Hamzah bin
Abi Usaid bercerita, “Ketika Rasulullah Saw mengantar jenazah seorang laki-laki
dari golongan Anshar di Baqi’,[1]
tiba-tiba
ada seekor serigala yang duduk menghalangi jalan. Kemudian Rasulullah
berkata, ‘Serigala ini meminta bagian maka berikanlah bagian pada dia.’ Mereka (para
sahabat Nabi) berkata, ‘Bagaimana pendapat engkau wahai Rasulullah?’ Nabi
menjawab, ‘Setiap satu kandang ternak
itu satu kambing setiap tahun.’ Mereka berkata, ‘Banyak
sekali.’ Lalu Rasulullah memberi isyarat kepada serigala itu sambil menoleh ke para sahabat. Serigala pun pergi berlalu sebagai tanda
sepakat dengan keputusan Rasulullah.”[2]
Serigala Berbicara dengan Bahasa Manusia dan Mengakui Kenabian Muhamad Saw
Abi Said al
Khudri r.a. bercerita, “Ketika seorang penggembala sedang menggembalakan
dombanya, tiba-tiba ada seekor serigala yang berusaha memangsa dombanya. Si
penggembala itu pun segera mencegahnya. Setelah gagal memangsa domba, serigala
itu akhirnya duduk dan berkata kepada si penggembala, ‘Apakah kamu tidak takut
kepada Allah SWT karena kamu telah menghalangi diriku untuk mengambil rezekiku?’
Si penggembala menjawab, ‘Aneh, ada sekor serigala berbicara padaku dengan
bahasa manusia.’
Serigala
itu pun berkata, ‘Apakah kamu ingin tahu hal yang menakjubkan lebih dari ini?
Bahwa Muhamad Saw yang tinggal di kota Yatsrib (Madinah) telah mengabarkan
kepada penduduk mengenai berita umat-umat terdahulu.’ Kemudian si penggembala
bergegas menggiring kambing-kambingnya menuju Yatsrib untuk segera bertemu
dengan orang yang diceritakan oleh serigala itu, yaitu Muhamad Saw.
Setibanya
di Yatsrib, si penggembala bertemu Rasulullah dan menceritakan semua kejadian yang
dialaminya. Rasulullah Saw lantas memerintahkan kepada para sahabat untuk berkumpul
di masjid sembari menunaikan shalat berjamaah. Setelah selesai shalat, beliau lalu
keluar menemui si penggembala dan memintanya menceritakan perihal seekor
serigala tadi. Dan dia pun kemudian menceritakan apa yang telah dialaminya kepada
para jamaah.
Rasulullah
Saw berkata, ‘Benar apa yang dikatakannya. Demi Dzat yang diriku ada di dalam
genggaman Kuasa-Nya, bahwa kiamat tidak akan tiba hingga ada binatang-binatang
buas yang berbicara pada manusia dengan bahasa mereka; sampai ada seseorang
yang diajak bicara oleh ujung cambuknya; dan oleh tali sepatunya; serta diberitahu
oleh pahalanya mengenai apa yang telah diperbuat oleh keluarganya
sepeninggalnya’.”[3]
Unta
Berbicara dengan Bahasa Manusia
Ya’la bin
Murrah berkata, “Aku melihat tiga hal dari Rasulullah yang belum pernah dilihat
sebelumnya selain aku. Suatu hari, aku bersama Rasulullah berjalan menuju Makkah
dan di tengah perjalanan kami bertemu seorang perempuan dan anaknya yang
mengalami gangguan jiwa. Perempuan itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, anakku
mengalami ganguan jiwa seperti yang engkau lihat saat ini.’
‘Jika kamu
menghendaki, aku akan mendo’akannya,” ucap Rasulullah. Kemudian beliau
mendo’akan anak
itu.
Lalu kami
meneruskan perjalanan kembali. Sebagaimana peristiwa sebelumnya, kami di tengah
perjalanan bertemu seekor unta. Unta ini tiba-tiba berjalan mendatangi Rasulullah.
Unta ini berkeluh-kesah kepada beliau seraya meletakkan lehernya di atas tanah.
Rasulullah
berkata, ‘Milik siapakah
unta ini?’ Selang beberapa saat, si pemilik unta pun datang.
Rasulullah
kemudian berkata kepada si pemilik unta, ‘Unta ini mengadu
kepadaku bahwa kamu telah banyak mempekerjakannya, hingga ketika sudah tua renta,
kamu berniat akan menyembelihnya.’
Setelah itu, kami meneruskan perjalanan kembali. Di pertengahan
jalan, kami melihat dua pohon yang masing-masing agak berjauhan. Lalu beliau berkata
kepadaku, ‘Pergilah dan panggil kedua pohon itu untuk berkumpul di dekatku.’ Lalu
kedua pohon itu berkumpul (berdekatan) menutupi Rasulullah ketika beliau sedang
menunaikan hajatnya.”[4]
[1] Adalah tempat pemakaman bagi sahabat-sahabat Rasulullah
[Penj].
[2]Hadits Hasan, HR Baihaqi dalam kitabnya Dalâil
al--Nubuwah (6/40-43), HR Abu Nu’aim dan HR Al-Bazar.
[3]Hadits Shahih, HR Ahmad (3/83-84), HR
Tirmidzi (4/476), HR Baihaqi (6/42)
[4]Hadits Shahih, HR Baihaqi dalam kitabnya Dalâil
al-Nubuwah (6/22-23), HR Ibnu Majah (339), HR Al-Darami (4), Hakim (2/617).
No comments:
Post a Comment