Monday, December 2, 2013

Berhentinya Kaum Kafir Quraisy di Depan Gua



Ketika kaum Quraisy tengah melakukan pengejaran terhadap Rasulullah dan Abu Bakar, dengan dibantu ahli pengendus jejak, tiba-tiba mereka terhenti di depan pintu gua. Melihat hal ini, Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, apabila salah satu di antara mereka melihat ke arah kedua kakinya, tentu mereka akan melihat jejak kita.” Rasulullah berucap, “Wahai Abu Bakar, apakah engkau tidak tahu bahwa di sela-sela kita berdua, ada pihak ketiga, yaitu Allah. Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”[1] Rasulullah dan Abu Bakar mendengar jelas percakapan kaum Quraisy di depan pintu gua, tetapi Allah membutakan kaum Quraisy.

Ketakutan Abu Jahal Ketika Hendak Menginjak Rasulullah Saat Shalat
Pada suatu hari, Abu Jahal berkeinginan menginjak leher Rasulullah ketika beliau sedang ibadah shalat. Tetapi, ketika akan melakukan hal itu tiba-tiba dia menarik kembali kakinya secara cepat. Karena dia melihat antara dirinya dan Rasulullah ada penghalang (hijab) yang membatasi antara keduanya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa, “Abu Jahal berkata kepada kafir Quraisy, ‘Apakah Muhamad pernah menundukkan wajahnya (di tanah) di tengah-tengah kalian?’ Ada yang menjawab, ’Ya’. Abu Jahal melanjutkan, ‘Demi Lata dan ‘Uzza,[2] bila aku melihat dia melakukan seperti itu, aku akan menginjak lehernya atau aku akan benamkan wajahnya di tanah’.”
Abu Hurairah meriwayatkan, “Abu Jahal kemudian mendatangi Rasulullah saat beliau tengah shalat dan dia hendak menginjak leher beliau. Tidak ada yang mengejutkan mereka selain dia (Abu Jahal) mundur dan melindungi diri dengan tangan. Ada yang bertanya kepadanya, ‘Kamu kenapa wahai Abu Jahal?’ Dia menjawab, ‘Antara aku dan Muhamad ada parit dari api, huru-hara dan banyak sayap-sayap besar beterbangan.’ Rasulullah berkata, ‘Andai dia mendekatiku, niscaya malaikat akan menyambar anggota badannya satu per satu’."[3] Mengenai peristiwa ini, Allah SWT berfirman:
 “Bagaimana pendapatmu tentang orang (Abu Jahal) yang melarang seorang hamba ketika mengerjakan shalat (Nabi Muhamad). Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran. Atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah). Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling (dari kebenaran). Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya. Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya). Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah (Malaikat yang menyiksa orang-orang yang berdosa di dalam neraka). Sekali-kali janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan). (QS Al-‘Alaq [96]: 9-19).

Nabi Muhamad Tidak Terlihat oleh Istri Abu Lahab
Diriwayatkan dari Asma’ binti Abu Bakar bahwa, “Ketika turun ayat  تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَب yang artinya ‘Binasalah kedua tangan Abu lahab’, datangtah seorang wanita bernama Ummu Jamil yang buta sebelah matanya. Dia memiliki suara yang melengking dan tinggi, dan di tangannya terdapat sebuah batu. Dia berkata, ‘Dia (Muhamad) adalah orang hina yang kami abaikan. Agamanya kami remehkan. Dan perintahnya pun selalu kami durhakai’.
Saat itu, Rasulullah sedang duduk di masjid bersama Abu Bakar. Ketika melihat istri Abu Lahab, Abu Bakar berkata, ’Wahai Rasulullah, dia (Ummu Jamil) telah muncul, aku khawatir dia akan melihatmu’. Rasulullah lalu berkata, ‘Sesungguhnya dia tidak akan pernah melihatku’. Beliau membaca al-Qur’an, sehingga terlindung dari penglihatan Ummu Jamil.
“Dan apabila kamu membaca al-Qur’an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.(QS Al-Isra’ [17]: 45).
Sampai kemudian dia datang dan berhenti dekat Abu Bakar tanpa melihat Rasulullah. Lalu dia berkata, ‘Wahai Abu Bakar, telah sampai berita kepadaku bahwa sahabatmu (Muhamad) telah mencaciku’. Abu Bakar menjawab, ‘Tidak, demi Tuhan Pemelihara Ka’bah ini, beliau tidak mencacimu.’ Lantas dia berpaling seraya berkata, ‘Kaum Quraisy telah mengetahui kalau aku ini anak perempuan pemukanya’.”[4]


[1] HR Bukhari, dalam bab ‘Fadzâil al-Shahabât, dan HR Muslim dalam bab ‘Fadzâil al-Shahabât - Abu Bakar r.a.
[2] Nama patung (berhala) paling dihormati oleh penduduk kafir Quraisy
[3] HR Bukhari, HR Muslim,  HR Tirmidzi, HR Nasa’i, dan HR Ibnu Jarir.
[4] HR Abu Ya’la, Mengoemtari hal ini, Ibnu Katsir lebih memilih sikap diam (tawaquf), lihat, Tafsir Ibnu Katsir, (3/43)

No comments:

Post a Comment