Anas bin
Malik r.a. bercerita, “Nabi pernah berkunjung ke rumah kami. Kemudian beliau
tidur sebentar di rumah kami hingga berkeringat. Lalu ibuku mengambil sebuah
botol dan berupaya memasukkan keringat Rasulullah itu ke dalam botol tersebut.
Tiba-tiba Rasulullah terjaga sambil bertanya kepada ibuku, ‘Wahai Ummu Sulaim,
apa yang kamu lakukan terhadap diriku?’ Ibuku menjawab, ‘Kami hanya mengambil
keringatmu untuk kami jadikan wewangian kami.’ Keringat beliau merupakan salah
satu wewangian yang paling harum wanginya.”[1]
Diriwayatkan
pula dari Jabir bin Abdullah r.a., “Ketika Rasulullah berjalan sendirian dan
tak seorang pun menemaninya, para sahabat dapat mengetahui arah jalan yang dilintasi
Nabi hanya dengan mencium aroma keringat dan baunya yang tertinggal, dan tidak
ada satupun batu yang dilintasi Nabi kecuali bersujud kepada beliau.”
Ali bin
Abi Thalib Berkhayal Mencapai Ufuk Langit Lantaran Dipinggul Rasulullah
Ali bin
Abi Thalib bercerita, “Aku pergi bersama Rasulullah menuju Ka’bah. Lalu beliau meminta,
‘Duduklah.’ Lantas aku duduk di samping Ka’bah, kemudian Rasulullah naik di
bahuku, dan berucap, ‘Berdirilah!’ Aku pun
berdiri. Tatkala Rasulullah melihat kalau aku lemah dalam mengangkat tubuh
beliau, beliau mengucap, ‘Duduklah!!’ Rasulullah berkata lagi kepadaku, ‘Wahai
Ali, duduklah di pundakku.’ Dan aku melakukan sesuai perintah beliau. Setelah
itu, Rasulullah berdiri sembari mengangkat tubuhku. Tatkala aku diangkat olehnya,
aku berkhayal jika aku berkehendak maka aku bisa berada di ufuk langit. Kemudian
aku naik di atas Ka’bah, beliau berkata kepadaku, ‘Jatuhkan patung yang paling
besar itu: patung sesembahan orang kafir Quraisy.’ Ketika aku jatuhkan ke
tanah, patung itu pecah berkeping-keping. Lalu Rasulullah berkata kepadaku, ‘Hancurkan
ini! Hingga patung-patung itu terjatuh dan hancur.’ Beliau
pun bersabda:[2]
"Yang
benar Telah datang dan yang batil Telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu
yang pasti lenyap.” (QS Al-Isrâ [17]:
81).
Air
Kencing Nabi Muhamad Saw Menyehatkan
Ummu
Aiman bercerita, “Pada suatu malam, Rasulullah terjaga dari tidur dan kemudian
beliau membuang air kecil di salah satu bejana samping rumah. Pada saat itu, aku
juga terjaga dan merasa dahaga. Secara tak sengaja, aku langsung meminum apa
yang ada di bejana itu dan aku tidak merasakan sesuatu. Pada waktu pagi, beliau
memberitahuku, ‘Wahai Ummu Aiman, aku telah buang air dalam bejana itu tadi
malam.’ Spontan aku berkata, ‘Demi Allah, aku (tidak sengaja) telah meminum air
di dalamnya, wahai Rasulullah.’ Nabi pun ketawa sampai-sampai nampak rahang
giginya dan seraya berucap, ‘Dengan ini kamu tidak akan mengadu sakit perut
selamanya’.”[3]
Dan, benar! Ummu Aiman
tidak pernah merasakan sakit perut selamanya setelah
meminum air kencing Nabi
tersebut.
Sebagian Ulama berpendapat bahwa air kencing Nabi Muhamad Saw adalah suci. Karena ini
bagian dari keutamaan
seorang Nabi. Pendapat ini didukung
oleh Qadhi Husain
dan Ibnu Hajar. Juga, pendapat lain mengatakan bahwa air
kencing Nabi Muhamad Saw tidak
terlihat bila jatuh di
permukaan tanah.
Berkah
Usapan Nabi Muhamad Saw di Kepala Handzalah bin Khuraim
Suatu
hari, ayah Handzalah bin Khuraim berkata kepada Rasulullah Saw, “Demi ayah dan
ibuku, aku adalah seorang yang sudah lanjut usia, dan ini adalah putraku Handzalah.
Aku mohon do’akanlah putraku ini. Nabi berucap, ‘Ke marilah wahai anak muda.’ Lalu
beliau memegang tangan dan mengusap kepala anak itu seraya berkata, ‘Semoga kamu
diberi keberkahan.’ Dalam riwayat lain, Nabi mengatakan, ‘Semoga Allah
memberikan keberkahan kepadamu.’ Setelah itu, aku melihat Handzalah
mendatangi seekor kambing yang kantong
susunya penyakitan, dan sekor unta bahkan manusia yang terkena penyakit, lalu
dia meludah di tangannya dan mengusap-usap kepalanya yang botak seraya berkata,
‘Bismillah, atas berkah bekas tangan Rasulullah Saw.’ Kemudian diusapkan
tangannya itu ke tempat luka (tumbuhnya penyakit), dan ternyata penyakit itu
menghilang.”[4]
No comments:
Post a Comment