Dikisahkan
bahwa ada seorang laki-laki sedang makan di dekat Rasulullah Saw dengan memakai
tangan kiri. Rasulullah berkata, “Makanlah dengan tangan kananmu.” Laki-laki itu
menjawab, “Aku tidak mampu, Wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah berkata lagi, “Tidak,
sebenarnya kamu bisa.” Dalam periwayatan lain, laki-laki itu tidak kuat
mengangkat tangan kanannya ke mulutnya lantaran lumpuh.[1]
Sebaran
Debu ke Mata Kaum Kafir Quraisy
Tatkala Nabi Muhamad hendak hijrah
ke Madinah, beliau memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan
posisinya di tempat tidur. Sementara kaum kafir Quraisy mencari dan mengawasi
sekeliling rumah Nabi. Kemudian
secara diam-diam Nabi keluar sambil membawa segenggam debu dan disebarkan ke
hadapan mata mereka seraya membacakan ayat al-Qur’an:
“Dan Kami
adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula). Dan Kami
tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (QS Yaasiin [36]:
9).
Atas kekuasaan Allah SWT, mereka akhirnya tidak dapat melihat Nabi saat beliau keluar rumah. Setelah itu Nabi menuju rumah Abu Bakar, selanjutnya berdua berangkat hijrah pada malam hari. Lalu seorang pemuda Quraisy melihat kaumnya (Quraisy) berdiri di depan pintu rumah Muhamad, dan dia berkata, “Apa yang kalian tunggu?” Mereka menjawab, “Muhamad.” Pemuda itu berkata, “Sungguh kalian
telah tertipu dan merugi. Demi Tuhan, dia (Muhamad) telah melewati kalian semua.
Lihatlah! ada taburan debu di atas kepala kalian.” Mereka mengatakan, “Demi Tuhan,
kita tidak melihatnya.” Kemudian mereka serempak membersihkan debu yang ada di
kepalanya masing-masing. Di antara kaum Quraisy yang mengepung rumah Rasulullah
adalah Abu Jahal, Hakam bin ‘Ash, Uqbah bin Abi Mu’ith, Nazhar bin al-Haris,
Umayah bin Khalaf, Zum’ah bin al-Aswad, Tua’imah bin A’di, Abu Lahab, Ubai bin
Khalaf, dan Munabbah ibnu al-Hajaj.[2]
Berpindahnya
Pohon Lantaran Perintah Nabi Muhamad Saw
Salah
satu mukjizat Nabi Muhamad Saw yang berhubungan dengan tumbuhan-tumbuhan adalah
ketundukan dan kepatuhan pepohonan kepada Nabi.
Diriwayatkan
dari Anas bin Malik, “Pada suatu hari, Jibril a.s. menemui Nabi yang sedang duduk
dalam keadaan sedih dan berlumuran darah karena pukulan beberapa orang penduduk
Makkah. Jibril bertanya, ‘Apa yang menimpa dirimu?’ Nabi menjawab, ‘Penduduk kafir
Makkah telah memukuliku.’ Jibril a.s. bertanya lagi, ‘Sudikah engkau aku
tunjukkan kebesaran Allah?’ Beliau menjawab, ‘Ya.’ Kemudian beliau melihat
sebatang pohon yang berada di balik lembah, lalu Jibril berpesan, ‘Panggillah
pohon itu.’ Beliau pun memanggilnya hingga pohon tersebut berjalan dan berdiri
tegak di hadapan Nabi. Jibril kembali berpesan, ‘Perintahkanlah pohon itu agar
kembali ke tempatnya semula.’ Kemudian beliau memerintahkan pohon itu untuk
kembali ke tempatnya semula, dan pohon itu
kembali ke tempatnya semula. Lalu Nabi berkata, ‘Cukup bagiku’.”[3]
No comments:
Post a Comment