Diriwayatkan
dari Jabir bin Abdullah r.a., “Ummu Malik (Ibunya Malik) memberikan minyak
samin yang dibungkus kantong kulit kepada Rasulullah. Pada suatu hari, anak-anak
Ummu Malik meminta lauk pauk kepadanya untuk penambah makanan mereka. Lalu Ummu
Malik mencari kantong kulit, tempat minyak yang pernah dia gunakan ketika
memberi minyak samin kepada Rasulullah, ternyata dia mendapati kantong kulit
itu masih dipenuhi minyak seperti semula. Sehingga setiap hari, Ummu Malik
selalu membuatkan lauk-pauk anak-anaknya menggunakan minyak di kantong kulit itu.
Setelah tempat minyak itu diperas dan dbersihkannya, dia datang kepada Rasulullah.
Rasulullah bertanya, ‘Apakah kamu peras habis kantong kulit berisi minyak itu?’jawab
Ummu Malik, ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau berkata, ‘Andai minyak itu kamu
sisakan sedikit saja, tentu kamu akan dapat mempergunakan seterusnya’.”[1]
Kantong
Kurma Milik Abu Hurairah r.a. yang Membawa Berkah
Abu
Hurairah berkisah, “Suatu hari, aku mendatangi Rasulullah dengan membawa
beberapa butir kurma dan aku meminta kepada beliau, ‘Do’akan dan berkatilah
kurma ini, wahai Rasulullah!’ Lalu beliau berkata, ‘Ambillah kurma-kurma itu
dan masukkan ke kantong kulitmu. Andaikata kamu ingin mengambilnya pelan-pelan
masukkanlah tanganmu ke dalamnya, jangan sampai membuatnya berserakan.’ Abu
Hurairah berkata, ‘Aku kemudian mengambil kurma itu sebanyak satu wasaq[2] untuk
berjuang di jalan Allah (fi sabilillah). Dari kurma yang
berada di kantong itulah kami makan dan menikmatinya setiap hari hingga kurma
itu habis setelah Utsman bin Affan r.a. terbunuh’.”[3]
Dalam
riwayat lain, Abu Hurairah berkata, “Aku mengalami tiga musibah terberat dalam Islam.
Tiada peristiwa seberat itu yang pernah aku alami sebelumnya, yaitu, pertama,
wafatnya Rasulullah; kedua, terbunuhnya Utsman bin Affan; dan ketiga Al-mizwad’.
Para sahabat bertanya, ‘Apa itu ‘al-Mizwad’ wahai Abu
Hurairah?’ Aku menjawab, ‘Kurma yang berada di kantong kulitku’.”
Riwayat yang
lain lagi, Abu Hurairah berkisah, “Suatu hari, kami bersama Rasulullah melakukan
suatu perjalanan. Beliau berkata, ‘Wahai Abu Hurairah! Adakah sesuatu padamu?’Aku
menjawab, ‘Ada beberapa kurma di dalam kantong kulitku, wahai Rasulullah.’ Tatkala
aku mengeluarkan kurma dari dalam kantong, beliau mengusapnya sembari
berdo’a lalu berkata, ‘Panggilkan sepuluh orang!’ Aku pun memanggilkan mereka, hingga
semuanya memakan kurma itu sampai kenyang. Bahkan seluruh prajurit Muslim
ketika itu juga turut kebagian. Anehnya, kurma itu masih tersisa di kantong
seakan tak berkurang sedikitpun. Lalu Rasulullah berkata, ‘Bila kamu ingin
mengambil kurma itu di dalam kantong kulitmu, masukkanlah tanganmu pelan-pelan dan
jangan sampai kamu menserak-serakkannya.’
Setelah
itu, aku selalu memakan kurma tersebut --dari ketika Rasulullah masih hidup, masa
Abu Bakar dan Umar bin Khattab hingga masa Utsman bin Affan. Saat Utsman
terbunuh, hilanglah kurmaku beserta kantongnya itu.”[4]
Sekantong Gandum yang Membawa Berkah
Aisyah r.a.
berkata, “Selepas Rasulullah meninggal, isi rumahku kosong dan aku tidak
memiliki apa-apa selain sekantong gandum. Aku mengolah dan memakannya untuk
makanan sehari-hari, tetapi gandum itu tak habis-habis. Seakan-akan aku tak
pernah memakannya sedikitpun. Dalam rentang waktu yang sangat lama, gandum itu
baru bisa habis.”
Dalam riwayat lain dikisahkan,
Aisyah r.a. berkata, “Sungguh
Rasulullah telah meninggal dunia menuju Rabb-nya. Di rumahku, tidaklah ada
sesuatu yang dapat aku makan sehari-hari selain sekantong gandum di rak
piringku. Aku memakan gandum itu sampai sekian lama, barulah gandum itu bisa habis."[5]
No comments:
Post a Comment