Bagi saya kesuksesan hanya dapat dicapai
melalui kegagalan yang berulang-ulang dan introspeksi. Kesuksesan adalah hasil
1% setelah 99% kegagalan.
Soichiro
Honda, Pendiri Honda Motor
KABUPATEN Rote Ndao terletak di
sebelah barat daya Pulau Timor dan merupakan kabupaten kepulauan dan berada di
sisi paling selatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
–berbatasan dengan Laut Timor dan Australia. Kabupaten ini memiliki 102 pulau
kecil, tujuh di antaranya berpenghuni dengan total luas daratan 1.280,1 Km2
dan luas lautan 2.376 Km2. Menurut hasil sensus tahun 2010,
kabupaten ini berpenduduk 119.712 jiwa, dengan tingkat kepadatan 93 jiwa per Km2.
Kondisi geografis
kepulauan ini berakibat pada akses fisik yang sangat sulit, khususnya selama
musim hujan di mana perhubungan laut yang merupakan andalan masyarakat bisa
berhenti total lantaran kondisi laut yang sangat tidak bersahabat bahkan
berbahaya bagi pelayaran. Pada sisi lain, seiring dengan terjadinya perubahan
iklim dan pola hujan yang tidak menentu, berakibat pula pada tingginya dampak
dan peluang risiko bencana.
Berdasarkan
karakteristik geografis dan klimatologis yang ada dapat diidentifikasi beberapa
bencana yang besar kemungkinan terjadi di Kabupaten Rote Ndao, di antaranya, aspek topografis, potensi bencana yang
terjadi dapat berupa tanah longsor dan abrasi pantai. Peluang tanah longsor
bisa terjadi di daerah ketinggian seperti di Rote Selatan dan juga di Kota Baa.
Sedangkan kemungkinan bencana abrasi dapat melanda sepanjang panta Kota Baa
gara-gara aktivitas pembangunan perumahan yang tidak tertata dan penurunan
permukaan tanah. Peluang abrasi juga dapat terjadi lantaran pengerukan pasir
laut di sepanjang kawasan pesisir. Hingga akhir 2011, bencana yang terjadi
berupa tanah longsor dan abrasi pantai di Kota Baa.
Aspek klimatologis, potensi
bencana yang terjadi berupa kekeringan dan banjir. Peluang bencana banjir memang
sangat kecil lantaran keterbatasan hari dan volume curah hujan. Kendati begitu,
perubahan iklim dan pola curah hujan terlihat jelas dampaknya pada tahun panen
2010/2011 di mana curah hujan yang tinggi (La
Nina) menyebabkan gagal panen –khususnya jagung dan padi.
Bencana
yang lain adalah peningkatan penyebaran penyakit ternak sebagai akibat dari
perubahan cuaca yang ekstrim. Pada tahun 2010 sampai awal 2011, penyakit ternak
terbanyak dijumpai pada ternak berukuran kecil seperti kambing, domba dan babi,
kemudian disusul ternak besar (khususnya sapi Bali dan kerbau).
Bencana
perhubungan laut terjadi hampir setiap tahun baik yang menimpa pelayaran
komersil maupun yang menimpa pelayaran perikanan. Sampai pertengahan 2012 telah
tenggelam satu perahu komersil yang sedang membawa sembako dari Kupang ke Rote
dan telah menghilang dua perahu nelayan Papela saat mencari ikan di area MoU
Box 1974.
Aspek struktur ruang. Pola
struktur tata ruang yang ada berbentuk pita bermanik-manik. Hal ini terjadi
karena perkembangan kota mengikuti pengembangan pola jaringan jalan. Dengan
demikian perkembangan yang terjadi tidak optimal lantaran cuma terdapat satu
jalan utama yang membagi wilayah menjadi Utara-Selatan, wilayah-wilayah yang
terletak jauh dari jalan utama belum berkembang secara optimal. Sebab itu,
pendekatan pembangunan diletakkan pada konsep kawasan dan produk komoditi,
yakni untuk wilayah bagian timur diletakkan kebijakan sebagai kawasan
agropolitan, kemudian kawasan barat (selain diarahkan untuk kawasan pariwisata)
juga minapolitan dan Kawasan Terpadu Mandiri (KTM). Sementara daerah pantai dan
pulau-pulau kecil diarahkan menjadi pusat produksi rumput laut. Pemkab
mengupayakan romponisasi agar produksi rumput laut terus meningkat mengingat
permintaan pasar (terutama dari Surabaya) telah rutin. Dengan munculnya
pusat-pusat pertumbuhan/pelayanan, urbanisasi dapat ditekan walau saat ini
pusat-pusat kegiatan masih terkonsentrasi di kota dan kota-kota kecamatan.
A. Peningkatan Sektor Tersier
Terlepas
dari persoalan dan potensi bencana alam tadi, terdapat berbagai potensi
–khususnya potensi sumber daya manusia— yang dapat dimaksimalkan dalam
menghadapi berbagai bencana tersebut. Dari data statistik yang ada terlihat
bahwa potensi sumber daya manusia yang ada sangat menjanjikan baik ditinjau
dari aspek struktur tingkat pendidikan, struktur jenis kelamin, struktur usia
maupun struktur agama.
Berdasarkan
hasil sensus 2010, persebaran penduduk masih terpusat di Kecamatan Lobalain,
yakni 20,74%, kemudian diikuti Kecamatan Rote Barat Laut 18,47%, Kecamatan Rote
Barat Daya 16,29% dan kecamatan-kecamatan yang lain kurang dari 14%. Ini
artinya lebih dari setengah penduduk (55,47%) berada di bagian barat, sedangkan
sisanya tersebar di tujuh kecamatan lain.
Selain
distribusi domisili yang masih terasa senjang, distribusi lapangan kerja
penduduk selama tiga tahun terakhir (2009-2011) cenderung fluktuatif –baik pada
sektor primer, sektor sekunder maupun sektor tersier. Namun, secara umum memperlihatkan
peningkatan distribusi pada sektor tersier dan penurunan pada sektor primer dan
sektor sekunder. Terlihat bahwa lebih dari setengah penduduk (83,51%) bekerja
di sektor primer, sisanya (16,49%) tersebar pada dua sektor yang lain.
Tabel 4.1 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas
Menurut Lapangan Usaha Utama 2009-2011
No
|
Sektor
|
2009 (%)
|
2010 (%)
|
2011 (%)
|
1
|
Primer
|
62,9
|
62,48
|
83,51
|
2
|
Sekunder
|
13,01
|
17,06
|
5,69
|
3
|
Tersier
|
17,09
|
20,46
|
10,80
|
Jumlah
|
100
|
100
|
100
|
Keterangan:
Primer = Pertanian
Sekunder = Pertambangan dan
Galian, Industri, Listrik, Gas
dan Air, Konstruksi
Tersier = Perdagangan,
Angkutan, Keuangan dan Jasa
Sumber: Survei Angkatan
Kerja Nasional (SAKERNAS) 2011
Besarnya
distribusi penduduk di sektor primer (pertanian) terkait erat dengan tingkat
pendidikan penduduk yang sebagian besar (82,83%) hanya mampu menamatkan
pendidikan formal maksimal sampai SLTP pada tahun 2011. Sedangkan penduduk yang
berpendidikan SM-Sarjana cuma 17,17%. Kenyataan ini berpengaruh terhadap
kontribusi ekonomi penduduk yang bekerja di sektor primer terhadap kondisi sosial-ekonomi
daerah secara menyeluruh.
Distribusi
penduduk berdasarkan struktur umur ikut memberi pengaruh terhadap produktivitas
ekonomi secara kolektif. Tampak bahwa dengan struktur umur penduduk usia
produktif (15-64 tahun) hanya 57,11% dan usia non-produktif (0-14 tahun dan
atau >65 tahun) mencapai 42,89% maka beban ekonomi terasa cukup berat. Pada
tahun 2007 rasio ketergantungan mencapai 1,32%, artinya beban yang mesti
dipikul oleh penduduk usia produktif untuk membiayai beban hidup penduduk yang
belum/tidak produktif sangat tinggi.
B. Kesejahteraan Masyarakat Meningkat
Salah satu
indikator kemajuan suatu daerah atau wilayah dapat dilihat pada tingkat
kesejahteraan masyarakat yang meliputi pendidikan, kesehatan, kemiskinan,
kepemilikan tanah, kesempatan kerja dan kriminalitas.
Indikator pendidikan, dapat
dilihat dari angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi
murni, angka partisipasi kasar dan angka jenjang pendidik yang ditamatkan. Selama
tiga tahun terakhir (2009-2011) terasa pembangunan sektor pendidikan di
Kabupaten Rote Ndao menunjukkan gelagat perbaikan pada hampir semua indikator,
kecuali indikator angka jenjang pendidikan yang ditamatkan yang masih berada di
sekitar angka 6,2 tahun.
Rendahnya
tingkat pendidikan penduduk berbanding lurus dengan kualitas angkatan kerja di
Kabupaten Rote Ndao yang juga rendah. Hal ini dirasakan ketika mereka memasuki
pasar kerja lantaran tingkat persaingan dunia kerja yang menuntut calon-calon pekerja
dengan kualifikasi pendidikan yang semakin tinggi.
Tabel 4.2 Pencapaian Kinerja Bidang Pendidikan
di Kabupaten Rote Ndao
No
|
Indikator
|
2009
|
2010
|
2011
|
1
|
Angka melek huruf usia >15 th
|
87,65
|
--
|
97
|
2
|
Angka rerata lama sekolah
|
6,2
|
6,2
|
6,2
|
3
|
Angka partisipasi murni (%)
|
|||
SD
|
108,07
|
111,05
|
109,8
|
|
SLP
|
99,18
|
98,35
|
96,08
|
|
SLTA/SMK
|
85,07
|
88,07
|
85,07
|
|
4
|
Angka partisipasi kasar
|
|||
SD
|
121,83
|
117,05
|
117,05
|
|
SLTP
|
80,57
|
99,57
|
98,23
|
|
SLTA/SMK
|
88
|
91
|
91
|
|
5
|
Angka pendidikan yang ditamatkan
|
|||
SD
|
33,91
|
24,27
|
35,66
|
|
SLTP
|
11,63
|
15,58
|
12,71
|
|
SLTA/SMK
|
10,39
|
13,58
|
12,85
|
|
Diploma I/II
|
0,37
|
0,37
|
1,23
|
|
Diploma III/Sarjana Muda
|
0,47
|
0,47
|
0,34
|
|
Diploma IV/Sarjana/S1/S2
|
1,13
|
1,13
|
2,75
|
Sumber: - BPS Provinsi NTT, Indeks Pembangunan Manusia NTT 2008
- Susenas 2007, 2009, 2011
- Rote Ndao dalam Angka 2009, 2010, 2011, 2012
Yang
sedikit menggembirakan, dalam dua tahun terakhir (2010-2011) angka kelulusan
pendidikan SLTP dan SLTA mencapai angka 100%. Dengan pencapaian ini, Kabupaten
Rote Ndao menempati peringkat terbaik kelulusan siswa SLTP-SLTA se-Provinsi NTT
dalam dua tahun belakangan. Rote Ndao pun mampu mendongkrak kualitas
pembangunan sektor pendidikan di NTT yang terpuruk.
Kemudian
indikator kesehatan, dilihat dari angka kematian bayi, angka usia harapan
hidup, dan balita gizi buruk. Angka kematian bayi di Kabupaten Rote Ndao
bersifat fluktuatif. Pun demikian dengan angka balita gizi buruk. Jumlah
kematian bayi pada tahun 2008 sebesar 21,53 dari total 1.000 kelahiran hidup,
lalu menurun menjadi 3,37 pada tahun 2009 sebelum naik lagi ke angka 14 dan
34,2 pada tahun 2010 dan 2011. Perilaku warga masyarakat yang belum sesuai
dengan Pola hidup Bersih dan Sehat (PHBS) memberi andil besar atas derajat
kesehatan masyarakat yang rendah. Terdapat 10 penyakit yang menjangkiti warga
Rote Ndao, yakni Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) akut; penyakit pada sistem
otot dan jaringan pengikat; malaria klinis; observasi fibris; penyakit kulit infeksi;
diare (termasuk terduga kholera); penyakit kulit alergi; Myalgia; Gastritis dan
penyakit lain-lain. Pada dasarnya penyakit-penyakit yang terjadi di wilayah
Kabupaten Rote Ndao dapat dicegah bilamana warga masyarakat secara sadar
bersedia menerapkan pola hidup sehat dan menjaga lingkungannya tetap bersih dan
sehat.
Angka usia
harapan hidup hanya sedikit mengalami perubahan, tahun 2009 berada pada angka
67,6 tahun naik menjadi 67,9 pada tahun 2010 dan 2011. Sementara itu angka
balita gizi buruk berfluktuasi sedikit dari 0,93 (2009), 1,17 (2010) dan 0,96
(2011). Pemerintah Kabupaten Rote Ndao berusaha memperbaiki gizi balita dengan
mengandalkan pangan lokal yang dikenal padat gizi.
Indikator kemiskinan, biasa
dilihat dari dinamika angka penduduk miskin sesuai dengan perkembangan Garis
Kemiskinan. Data statistik dari Pemerintah Kabupaten Rote Ndao menggambarkan
bahwa perkembangan jumlah penduduk miskin sejak tahun 2006 cenderung fluktuatif
dan mencapai puncaknya pada tahun 2008, yakni sebesar 36,56% (naik dari 27,83%
tahun 2006) sebelum berangsur-angsur menurun kembali pada tahun 2009 (34,09%)
dan 2010 (32,81%).
Indikator kesempatan kerja.
Kesempatan kerja merupakan peluang penduduk yang masuk dalam kategori angkatan
kerja untuk memperoleh pekerjaan. Tercatat bahwa pada tahun 2008 kesempatan
kerja mencapai 94,98% yang kemudian mengalami penurunan menjadi 94,25% pada
tahun 2011.
Indikator kriminalitas. Indikator
ini mencerminkan tingkat keseriusan pemerintah dalam mengelola dan menangani
kasus-kasus kriminalitas di satu sisi dan tingkat kesadaran masyarakat untuk
tidak melakukan tindakan kriminalitas pada sisi yang lain. Pada tahun 2006
indikator kriminalitas mencapai 93% dan diharapkan terus mengalami penurunan
pada tahun-tahun mendatang.
C. Pelayanan Umum
Kualitas pelayanan
umum dapat diukur dari beberapa variabel, antara lain pelayanan pendidikan,
pelayanan kesehatan, lingkungan hidup, pengadaan sarana dan prasarana umum
serta perhubungan.
Mari kita
lihat mulai dari pelayanan pendidikan.
Tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao memperoleh anggaran pembangunan
sektor pendidikan sebesar Rp25.530.901.289 dari APBD (16% dari APBD Kabupaten
Rote Ndao 2012) dan Rp10.034.980 dari APBN. Anggaran sebesar itu digunakan
untuk membangun perpustakaan, ruang kelas baru, rehabilitasi ruang kelas dan
aula sekolah-sekolah yang ada di seluruh wilayah Kabupaten Rote Ndao. Tahun
sebelumnya, 2011, sektor pendidikan memperoleh alokasi dari APBD sebesar
Rp45.171.536.522 dan Rp12.181.900.000 dari APBN. Gambaran jumlah sekolah yang ada
di Kabupaten Rote Ndao saat ini: jumlah kelas 1.358 unit, ruang kelas rusak
berat 255 unit dan ruang kelas baru 121 unit.
Selain buat
memperbaiki dan membangun kelas baru, anggaran pendidikan juga dialokasikan
buat Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Untuk tingkat SD, BOS yang
digelontorkan mencapai Rp2.925.085.000. Sedangkan jenjang SMP dianggarkan dana
BOS sebesar Rp1.094.465.000. Dan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao telah
melaksanakan pendidikan gratis tingkat SD dan SMP sejak tahun anggaran 2010.
Dengan
prioritas pembangunan sektor pendidikan yang memperoleh alokasi anggaran yang
cuku, kini Pemerintah Kabupaten Rote Ndao menuai buah baik bahwa lulusan siswa
SLTP dan SLTA dalam dua tahun terakhir mencapai angka sempurna, 100%. Sebuah
pencapaian yang lumayan membanggakan mengingat kualitas sumber daya manusia
yang masih relatif terbatas. Pencapaian ini pun mampu memberikan kontribusi
yang berarti bagi prestasi kelulusan siswa-siswa tingkat SLTP dan SLTA wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sempat terpuruk. Berkat prestasi
kelulusan siswa-siswi SLTP dan SLTA Kabupaten Rote Ndao, kelulusan siswa-siswi
SLTP dan SLTA sewilayah Provinsi NTT tidak terlampau mengecewakan.
Pelayanan kesehatan. Tahun
2012, sektor kesehatan memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp3,33 miliar dari
APBN dan Rp15,82 miliar dari APBD (12,42% dari total APBD Kabupaten Rote Ndao).
Dari dana sebesar itu, sekitar Rp2,57 miliar digunakan untuk membiayai perluasan
gedung Kantor Dinas Kesehatan, perluasan instalasi farmasi (pembangunan gudang
obat P2P dan ruang vaksin), rehabilitasi instalasi farmasi kabupaten, dan
perluasan Puskesmas Delha menjadi Puskesmas mampu PONED. Masih dari dana
sekitar Rp2,57 miliar itu, dialokasikan pula buat dana pembangunan rumah tenaga
paramedis Puskesmas Delha, Oelaba dan Korbafo; pembangunan rumah dokter
Puskesmas Delha, Oelaba, Korbafo dan Busalangga; dan pembangunan lanjutan ruang
persalinan Puskesmas Busalangga.
Dana sektor
kesehatan tahun 2012 lebih besar dibandingkan tahun 2011 yang hanya Rp18,69
miliar. Yang cukup menarik, dana kesehatan tahun 2011 juga dialokasikan untuk
meng-cover dana Jamkesmas sebesar
Rp1,145 miliar dengan peserta sebanyak 86.816 jiwa dan dana Jampersal senilai
Rp525 juta. Selain tentunya juga untuk pembangunan fisik ruang persalinan
Puskesmas Busalangga dan Puskesmas Baa; pembangunan dapur gizi Puskesmas
Oelaba, Eahun dan Korbafo; ruang konsultasi gizi Puskesmas Oelaba, Eahun dan
Korbafo; dan ruang pertemuan Puskesmas Sotimori, Sonimanu dan Delha.
Berkat
penganggaran yang terencana relatif baik, Kabupaten Rote Ndao kini telah
memiliki satu unit rumah sakit, 12 unit Puskesmas, 85 unit Puskesmas Pembantu
(Pustu), dan 6 unit Poskesdes (Pos Kesehatan Desa). Pemerintah Kabupaten Rote
Ndao terus berupaya memperluas pelayanan kesehatan dengan menambah sarana fisik
pelayanan kesehatan dan program-program jaminan kesehatan –terutama untuk
masyarakat yang kurang mampu.
Kualitas pelayanan lingkungan hidup. Dalam hal
ini dapat diukur dari penanganan sampah, akses air minum dan permukinan yang
tertata apik. Selama tiga tahun terakhir (2009-2011), persentase penanganan
sampah mengalami kenaikan dari 62%, 70% sampai 73%. Demikian pula akses air
minum bergerak dari angka 69,62%, 72,63% sampai 87,39%. Sumber air minum yang
ada meliputi air minum isi ulang (0,75%), ledeng meteran (8,08%), ledeng eceran
(8,23%), sumur terlindung (57,08%), sumur tak terlindung (5,13%), mata air
terlindung (15,29%), mata air tak terlindung (4,16%), sungai (0,70%), dan
lain-lain (0,59%).
Ketersediaan
air bersih yang diukur dari persentase rumah tangga yang memiliki akses air
bersih menampakkan gelagat peningkatan yang lumayan berarti. Tahun 2008,
ketersediaan air bersih baru 4,70%. Angka ini kemudian meningkat menjasi 13,81%
*2009), 15,71% (2010) dan 16,75% (2011). Ketersediaan air bersih itu dapat pula
dilihat dari pelanggan PDAM Kabupaten Rote Ndao. Tahun 2010, PDAM baru melayani
tiga kecamatan, yakni Lobalain, Rote Timur dan Pantai Baru dengan jumlah
pelanggan sebanyak 1.414 unit dan konsumsi 349.866 M3. Selanjutnya
pada tahun 2011, PDAM melebarkan pelayanan dengan memasok air bersih ke
Kecamatan Delha dan jumlah pelanggan meningkat menjadi 1.597 unit dan konsumsi
air bersih sebanyak 376.573 M3. Agar pelanggan meningkat dan air
bersih yang dijual bertambah, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao mendorong langkah
penyulingan air laut sebagai bahan baku air bersih PDAM. Tahun 2011, penyulingan
air laut telah dilakukan di sekitar Pulau Ndana dan Pulau Usul. Dan di tahun
2012, penyulingan air laut dilaksanakan di sekitar Pulau Landu dan Pulau Nuse.
Kemudian
dari kondisi lingkungan permukiman warga, catatan terakhir tahun 2012
menggambarkan proporsi rumah tembok sebanyak 57,91%, rumah kayu 10,60%, dan
rumah lainnya 31,49%. Selain itu, yang juga cukup menggembirakan ada
kecenderungan naik jumlah perkampungan yang tertata dari 33,8% (2009), 34,2%
(2010) dan 35% (2011). Pun permukiman yang layak huni mengalami gelagat
peningkatan cukup signifikan: 67,5% (2009), 67,9% (2010), dan 68,4% (2011).
Rumah tinggal yang bersanitasi layak sehat mengalami kenaikan pula: 77,23%,
78,92% dan 79,81%. Pemerintah Kabupaten Rote Ndao menganggarkan dana sebesar Rp701
juta pada tahun 2012 untuk peningkatan sanitasi yang sehat dan ramah lingkungan.
Pelayanan sarana dan prasarana umum. Dari sisi
ini, kita dapat melihat pada proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
yang mengalami peningkatan lumayan berarti dari 34,01% (2009) menjadi 36,17%
(2010) dan 67,33% (2011). Tahun 2012 disediakan anggaran sebesar Rp4,439 miliar
untuk perbaikan jalan. Kemudian rasio jaringan irigasi pun memperlihatkan
kenaikan cukup signifikan berkisar 1,12%, 1,824% dan 2,528% serta dialokasikan
anggaran senilai Rp3,219 miliar untuk perbaikan dan peningkatan jaringan
irigasi. Juga rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk yang stabil pada
angka 8,69.
Secara
keseluruhan, tahun anggaran 2012, dana alokasi khusus bidang pekerjaan umum
mencapai Rp9,209 miliar dengan rincian: infrastruktur jalan Rp4,439 miliar,
infrastruktur irigasi Rp3,219 miliar, infrastruktur air minum Rp849 juta, dan
infrastruktur sanitasi sebesar Rp701.780.000. Dana ini diupayakan buat
membangun dan memperbaiki sarana dan prasarana infrastruktur di 10 wilayah kecamatan.
Dengan
perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan infrastruktur pekerjaan umum
diharapkan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao mampu memaksimalkan pemberdayaan dan
pemanfaatan potensi pertambangan, pariwisata, pertanian, perikanan dan
kelautan.
Kualitas
pelayanan infrastruktur itu kemudian diperkuat lagi dengan peningkatan kualitas
pelayanan bidang perhubungan. Hal ini tampak pada jumlah uji kir kendaraan angkutan
umum yang cukup besar pada dua tahun terakhir: 297 (2010) dan 265 (2011). Sementara
untuk mendukung kelancaran arus penumpang dan barang, Pemkab Rote Ndao telah
menyediakan enam pelabuhan laut, pelabuhan udara dan terminal bus. Ketersediaan
sarana pelayanan perhubungan ini diharapkan pula menambah daya tarik investasi
di wilayah paling selatan NKRI ini.
D. Peningkatan Daya Saing
Investasi
dapat dikatakan merupakan darah segar bagi percepatan pembangunan dan gerak
ekonomi masyarakat Kabupaten Rote Ndao. Tanpa adanya investasi, pembangunan
besar kemungkinan akan melambat bahkan mandek (stagnan). Namun begitu tidak
semua daerah (kabupaten) bisa secara mudah menarik para pemilik modal
menanamkan dana di daerahnya. Semua daerah bersaing ketat guna mendapatkan
investor sebanyak mungkin. Investor akan senang hati masuk ke daerah-daerah
yang memiliki kelengkapan infrastruktur jaringan jalan, listrik, air bersih,
dan perizinan yang cepat dan murah.
Sebab itu,
untuk terus meningkatkan daya saing daerah, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao
bekerja keras menggenjot pembangunan infrastruktur berupa bangunan jalan,
embung-embung, listrik, dan telekomunikasi seluler yang kini telah mampu
menjangkau delapan dari 10 wilayah kecamatan yang ada. Pelayanan perizinan yang
cepat dan tepat diberikan pula melalui Kantor Pelayanan Terpadu.
Ihwal
fasilitas kelistrikan, dalam tiga tahun terakhir, rasio ketersediaan daya
listrik tergambar pada fluktuasi: 21,2%, 25,3%, 26,2% dan 30,1%. Pemerintah
Kabupaten Rote Ndao menargetkan 100% rumah tangga dapat teraliri listrik pada
tahun 2014. Untuk itu Pemerintah Kabupaten terus berupaya menggandeng PLN dan
investor swasta untuk menggapai target tersebut. Termasuk secepatnya
merampungkan pembangunan PLTU di Rote Tengah yang telah dimulai pada September
2012.
Daya saing
daerah tidak semata-mata didorong melalui pembangunan infrastruktur fisik. Karena,
daya saing lebih menunjuk pada kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai
pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap
terbuka pada persaingan domestik dan internasional.
Daya saing
daerah ditentukan oleh beberapa indikator, yakni kemampuan ekonomi daerah,
fasilitas wilayah, iklim berinvestasi, dan kualitas sumber daya manusia.
Kemampuan
ekonomi daerah menjadi daya tarik dan merupakan cermin kualitas dan kuantitas
kegiatan perekonomian khususnya –baik pada level rumah tangga maupun level
komunitas. Berdasarkan realisasi pencapaian kinerja pembangunan di Kabupaten
Rote Ndao terlihat bahwa kemampuan ekonomi daerah ini terus mengalami
peningkatan pada semua indikator kemampuan ekonomi daerah. Dari sisi
pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita misalkan, tahun 2009 baru sebesar
Rp233.694, tahun 2010 naik menjadi Rp380.052, dan tahun 2011 naik lagi ke angka
Rp392.720. Kemudian pengeluaran konsumsi non-pangan: tahun 2009 sebanyak
34,42%, 2010 sekitar 40,34% dan 2011 sekitar 46,42%.
Tabel 4.3 Kemampuan Ekonomi Daerah Kabupaten
Rote Ndao
No
|
Indikator
|
2009
|
2010
|
2011
|
1
|
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita (Rp)
|
233.694
|
380.052
|
392.720
|
2
|
Pengeluaran konsumsi non-pangan per kapita (%)
|
34,42
|
40,34
|
46,42
|
3
|
Produktivitas total daerah (Rp miliar)
|
522,11
|
597,4
|
692,76
|
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao 2010, 2011,
2012
Lalu,
bagaimana dengan daya saing daerah dari indikator fasilitas wilayah? Dalam tiga
tahun belakangan, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao mampu menjaga stabilitas rasio
panjang jalan per jumlah kendaraan bermotor pada angka 1,23. Kemudian dari sisi
jumlah orang dan barang yang mampu diangkut oleh kendaraan angkutan umum
terlihat peningkatan yang lumayan berarti. Dari jumlah orang, kendaraan angkutan
umum di Rote Ndao mampu mengangkut penumpang pada kisaran 207 ribu sampai 209
ribu orang. Sementara itu dari sisi barang, berhasil diangkut barang sekitar 21
ribu ton sampai 23 ribu ton.
Selanjutnya,
dari indikator penataan wilayah, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao berhasil
mengurangi wilayah kekeringan: 78.098 Ha (2009), 70.098 Ha (2010), dan 51.068
Ha (2011). Sedangkan luas wilayah produktif, wilayah banjir dan wilayah
perkotaan relatif stabil.
Berikutnya,
fasilitas lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan non-bank, terdapat
lima lembaga jenis ini beroperasi di wilayah Kabupaten Rote Ndao. Di sini ada
satu cabang BRI (Bank BRI Cabang Baa) dan tiga cabang Bank NTT (di antaranya Cabang
Rote Ndao dan Cabang Pantai Baru). Yang agak kurang menggembirakan, kredit yang
dikucurkan Bank BRI misalkan, dari penggelontoran sekitar Rp45 miliar di tahun
2011, sekitar Rp42 miliar merupakan kredit konsumsi dan hanya sekitar Rp3
miliar yang digunakan untuk modal kerja. Selain itu, untuk lembaga keuangan
non-bank terdapat satu kantor cabang PT Asuransi Jiwasraya yang beroperasi di
Rote Ndao. Juga terdapat Pegadaian Cabang Baa yang pada tahun 2010 mengucurkan
kredit rata-rata Rp19 miliar per bulan dan menerima pelunasan sekitar Rp16
miliar per bulan. Tahun 2011, per bulan, kucuran kredit Pegadaian Cabang Baa mencapai
Rp24,9 miliar dan pelunasan sekitar Rp22,8 miliar.
Masih
seputar fasilitas sejenis lembaga keuangan, data 2012, di Kabupaten Rote Ndao
terdapat 107 unit koperasi dengan rincian 65 unit Koperasi Serba Usaha, 10 unit
Koperasi Unit Desa (KUD), 6 unit Koperasi Pegawai Negeri, 6 unit Koperasi
Kredit, 8 unit Koperasi Lain, 4 unit Koperasi Pertanian, 7 unit Koperasi
Wanita, dan satu unit Koperasi ABRI. Koperasi sebanyak itu memiliki 8.661
anggota aktif dan memobilisasi dana simpanan pokok Rp445.424.750, simpanan
wajib Rp2.205.731.086 dan simpanan sukarela sebesar Rp640.060.475.
Kemudian pada
sisi fasilitas akomodasi hotel dan penginapan, di wilayah Kabupaten Rote Ndao
terdapat satu hotel berbintang satu, sembilan hotel melati, dan 64 losmen (Rote dalam Angka 2012). Sementara
fasilitas restoran ada 38 unit.
Bagaimana
pula iklim investasi yang sesungguhnya di Kabupaten Rote Ndao? Dilihat dari
keamanan dan ketertiban, kasus-kasus kriminal di wilayah ini relatif kecil,
sepanjang tahun 2009 terjadi 267 kasus, 331 kasus di tahun 2010 dan tahun 2011
menurun cukup tajam jadi 193 kasus.
Pada sisi
pemasukan pajak dan retribusi daerah relatif stabil. Pemasukan pajak berada
pada kisaran Rp2,6 miliar sampai Rp2,8 miliar. Sedangkan pemasukan retribusi
daerah sekitar Rp3,6 miliar sampai Rp3,8 miliar. Atas dasar data ini dapat
dikatakan bahwa para investor tidak perlu merasa khawatir dan was-was bahwa
berinvestasi di Rote Ndao akan dibebani pajak dan retribusi daerah yang
berlebihan. Semua sudah ditata secara tepat sesuai dengan potensi dan proporsi yang
ada.
Lalu daya
dukung sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia Rote Ndao boleh
dikatakan relatif tidak mengecewakan. Tahun 2009 misalkan, sebanyak 41 orang asal
Rote bekerja di Malaysia. Kemudian tahun 2010, sebanyak 440 orang bekerja di
Malaysia, 13 orang di Singapura dan dua orang di Hongkong. Data ini menyiratkan
bahwa sumber daya manusia (tenaga kerja) asal Rote Ndao mampu bersaing dalam
pasar kerja ke mancanegara.
Memang,
harus diakui, bahwa sebagian besar (83,51%) tenaga kerja di Rote Ndao bekerja
di sektor pertanian (primer). Satu hal yang patut menjadi pertimbangan adalah
kualitas mental mereka cukup bagus. Hal ini terlihat (sebagaimana hasil Susenas
2011) sekitar 34,24% tenaga kerja bekerja sendiri atau mandiri dan 20,99%
bekerja dengan melibatkan orang-orang terdekat mereka. Hanya sekitar 10,34%
yang bermental buruh atau karyawan. Dari gambaran ini dapat dikatakan bahwa investasi
sektor pertanian dan perkebunan akan lebih kondusif perkembangannya di Bumi Ita
Esa ini.
Secara makro
ekonomi, dalam tiga tahun belakangan, wilayah Kabupaten Rote Ndao cukup
kondusif utnuk berinvestasi. Dalam tiga tahun terakhir (2009-2011), pertumbuhan
ekonomi kabupaten ini berada pada kisaran 4,68% sampai 5,56% per tahun. Angka
pengangguran relatif kecil, sekitar 5,45% sampai 5,75%. Angka kemiskinan pun
relatif stabil di angka 32,80% sampai 34,09%. Kemudian dengan pendapatan per
kapita sekitar Rp4,5juta, daya beli masyarakat tentu tidak terlampau buruk.
Apa yang
telah dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Rote Ndao di bawah kepemimpinan Bupati
Lens Haning tidak mengecewakan. Ada banyak keberhasilan telah diretas yang
harus dituntaskan. Dalam rentang dua tahun pengabdian yang masih tersisa, Lens
Haning berusaha semakin mengintensifkan kunjungan “Mendengar Suara Rakyat”
–terutama ke wilayah-wilayah terpencil yang belum sempat dikunjungi dalam tempo
tiga tahun ini.
Lens
berusaha mewujudkan mimpi bahwa di akhir masa pengabdiannya seluruh wilayah
Kabupaten Rote Ndao telah dapat dikunjungi dan rakyatnya disapa sepenuh hati.
Dia ingin seperti Gubernur DKI Jakarta periode 1987-1992 Wiyogo Atmodarminto
yang di akhir masa jabatannya (Oktober 1992) berhasil menyapa rakyat Jakarta
yang tersebar di 265 kelurahan, 44 kecamatan dan lima wilayah kota. Setiap hari
Jumat dan hari Minggu, Bang Wi (sapaan akrab Wiyogo Atmodarminto di mata warga
Jakarta) dengan mengendarai motor kesayangannya masuk-keluar kampung-kampung
Jakarta yang penuh warna-warni. Menyapa warga di perkampungan kumuh. Mengajak
bekerja bakti warga perumahan elit. Dan, menggelar pengobatan murah buat warga
kurang beruntung.
Lens Haning
ingin rakyat Rote Ndao betul-betul merindukan kehadirannya yang penuh dedikasi,
konservasi, inovasi dan rekonsiliasi. Dia ingin benar-benar rakyat-masyarakat
Rote Ndao bersatu dalam kebersamaan untuk memajukan Bumi Ita Esa sebagai pintu
terdepan NKRI.
Lens
benar-benar hendak menyempurnakan 10 misi pembangunan Pemerintah Kabupaten Rode
Ndao. Misi pembangunan yang meliputi: pertama,
meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) pesisir dan
laut. Kedua, meningkatkan produksi
dan produktivitas sumberdaya kultural.
Ketiga, menciptakan lapangan kerja dan
iklim berusaha yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Keempat, meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
(kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan).
Kelima, mengembangkan Sistem Informasi
Manajemen Daerah (SIMDA). Keenam, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah yang bertumpu pada pengembangan potensi ekonomi
geografis.
Ketujuh, meningkatkan penyediaan dan
pemerataan sarana dan prasarana publik. Kedelapan,
mengembangkan pariwisata dan budaya lokal.
Kesembilan, meningkatkan pelaksanaan
pemerintahan yang baik. Dan kesepuluh,
mengembangkan rekayasa dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
Bupati Lens
Haning menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah dilakuannya selama tiga tahun
memimpin Kabupaten Rote Ndao masih jauh dari keberhasilan yang memuaskan
segenap rakyat-masyarakat Rote. Masih banyak kegagalan atau kekurangan yang
harus diperbaiki, mulai dari kualitas SDM yang belum menggembirakan, kemiskinan
di sejumlah wilayah, disparitas pembangunan antarwilayah, sampai daya dukung
infrastruktur yang belum terlalu kuat buat dijadikan daya tarik investasi.
Untuk
menyelesaikan isu-isu tersebut agar berbuah keberhasilan, Lens Haning mengajak
segenap rakyat-masyarakat, aparatur pemerintah kabupaten dan mitra kerja terus
bekerja keras mengimplementasikan misi pembangunan yang telah dicanangkan
bersama. Lens akan memanfaatkan waktu yang tersisa untuk terus menyambangi
rakyat-masyarakat Rote, terus aktif membangkitkan partisipasi aktif rakyat agar
mampu memberdayakan dirinya keluar dari garis kemiskinan. Terus memberi teladan
kerja keras dan kerja cerdas agar rakyat tidak berkubang pada kegagalan demi
kegagalan.
Bupati Lens
Haning tak hendak terjebak pada ujaran ekstrim Soichiro Honda (pendiri Honda
Motor) bahwa kesuksesan adalah hasil 1% setelah 99% kegagalan. ***
No comments:
Post a Comment