gelas berisi khamer (arak), satu gelas berisi susu dan satu gelas lagi berisi
madu. Nabi mengambil gelas yang berisi susu. Maka Jibril berkata, “Ini
merupakan fitrah yang kamu dan umatmu berada di atasnya.” Kemudian diwajibkan
bagi Nabi shalat 50 (lima puluh) kali dalam sehari.
Setelah
selesai menghadap Allah SWT, Nabi pun kembali dan lewat di hadapan Musa a.s.
Musa lalu bertanya, “Apa yang telah diperintahkan kepadamu?” Beliau menjawab, “Aku
diperintahkan shalat lima puluh kali setiap hari.” Musa berkata, “Sesungguhnya
umatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima puluh kali shalat dalam sehari. Dan
aku, demi Allah, telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu. Aku
juga telah berusaha keras membenahi Bani Isra’il secara sungguh-sungguh. Maka
kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan untuk umatmu.”
Sebab itu
Nabi Saw kembali dan Allah memberi keringanan dengan mengurangi 10 (sepuluh)
shalat. Lalu Nabi kembali menemui Musa. Musa pun berucap sebagaimana yang
dikatakan sebelumnya. Kemudian Nabi kembali dan Allah memberi keringanan dengan
mengurangi 10 (sepuluh) shalat. Lantas Nabi kembali menjumpai Musa. Musa masih berkata
sebagaimana yang dikatakan sebelumnya. Kemudian
Nabi
kembali dan Allah memberikan keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat.
Selanjutnya
Nabi kembali menemui Musa. Maka Musa berkata sebagaimana yang dikatakan sebelumnya.
Nabi pun kembali dan Nabi diperintah dengan sepuluh kali shalat setiap hari.
Berikutnya
Nabi Saw turun menemui Musa. Dan Musa berkata seperti sebelumnya. Nabi Saw
kembali menghadap Allah SWT. Akhirnya Nabi diperintahkan dengan lima kali
shalat dalam sehari.
Lagi-lagi
Nabi menjumpai Musa. Dan Musa bertanya, “Apa yang diperintahkan kepadamu?” Nabi
menjawab, “Aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari.”
Musa berkata,
“Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakan lima kali shalat dalam
sehari. Sesungguhnya aku telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum
kamu. Dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Isra’il dengan penuh kesungguhan.
Sebab itu, kembalilah kepada Tuhanmu dan minta keringanan untuk umatmu.” Nabi berucap,
“Aku telah banyak memohon (keringanan) kepada Tuhanku hingga aku malu. Tetapi
aku telah ridha dan menerimanya.”
Ketika Nabi
telah selesai, terdengar suara orang yang berseru, “Sungguh Aku telah
memberikan keputusan kewajiban-Ku dan Aku telah ringankan untuk hamba-hamba-Ku.”[1]
Hadits di atas tersebut mencakup kumpulan
beberapa mukjizat, antara lain:
1. Terputusnya
jarak yang membentang dalam rentang seribu tahun dipotong hanya dalam waktu
satu jam saja.
2. Kepatuhan
Buraq kepada Nabi, dan tidak kabur dari sisi beliau.
3. Menembus
langit. Hal ini menimbulkan banyak perselisihan bagi orang yang mengingkari. Mereka
mengatakan bahwa langit tidaklah tertembus. Dan ini adalah jawaban bagi kalian
yang mengimani akan turun dan naiknya malaikat Jibril a.s. ke bumi dan tidak
ada satu pun yang mampu mencegah bahwa Nabi pernah naik ke langit bersama Jibril
ketika Isra’ dan Mikraj.
4. Dalam
perjalanannya (Isra’ dan Mikraj), Nabi Saw melihat orang yang disiksa karena
bermaksiat, dan mendapatkan kenikmatan bagi yang taat.
5. Nabi melakukan pembicaraan dengan
Allah SWT.
Yang
perlu diperhatikan mengenai riwayat hadits ini bahwa dalam kenyataanya hadits
ini terkadang disampaikan secara singkat --dan terkadang pula menimbulkan
masalah. Yang dimaksud disampaikan secara singkat adalah bahwa tidak ada
ketentuan baku mengenai peristiwa Isra’. Oleh karena itu, Imam Bukhari dalam hal
ini membahasnya dalam tema Mikraj. Juga, penyebutan pengurangan jumlah bilangan
shalat sepuluh rakaat (sebagai peringanan) setiap kali Nabi bertemu Allah,
berbeda dengan ketentuan umum yang berjumlah lima rakaat.
Sementara
periwayatan mengenai hadits ini yang menimbulkan permasalahan adalah adanya penyebutan
minum susu, tetapi tidak menyebutkan
minuman Khamer dan air setelah beliau
turun dari langit. Ini berbeda dengan
periwayatan yang mengatakan bahwa Nabi meminum susu sebelum beliau mikraj ke
langit ketujuh.
No comments:
Post a Comment