Al-Bara’
r.a. menceritakan bahwa setelah Abdullah bin ‘Atik selesai membunuh Abu Rafi’, dia
kemudian pergi dan melewati anak tangga rumahnya (Abu Rafi). Tak
disangka, tiba-tiba dia terjatuh
hingga ke tanah dan kakinya patah. Abdullah
bin ‘Atik berkata kepadaku, “Setelah itu,
aku menghadap Nabi dan memberitahukan kejadian
itu kepada beliau. Lantas
beliau berkata, ‘Bentangkanlah kakimu, wahai
Abdullah?’ Aku pun
membentangkan
kakiku. Lalu beliau mengusap kakiku.
Setelah itu, aku merasa seakan kakiku
sembuh dan tidak
merasakan sakit sedikit pun’."[1]
Terjadinya Peristiwa Nyata Berkat Do’a Nabi Muhamad Saw
Suatu
ketika, Rasulullah mendo’akan Sa’ad bin Abi Waqash r.a., "Tidaklah
sekali-kali kamu diberi umur panjang lalu kamu beramal saleh melainkan akan
bertambah derajat dan kemuliaanmu. Semoga kamu diberi umur panjang sehingga
orang-orang dapat mengambil manfaat dari dirimu dan juga mungkin dapat
mendatangkan madharat bagi kaum yang lain.”
Sekali
waktu, Sa’ad kondisi sakit parah di Makkah. Dan dia tidak senang jika meninggal
dunia di daerah yang menyebabkan dia harus berhijrah. Lalu Rasul menjenguknya. Sa’ad
tidak memiliki ahli waris selain anak perempuannya. Sa’ad berkata, “Wahai Rasulullah,
apakah aku mewasiatkan seluruh hartaku?”
Beliau
berkata, “Jangan.”
Sa’ad bertanya
lagi, “Bagaimana jika setengahnya?”
Beliau
menjawab, “Jangan.”
Sa’ad kembali
bertanya, “Bagaimanakah jika sepertiganya?”
Beliau
menjawab, ”Ya, sepertiganya saja, karena sepertiganya pun sudah banyak.”
Kemudian
Nabi mendo’akan Sa’ad, “Semoga kamu diberi umur panjang sehingga orang-orang
dapat mengambil manfaat dari dirimu dan juga mungkin dapat mendatangkan
madharat bagi kaum yang lain.”
Kemudian
Sa’ad sembuh dari penyakitnya atas izin Allah dan dia mampu menaklukkan negeri Irak
dengan kekuatannya. Dan, umat manusia banyak mendapatkan hidayah dari dia;[2]
banyak yang masuk Islam karenanya; banyak mendapatkan rampasan perang karenanya;
dan Allah memberikan sebuah ancaman besar bagi orang kafir yang ingin memerangi
Sa’ad.
Dalam
riwayat lain disebutkan, masa hidup Sa’ad ketika sudah sembuh dari sakitnya
kira-kira lima puluh tahun.
Imam Nawawi
menyatakan, “Hadits ini termasuk salah satu mukjizat Nabi yang berkaitan dengan
do’a Nabi kepada Sa’ad yang kemudian menjadi nyata.”
Kabar
dari Nabi tentang Tiga Komandan Perang Mati Syahid
Anas bin
Malik r.a. menceritakan bahwa Nabi pernah mengumumkan kematian Zaid bin
Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah kepada para sahabat
sebelum terdengar berita kematian mereka. Nabi mengungkapkan, "Bendera
perang diambil oleh Zaid, lantas dia gugur. Kemudian Ja'far mengambil alih
benderanya, dia pun gugur. Selanjutnya bendera diambil
alih oleh Abdullah bin Rawahah dan dia juga gugur. Lalu bendera
diambil oleh ‘si pedang Allah’, Khalid bin Walid, hingga
Allah membuka kemenangan bagi mereka.”[3]
Abdullah
bin Umar r.a. mengisahkan, Rasulullah dalam perang Mu'tah mengangkat Zaid bin
Haritsah sebagai komandan, dan Rasulullah berpesan, "Jika Zaid bin
Haritsah gugur, maka Ja'far yang menggantikannya. Bila Ja'far gugur, maka
Abdullah bin Rawahah sebagai penggantinya."[4]
Berita Kematian Raja Najasyi
Abu
Hurairah r.a berkisah, “Rasulullah pernah mengumumkan meninggalnya raja Najasyi,
raja Habsyah. Lalu Nabi keluar dan mengatur mereka (para sahabat) untuk
berbaris dalam shaf di tempat shalat. Kemudian, beliau bertakbir empat kali.”[5]
[94] Berita
Sepucuk Surat Pengkhianatan Hathib bin Abi Balta’ah
Ali bin
Abi Thalib r.a. mengisahkan, “Rasulullah pernah mengutusku bersama Zubair dan Miqdad
bin al-Aswad untuk mengambil surat pengkhianatan dari Hatib bin Abi
Baltha’ah. Rasulullah berpesan, ‘Berangkatlah kalian hingga sampai di taman Khakh
karena di sana ada seorang wanita berkendara yang membawa surat. Ambillah surat
itu darinya.’ Lalu kami berangkat hingga ketika tiba di taman, kami mendapati
wanita itu. Kami memintanya, ‘Keluarkanlah surat yang kamu bawa?’ Wanita itu menolak,
‘Tidak ada surat padaku.’ Kami mendesak, ‘Kamu keluarkan surat itu atau kami menggeledahmu.’
Akhirnya dia mengeluarkan surat dari dalam sanggul rambutnya. Setelah itu, kami
menemui Rasulullah dengan membawa surat yang ditulis oleh Hathib bin Abi
Balta'ah yang ditujukan kepada orang-orang musyrik Makkah. Dia mengabarkan
tentang rencana Rasulullah terhadap mereka.
Lalu Rasulullah
bertanya, ‘Wahai Hathib, apa yang kamu lakukan ini?’ Hathib menjawab,
’Wahai Rasulullah, jangan terburu-buru bersikap kepadaku. Sesungguhnya aku
adalah seorang yang terikat perjanjian dengan Quraisy. Sedang aku bukan bagian
keluarga dari mereka. Sementara orang-orang yang bersamamu dari kalangan
Muhajirin memiliki kerabat dari Makkah dan mereka akan melindungi keluarga dan
harta-hartanya. Sementara aku sudah tidak memiliki nasab keturunan di
tengah-tengah mereka (kaum Quraisy) sehingga di antara mereka ada yang bisa aku
jadikan pelindung bagi kerabat-kerabatku di sana (Makkah). Tidaklah aku
melakukan ini karena kufur dan tidak juga berbalik meninggalkan Islam dan juga
bukan karena ridha dengan kekafiran setelah aku menerima Islam.’
Rasulullah
berkata, ‘Dia
sudah berkata benar kepada kalian.’ Lalu Umar berucap, ‘Wahai Rasulullah,
biarkan aku memenggal batang leher munafiq ini.’ Beliau menukas, ‘Sungguh
dia adalah termasuk orang yang ikut perang Badar. Tahukah kalian bahwa
Allah sudah membebaskan para pejuang perang Badar. Dia
berfirman, Berbuatlah sesuka kalian, sungguh Aku
telah mengampuni kalian’.”
Lalu
turunlah wahyu kepada Rasulullah Saw, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia dan kamu
sampaikan kepada mereka– mengenai berita-berita Muhamad– karena rasa kasih
sayang. Padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang
kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada
Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan
mencari keridhaan-Ku, janganlah kamu berbuat demikian. Kamu memberitahukan
secara rahasia mengenai berita-berita Muhamad kepada mereka, karena rasa kasih
sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu
nyatakan. Barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah
tersesat dari jalan yang lurus.” (QS Al-Mumtahanah
[60]: 1).[6]
Berita
Tentang Ahlu Bait yang Pertama Kali Akan Menyusul Nabi Muhamad Saw
Aisyah
r.a. menceritakan bahwa suatu hari Fatimah r.a. datang dengan berjalan seperti
jalannya Rasulullah. Rasulullah pun lantas menyambutnya, "Selamat datang
putriku." Lalu beliau mendudukkannnya di samping kanan atau kiri beliau. Kemudian
beliau membisikkan sesuatu kepadanya. Dia langsung menangis. Beliau lalu membisikkan
kembali sesuatu kepadanya dan dia tertawa lepas. Aisyah bertanya, "Aku
tidak melihat sesuatu seperti hari ini yang lebih membahagiakan daripada
kesedihan. Apa yang beliau katakan, wahai Fatimah?" Fatimah menjawab, "Aku
tidak akan membeberkan rahasia Rasulullah hingga beliau meninggal."
Selepas Rasulullah
meninggal, Aisyah bertanya lagi kepada Fatimah, "Apa yang beliau katakan
ketika itu, wahai Fatimah?"
Fatimah menjawab,
"Beliau mengatakan kepadaku, 'Sesungguhnya Jibril datang kepadaku. Dulu dia
membacakan al-Qur'an kepadaku sekali selama setahun. Tetapi pada tahun ini, dia
membacakan kepadaku dua kali. Aku tidak melihatnya kecuali ajalku segera
datang. Kamu (Fatimah) adalah Ahlu Baitku yang pertama kali akan menyusulku. Dan
sebaik-baik orang yang terdahulu untukmu adalah aku (Rasulullah).' Dan aku
menangis karena itu. Kemudian beliau berkata, 'Tidakkah kamu suka jika kamu menjadi
pemimpin para wanita umat ini (ummul mukminin)?' Sebab itu aku tertawa."[7]
Tidak ada
pertentangan mengenai hal ini bahwa Fathimah adalah keluarga dari Ahlu Bait yang
pertama kali akan menyusul Nabi. Hanya saja, muncul perbedaan pendapat
berapakah jarak antara meninggalnya Rasulullah dan putrinya, Fatimah, ini. Sebagian
riwayat mengatakan jaraknya dua bulan. Sementara riwayat lain mengatakan tiga
bulan. Sedang pendapat lain mengatakan, enam bulan; delapan bulan. Tetapi
pendapat yang benar adalah selama enam bulan.
Jarir
al-Bajali Menunggang Kuda dengan Tenang Berkat Do’a Nabi Muhamad Saw
Jarir al-Bajali
bercerita, “Aku telah mengadukan kepada Rasulullah bahwa aku tidak bisa duduk
tenang di atas kudaku. Lalu beliau memukul dadaku dengan tangannya seraya berkata,
‘Ya Allah, kokohkanlah dia dan jadikanlah dia orang yang dapat memberi petunjuk
dan mau menerima petunjuk.’ Setelah itu, aku tidak pernah jatuh dari kudaku.”[8]
Mengenai
hadits ini, Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Jarir berkata, “Rasulullah
berkata kepadaku, ‘Wahai Jarir, bisakah kamu menyenangkanku dengan
menghancurkan Dzil Khalashah?’[9]
Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, tetapi aku
tidak bisa duduk tenang di atas kudaku.’ Lalu beliau memukul dadaku seraya
bersabda, ‘Ya Allah, kokohkanlah dia dan jadikanlah dia orang yang dapat
memberi petunjuk dan mau menerima petunjuk’. Setelah
itu, aku
segera berangkat bersama seratus lima puluh pasukan penunggang kuda yang
tangguh. Sesampainya di sana, aku membakarnya
dengan api serta menghancurkannya.”[10]
Hilangnya Sifat Pencemburu pada Ummu Salamah
Ummu
Salamah r.a berkisah, “Saat itu, Rasulullah ingin melamarku, lalu aku berkata
kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, aku ini seorang perempuan yang tidak layak untuk engkau
nikahi. Karena, aku sudah tidak mampu melahirkan lagi sebab usiaku sudah tua; aku
juga seorang wanita yang pencemburu; dan
mempunyai banyak anak.’ Lalu Nabi berkata, ‘Aku lebih tua daripada kamu wahai
Ummu Salamah. Adapun rasa cemburu yang kamu miliki, semoga Allah
menghilangkannya darimu. Adapun anak-anakmu, Allah dan Rasul-Nya yang akan menjaganya.’
Setelah itu, aku menerima lamaran beliau dan beliau pun menikahiku.”
Dalam riwayat
lain dikatakan bahwa Ummu Salamah tergolong tipe wanita yang sangat pencemburu.[11]
Hilangnya
Rasa Takut dan Dingin pada Diri Hudzaifah
Hudzaifah
menceritakan, “Saat perang Khandaq, kami menghadap Rasulullah secara bergiliran
satu per satu. Ketika itu, aku tidak membawa perisai pelindung untuk menangkis serangan
musuh. Aku juga tidak memakai apapun kecuali jubah milik istriku yang hanya
sampai lutut. Padahal, saat itu adalah puncak musim dingin. Lalu, Nabi datang
ke arahku ketika aku masih dalam posisi berlutut. Nabi berkata, ‘Siapakah ini?’Jawabku,
‘Hudzaifah, wahai Rasulullah.’ Tegas Nabi, ‘Hudzaifah!’ Aku berkata,‘Ya,Rasulullah.’
Nabi berujar, ‘Apakah kamu tidak senang jika aku berdiri? Berdirilah, wahai
Hudzaifah.’ Kemudian aku berdiri. Setelah itu, Nabi berkata, ‘Adakah seseorang
yang sanggup mencari berita tentang musuh (Kafir Quraiys)?’
‘Aku,
wahai Rasulullah. Aku akan membawakan berita tentang mereka
kepadamu,’ sahutku. Sesungguhnya,
untuk menyelinap ke tempat musuh, aku memiliki rasa takut yang membuncah.
Tetapi ketika aku hendak berangkat, Nabi berkata, ‘Ya Allah, semoga Engkau
menjaganya, dari arah depan, belakang, samping kanan, samping kiri, arah atas
dan arah bawah.’
Demi
Allah, setelah itu, Allah menghilangkan rasa takutku dan rasa dingin dalam diriku. Tatkala aku hendak
berpaling dari sisi beliau, beliau berkata, ‘Wahai Hudzaifah, jangan berbuat
sesuatu terhadap musuh, hingga aku datang.’ Aku menyahut, ‘Ya, Rasulullah.’ Lalu
aku keluar hingga aku sudah mendekati tentara musuh. Aku melihat kobaran api di
kamp mereka. Tenyata, kobaran itu berasal dari seorang laki-laki bertubuh besar
yang sebagian anggota badannya terlahap api. Sambil memadamkan api dalam
dirinya, dia berkata, ‘Pergi, pergi!’ Saat itu, aku belum tahu kalau dia adalah
Abu Sufyan. Lalu aku mencabut anak panah berbulu putih dari tempatnya dan
meletakkan anak panah itu pada busurnya dan hendak memanahnya. Sekiranya aku
tidak ingat dengan pesan Rasulullah Saw, ‘Jangan berbuat sesuatu kepada musuh,
hingga aku datang’, aku pasti sudah memanahnya.
Setelah
itu, aku kembali menemui Rasulullah. Beliau
memakai mantel dan sedang shalat. Demi Allah ketika kembali, aku kembali
merasakan kedinginan, dan aku kembali merasa takut.” [12]
Kabar
Tentang Istri Beliau yang Lebih Dulu Menyusul Nabi
Aisyah r.a.
menceritakan bahwa Rasulullah pernah berkata, "Di antara kalian yang lebih
dulu menuyusulku adalah yang paling panjang tangannya. Lalu kami, para istri Rasulullah,
mengukur tangan siapakah yang paling panjang. Ternyata, setelah diukur-ukur,
Zainab lah yang paling panjang di antara kami, karena dia sering
beramal dan bersedekah dengan tangannya."[13]
Dalam
riwayat lain dikatakan, para istri Rasulullah bertanya kepada beliau, “Siapakah di antara kami yang
lebih dulu menyusul engkau?” Nabi menjawab, “Yang paling panjang tangannya.” Lalu,
para istri Rasulullah memegang dan mengukur tangan mereka, siapakah di antara mereka
tangannya yang paling panjang. Ketika Zainab meninggal, mereka mengetahui bahwa
dia tangannya lebih panjang di antara mereka. Karena dia
sering berbuat baik dan bersedekah.”[14]
Jika
al-Bara’ bin Malik Bersumpah Atas Nama Allah, Niscaya akan Terjadi
Anas r.a menceritakan
bahwa Rasulullah Saw pernah berkata, “Berapa banyak orang yang lemah dan bahkan
sangat lemah. Mereka hanya memakai dua helai kain yang dianggap hina. Tetapi
andai mereka bersumpah atas nama Allah tentu akan terjadi.” Salah satu dari
golongan mereka adalah al-Bara’
bin Malik.[15]
Suatu hari, al-Bara bin
Malik bertemu sekelompok kaum Musyrik. Mereka
berkata kepadanya, “Wahai Bara’, sesungguhnya Nabimu pernah berkata, ‘Jika
kamu bersumpah atas nama Tuhanmu pasti sesuatu itu akan terjadi’. Karena itu,
bersumpahlah atas nama Tuhanmu.”
Lalu
al-Bara’ berkata, “Aku bersumpah pada-Mu, wahai Tuhan-ku semoga Engkau berkenan
memberikan leher-leher mereka kepada kami. Dan sandingknlah aku di sisi
Nabi-Mu.”
Setelah
itu, dalam suatu peperangan, Allah pun mengabulkan do’a al-Bara’. Sekelompok
kaum musyrik tersebut akhirnya terbunuh di tangan tentara Muslim.
Dan pada masa khalifah
Umar bin Khattab,
al-Bara’ terbunuh sebagai syahid tatkala turut melakukan penaklukan kota Tustar
(Persia).
[101] Berita Bahwa Kaum Musyrik tidak akan Memerangi Kaum Muslimin Setelah
Perang Khandaq
Ketika perang Khandaq akan dimulai, Rasulullah berkata, “Sekarang kita akan menyerang
mereka, dan setelah peperangan ini, mereka tidak akan menyerang kita lagi.”[16]
Dan benar! Setelah perang ini
berakhir, kafir Quraisy
tidak mampu
memerangi kaum Muslimin lagi. Justru Rasulullah balik memerangi mereka hingga berhasil
melakukan pembebasan kota Makkah dari tangan mereka.
No comments:
Post a Comment