Ketika kaum
Quraisy tengah melakukan pengejaran terhadap Rasulullah dan Abu Bakar, dengan
dibantu ahli pengendus jejak, tiba-tiba mereka terhenti di depan pintu gua.
Melihat hal ini, Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, apabila salah satu di antara
mereka melihat ke arah kedua kakinya, tentu mereka akan melihat jejak kita.” Rasulullah
berucap, “Wahai Abu Bakar, apakah engkau tidak tahu bahwa di sela-sela kita berdua,
ada pihak ketiga, yaitu Allah. Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama
kita.”[1]
Rasulullah dan Abu Bakar mendengar jelas percakapan kaum Quraisy di depan pintu
gua, tetapi Allah membutakan kaum Quraisy.
Ketakutan
Abu Jahal Ketika Hendak Menginjak Rasulullah Saat Shalat
Pada
suatu hari, Abu Jahal berkeinginan menginjak leher Rasulullah ketika beliau sedang
ibadah shalat. Tetapi, ketika akan melakukan hal itu tiba-tiba dia menarik
kembali kakinya secara cepat. Karena dia melihat antara dirinya dan Rasulullah ada
penghalang (hijab) yang membatasi antara keduanya.
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah bahwa, “Abu Jahal berkata kepada kafir Quraisy, ‘Apakah Muhamad
pernah menundukkan wajahnya (di tanah) di tengah-tengah kalian?’ Ada yang menjawab,
’Ya’. Abu Jahal melanjutkan, ‘Demi Lata dan ‘Uzza,[2]
bila aku melihat dia melakukan seperti itu, aku akan menginjak lehernya atau
aku akan benamkan wajahnya di tanah’.”
Abu
Hurairah meriwayatkan, “Abu Jahal kemudian mendatangi Rasulullah saat beliau
tengah shalat dan dia hendak menginjak leher beliau. Tidak ada yang mengejutkan
mereka selain dia (Abu Jahal) mundur dan melindungi diri dengan tangan. Ada
yang bertanya kepadanya, ‘Kamu kenapa wahai Abu Jahal?’ Dia menjawab, ‘Antara
aku dan Muhamad ada parit dari api, huru-hara dan banyak sayap-sayap besar beterbangan.’
Rasulullah berkata, ‘Andai dia mendekatiku, niscaya malaikat akan menyambar
anggota badannya satu per satu’."[3]
Mengenai peristiwa ini, Allah SWT berfirman:
“Bagaimana
pendapatmu tentang orang (Abu Jahal) yang melarang seorang hamba ketika
mengerjakan shalat (Nabi Muhamad). Bagaimana pendapatmu jika orang yang
melarang itu berada di atas kebenaran. Atau dia menyuruh bertakwa (kepada
Allah). Bagaimana
pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling (dari kebenaran). Tidaklah
dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya. Ketahuilah,
sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik
ubun-ubunnya, yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka biarlah
dia memanggil golongannya (untuk menolongnya). Kelak Kami akan memanggil
Malaikat Zabaniyah (Malaikat yang menyiksa orang-orang yang berdosa di dalam neraka). Sekali-kali
janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada
Tuhan). (QS Al-‘Alaq
[96]: 9-19).
Nabi Muhamad
Tidak Terlihat oleh Istri Abu Lahab
Diriwayatkan
dari Asma’ binti Abu Bakar bahwa, “Ketika turun ayat تَبَّتْ
يَدَا أَبِي لَهَب yang artinya ‘Binasalah
kedua tangan Abu lahab’, datangtah seorang wanita bernama Ummu Jamil yang buta
sebelah matanya. Dia memiliki suara yang melengking dan tinggi, dan di tangannya
terdapat sebuah batu. Dia berkata, ‘Dia (Muhamad) adalah orang hina yang kami
abaikan. Agamanya kami remehkan. Dan perintahnya pun selalu kami durhakai’.
Saat itu, Rasulullah
sedang duduk di masjid bersama Abu Bakar. Ketika melihat istri Abu Lahab, Abu
Bakar berkata, ’Wahai Rasulullah, dia (Ummu Jamil) telah muncul, aku khawatir
dia akan melihatmu’. Rasulullah lalu berkata, ‘Sesungguhnya dia tidak akan
pernah melihatku’. Beliau membaca al-Qur’an, sehingga terlindung dari
penglihatan Ummu Jamil.
“Dan apabila kamu membaca al-Qur’an,
niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada
kehidupan akhirat, suatu dinding yang
tertutup.” (QS Al-Isra’ [17]: 45).
Sampai kemudian
dia datang dan berhenti dekat Abu Bakar tanpa melihat Rasulullah. Lalu dia
berkata, ‘Wahai Abu Bakar, telah sampai berita kepadaku bahwa sahabatmu (Muhamad)
telah mencaciku’. Abu Bakar menjawab, ‘Tidak, demi Tuhan Pemelihara Ka’bah ini,
beliau tidak mencacimu.’ Lantas dia berpaling seraya berkata, ‘Kaum Quraisy
telah mengetahui kalau aku ini anak perempuan pemukanya’.”[4]
[1] HR Bukhari, dalam bab ‘Fadzâil al-Shahabât, dan HR
Muslim dalam bab ‘Fadzâil al-Shahabât - Abu Bakar r.a.
[2] Nama patung (berhala) paling dihormati oleh penduduk
kafir Quraisy
[3] HR Bukhari, HR Muslim,
HR Tirmidzi, HR Nasa’i, dan HR Ibnu Jarir.
[4] HR Abu Ya’la, Mengoemtari hal ini, Ibnu Katsir lebih
memilih sikap diam (tawaquf), lihat, Tafsir Ibnu Katsir, (3/43)
No comments:
Post a Comment