Monday, December 9, 2013

Kantong Minyak yang Membawa Berkah



Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a., “Ummu Malik (Ibunya Malik) memberikan minyak samin yang dibungkus kantong kulit kepada Rasulullah. Pada suatu hari, anak-anak Ummu Malik meminta lauk pauk kepadanya untuk penambah makanan mereka. Lalu Ummu Malik mencari kantong kulit, tempat minyak yang pernah dia gunakan ketika memberi minyak samin kepada Rasulullah, ternyata dia mendapati kantong kulit itu masih dipenuhi minyak seperti semula. Sehingga setiap hari, Ummu Malik selalu membuatkan lauk-pauk anak-anaknya menggunakan minyak di kantong kulit itu. Setelah tempat minyak itu diperas dan dbersihkannya, dia datang kepada Rasulullah. Rasulullah bertanya, ‘Apakah kamu peras habis kantong kulit berisi minyak itu?’jawab Ummu Malik, ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau berkata, ‘Andai minyak itu kamu sisakan sedikit saja, tentu kamu akan dapat mempergunakan seterusnya’.”[1]

Kantong Kurma Milik Abu Hurairah r.a. yang Membawa Berkah
Abu Hurairah berkisah, “Suatu hari, aku mendatangi Rasulullah dengan membawa beberapa butir kurma dan aku meminta kepada beliau, ‘Do’akan dan berkatilah kurma ini, wahai Rasulullah!’ Lalu beliau berkata, ‘Ambillah kurma-kurma itu dan masukkan ke kantong kulitmu. Andaikata kamu ingin mengambilnya pelan-pelan masukkanlah tanganmu ke dalamnya, jangan sampai membuatnya berserakan.’ Abu Hurairah berkata, ‘Aku kemudian mengambil kurma itu sebanyak satu wasaq[2] untuk berjuang di jalan Allah (fi sabilillah). Dari kurma yang berada di kantong itulah kami makan dan menikmatinya setiap hari hingga kurma itu habis setelah Utsman bin Affan r.a. terbunuh’.”[3]
Dalam riwayat lain, Abu Hurairah berkata, “Aku mengalami tiga musibah terberat dalam Islam. Tiada peristiwa seberat itu yang pernah aku alami sebelumnya, yaitu, pertama, wafatnya Rasulullah; kedua, terbunuhnya Utsman bin Affan; dan ketiga Al-mizwad’. Para sahabat bertanya, ‘Apa itu ‘al-Mizwad’ wahai Abu Hurairah?’ Aku menjawab, ‘Kurma yang berada di kantong kulitku’.”
Riwayat yang lain lagi, Abu Hurairah berkisah, “Suatu hari, kami bersama Rasulullah melakukan suatu perjalanan. Beliau berkata, ‘Wahai Abu Hurairah! Adakah sesuatu padamu?’Aku menjawab, ‘Ada beberapa kurma di dalam kantong kulitku, wahai Rasulullah.’ Tatkala aku mengeluarkan kurma dari dalam kantong,  beliau mengusapnya sembari berdo’a lalu berkata, ‘Panggilkan sepuluh orang!’ Aku pun memanggilkan mereka, hingga semuanya memakan kurma itu sampai kenyang. Bahkan seluruh prajurit Muslim ketika itu juga turut kebagian. Anehnya, kurma itu masih tersisa di kantong seakan tak berkurang sedikitpun. Lalu Rasulullah berkata, ‘Bila kamu ingin mengambil kurma itu di dalam kantong kulitmu, masukkanlah tanganmu pelan-pelan dan jangan sampai kamu menserak-serakkannya.’
Setelah itu, aku selalu memakan kurma tersebut --dari ketika Rasulullah masih hidup, masa Abu Bakar dan Umar bin Khattab hingga masa Utsman bin Affan. Saat Utsman terbunuh, hilanglah kurmaku beserta kantongnya itu.”[4]

Sekantong Gandum yang Membawa Berkah
Aisyah r.a. berkata, “Selepas Rasulullah meninggal, isi rumahku kosong dan aku tidak memiliki apa-apa selain sekantong gandum. Aku mengolah dan memakannya untuk makanan sehari-hari, tetapi gandum itu tak habis-habis. Seakan-akan aku tak pernah memakannya sedikitpun. Dalam rentang waktu yang sangat lama, gandum itu baru bisa habis.”
Dalam riwayat lain dikisahkan, Aisyah r.a. berkata, “Sungguh Rasulullah telah meninggal dunia menuju Rabb-nya. Di rumahku, tidaklah ada sesuatu yang dapat aku makan sehari-hari selain sekantong gandum di rak piringku. Aku memakan gandum itu sampai sekian lama, barulah gandum itu bisa habis."[5]


[1]Hadits Shahih, HR Muslim (4/1784).
[2]Satu wasaq adalah ukuran yang mampu diangkut seekor unta.
[3]Hadits Hasan, HR Ahmad (2/352).
[4]HR Al-Baihaqi dalam kitabnya Dalâil al-Nubuwah (6/110-111).
[5]Hadits Shahih, HR Bukhari dan Muslim.

No comments:

Post a Comment