Monday, December 16, 2013

Harum Keringat Nabi Muhamad Saw



Anas bin Malik r.a. bercerita, “Nabi pernah berkunjung ke rumah kami. Kemudian beliau tidur sebentar di rumah kami hingga berkeringat. Lalu ibuku mengambil sebuah botol dan berupaya memasukkan keringat Rasulullah itu ke dalam botol tersebut. Tiba-tiba Rasulullah terjaga sambil bertanya kepada ibuku, ‘Wahai Ummu Sulaim, apa yang kamu lakukan terhadap diriku?’ Ibuku menjawab, ‘Kami hanya mengambil keringatmu untuk kami jadikan wewangian kami.’ Keringat beliau merupakan salah satu wewangian yang paling harum wanginya.”[1]
Diriwayatkan pula dari Jabir bin Abdullah r.a., “Ketika Rasulullah berjalan sendirian dan tak seorang pun menemaninya, para sahabat dapat mengetahui arah jalan yang dilintasi Nabi hanya dengan mencium aroma keringat dan baunya yang tertinggal, dan tidak ada satupun batu yang dilintasi Nabi kecuali bersujud kepada beliau.”

Ali bin Abi Thalib Berkhayal Mencapai Ufuk Langit Lantaran Dipinggul Rasulullah
Ali bin Abi Thalib bercerita, “Aku pergi bersama Rasulullah menuju Ka’bah. Lalu beliau meminta, ‘Duduklah.’ Lantas aku duduk di samping Ka’bah, kemudian Rasulullah naik di bahuku, dan berucap, ‘Berdirilah!’  Aku pun berdiri. Tatkala Rasulullah melihat kalau aku lemah dalam mengangkat tubuh beliau, beliau mengucap, ‘Duduklah!!’ Rasulullah berkata lagi kepadaku, ‘Wahai Ali, duduklah di pundakku.’ Dan aku melakukan sesuai perintah beliau. Setelah itu, Rasulullah berdiri sembari mengangkat tubuhku. Tatkala aku diangkat olehnya, aku berkhayal jika aku berkehendak maka aku bisa berada di ufuk langit. Kemudian aku naik di atas Ka’bah, beliau berkata kepadaku, ‘Jatuhkan patung yang paling besar itu: patung sesembahan orang kafir Quraisy.’ Ketika aku jatuhkan ke tanah, patung itu pecah berkeping-keping. Lalu Rasulullah berkata kepadaku, ‘Hancurkan ini! Hingga patung-patung itu terjatuh dan hancur.’ Beliau pun bersabda:[2]
"Yang benar Telah datang dan yang batil Telah lenyap.  Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS Al-Isrâ [17]: 81).

Air Kencing Nabi Muhamad Saw Menyehatkan
Ummu Aiman bercerita, “Pada suatu malam, Rasulullah terjaga dari tidur dan kemudian beliau membuang air kecil di salah satu bejana samping rumah. Pada saat itu, aku juga terjaga dan merasa dahaga. Secara tak sengaja, aku langsung meminum apa yang ada di bejana itu dan aku tidak merasakan sesuatu. Pada waktu pagi, beliau memberitahuku, ‘Wahai Ummu Aiman, aku telah buang air dalam bejana itu tadi malam.’ Spontan aku berkata, ‘Demi Allah, aku (tidak sengaja) telah meminum air di dalamnya, wahai Rasulullah.’ Nabi pun ketawa sampai-sampai nampak rahang giginya dan seraya berucap, ‘Dengan ini kamu tidak akan mengadu sakit perut selamanya’.”[3] Dan, benar! Ummu Aiman tidak pernah merasakan sakit perut selamanya setelah meminum air kencing Nabi tersebut.
Sebagian Ulama berpendapat bahwa air kencing Nabi Muhamad Saw adalah suci. Karena ini bagian dari keutamaan seorang Nabi. Pendapat ini didukung oleh Qadhi Husain dan Ibnu Hajar. Juga, pendapat lain mengatakan bahwa air kencing Nabi Muhamad Saw tidak terlihat bila jatuh di permukaan tanah.

Berkah Usapan Nabi Muhamad Saw di Kepala Handzalah bin Khuraim
Suatu hari, ayah Handzalah bin Khuraim berkata kepada Rasulullah Saw, “Demi ayah dan ibuku, aku adalah seorang yang sudah lanjut usia, dan ini adalah putraku Handzalah. Aku mohon do’akanlah putraku ini. Nabi berucap, ‘Ke marilah wahai anak muda.’ Lalu beliau memegang tangan dan mengusap kepala anak itu seraya berkata, ‘Semoga kamu diberi keberkahan.’ Dalam riwayat lain, Nabi mengatakan, ‘Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu.’ Setelah itu, aku melihat Handzalah mendatangi seekor kambing yang  kantong susunya penyakitan, dan sekor unta bahkan manusia yang terkena penyakit, lalu dia meludah di tangannya dan mengusap-usap kepalanya yang botak seraya berkata, ‘Bismillah, atas berkah bekas tangan Rasulullah Saw.’ Kemudian diusapkan tangannya itu ke tempat luka (tumbuhnya penyakit), dan ternyata penyakit itu menghilang.”[4]


[1] HR Muslim dan HR Ahmad (3/177).
[2] HR Hakim.
[3]Hadits Shahih, HR Hakim, Dar al-Quthni, Thabrani dan Abu Nua’im.
[4] HR Ahmad dan HR Bukhari.

No comments:

Post a Comment