Tuesday, February 19, 2013

Refleksi Tiga Tahun Kepemimpinan Leonard Haning




Bagi saya kesuksesan hanya dapat dicapai melalui kegagalan yang berulang-ulang dan introspeksi. Kesuksesan adalah hasil 1% setelah 99% kegagalan.
Soichiro Honda, Pendiri Honda Motor

KABUPATEN Rote Ndao terletak di sebelah barat daya Pulau Timor dan merupakan kabupaten kepulauan dan berada di sisi paling selatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) –berbatasan dengan Laut Timor dan Australia. Kabupaten ini memiliki 102 pulau kecil, tujuh di antaranya berpenghuni dengan total luas daratan 1.280,1 Km2 dan luas lautan 2.376 Km2. Menurut hasil sensus tahun 2010, kabupaten ini berpenduduk 119.712 jiwa, dengan tingkat kepadatan 93 jiwa per Km2.
Kondisi geografis kepulauan ini berakibat pada akses fisik yang sangat sulit, khususnya selama musim hujan di mana perhubungan laut yang merupakan andalan masyarakat bisa berhenti total lantaran kondisi laut yang sangat tidak bersahabat bahkan berbahaya bagi pelayaran. Pada sisi lain, seiring dengan terjadinya perubahan iklim dan pola hujan yang tidak menentu, berakibat pula pada tingginya dampak dan peluang risiko bencana.
Berdasarkan karakteristik geografis dan klimatologis yang ada dapat diidentifikasi beberapa bencana yang besar kemungkinan terjadi di Kabupaten Rote Ndao, di antaranya, aspek topografis, potensi bencana yang terjadi dapat berupa tanah longsor dan abrasi pantai. Peluang tanah longsor bisa terjadi di daerah ketinggian seperti di Rote Selatan dan juga di Kota Baa. Sedangkan kemungkinan bencana abrasi dapat melanda sepanjang panta Kota Baa gara-gara aktivitas pembangunan perumahan yang tidak tertata dan penurunan permukaan tanah. Peluang abrasi juga dapat terjadi lantaran pengerukan pasir laut di sepanjang kawasan pesisir. Hingga akhir 2011, bencana yang terjadi berupa tanah longsor dan abrasi pantai di Kota Baa.
Aspek klimatologis, potensi bencana yang terjadi berupa kekeringan dan banjir. Peluang bencana banjir memang sangat kecil lantaran keterbatasan hari dan volume curah hujan. Kendati begitu, perubahan iklim dan pola curah hujan terlihat jelas dampaknya pada tahun panen 2010/2011 di mana curah hujan yang tinggi (La Nina) menyebabkan gagal panen –khususnya jagung dan padi.
Bencana yang lain adalah peningkatan penyebaran penyakit ternak sebagai akibat dari perubahan cuaca yang ekstrim. Pada tahun 2010 sampai awal 2011, penyakit ternak terbanyak dijumpai pada ternak berukuran kecil seperti kambing, domba dan babi, kemudian disusul ternak besar (khususnya sapi Bali dan kerbau).
Bencana perhubungan laut terjadi hampir setiap tahun baik yang menimpa pelayaran komersil maupun yang menimpa pelayaran perikanan. Sampai pertengahan 2012 telah tenggelam satu perahu komersil yang sedang membawa sembako dari Kupang ke Rote dan telah menghilang dua perahu nelayan Papela saat mencari ikan di area MoU Box 1974.
Aspek struktur ruang. Pola struktur tata ruang yang ada berbentuk pita bermanik-manik. Hal ini terjadi karena perkembangan kota mengikuti pengembangan pola jaringan jalan. Dengan demikian perkembangan yang terjadi tidak optimal lantaran cuma terdapat satu jalan utama yang membagi wilayah menjadi Utara-Selatan, wilayah-wilayah yang terletak jauh dari jalan utama belum berkembang secara optimal. Sebab itu, pendekatan pembangunan diletakkan pada konsep kawasan dan produk komoditi, yakni untuk wilayah bagian timur diletakkan kebijakan sebagai kawasan agropolitan, kemudian kawasan barat (selain diarahkan untuk kawasan pariwisata) juga minapolitan dan Kawasan Terpadu Mandiri (KTM). Sementara daerah pantai dan pulau-pulau kecil diarahkan menjadi pusat produksi rumput laut. Pemkab mengupayakan romponisasi agar produksi rumput laut terus meningkat mengingat permintaan pasar (terutama dari Surabaya) telah rutin. Dengan munculnya pusat-pusat pertumbuhan/pelayanan, urbanisasi dapat ditekan walau saat ini pusat-pusat kegiatan masih terkonsentrasi di kota dan kota-kota kecamatan.

A. Peningkatan Sektor Tersier
Terlepas dari persoalan dan potensi bencana alam tadi, terdapat berbagai potensi –khususnya potensi sumber daya manusia— yang dapat dimaksimalkan dalam menghadapi berbagai bencana tersebut. Dari data statistik yang ada terlihat bahwa potensi sumber daya manusia yang ada sangat menjanjikan baik ditinjau dari aspek struktur tingkat pendidikan, struktur jenis kelamin, struktur usia maupun struktur agama.
Berdasarkan hasil sensus 2010, persebaran penduduk masih terpusat di Kecamatan Lobalain, yakni 20,74%, kemudian diikuti Kecamatan Rote Barat Laut 18,47%, Kecamatan Rote Barat Daya 16,29% dan kecamatan-kecamatan yang lain kurang dari 14%. Ini artinya lebih dari setengah penduduk (55,47%) berada di bagian barat, sedangkan sisanya tersebar di tujuh kecamatan lain.
Selain distribusi domisili yang masih terasa senjang, distribusi lapangan kerja penduduk selama tiga tahun terakhir (2009-2011) cenderung fluktuatif –baik pada sektor primer, sektor sekunder maupun sektor tersier. Namun, secara umum memperlihatkan peningkatan distribusi pada sektor tersier dan penurunan pada sektor primer dan sektor sekunder. Terlihat bahwa lebih dari setengah penduduk (83,51%) bekerja di sektor primer, sisanya (16,49%) tersebar pada dua sektor yang lain.
Tabel 4.1 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas
Menurut Lapangan Usaha Utama 2009-2011
No
Sektor
2009 (%)
2010 (%)
2011 (%)
1
Primer
62,9
62,48
83,51
2
Sekunder
13,01
17,06
5,69
3
Tersier
17,09
20,46
10,80

Jumlah
100
100
100
Keterangan:
Primer = Pertanian
Sekunder = Pertambangan dan Galian, Industri, Listrik, Gas
dan Air, Konstruksi
Tersier = Perdagangan, Angkutan, Keuangan dan Jasa
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2011

Besarnya distribusi penduduk di sektor primer (pertanian) terkait erat dengan tingkat pendidikan penduduk yang sebagian besar (82,83%) hanya mampu menamatkan pendidikan formal maksimal sampai SLTP pada tahun 2011. Sedangkan penduduk yang berpendidikan SM-Sarjana cuma 17,17%. Kenyataan ini berpengaruh terhadap kontribusi ekonomi penduduk yang bekerja di sektor primer terhadap kondisi sosial-ekonomi daerah secara menyeluruh.
Distribusi penduduk berdasarkan struktur umur ikut memberi pengaruh terhadap produktivitas ekonomi secara kolektif. Tampak bahwa dengan struktur umur penduduk usia produktif (15-64 tahun) hanya 57,11% dan usia non-produktif (0-14 tahun dan atau >65 tahun) mencapai 42,89% maka beban ekonomi terasa cukup berat. Pada tahun 2007 rasio ketergantungan mencapai 1,32%, artinya beban yang mesti dipikul oleh penduduk usia produktif untuk membiayai beban hidup penduduk yang belum/tidak produktif sangat tinggi.

B. Kesejahteraan Masyarakat Meningkat
Salah satu indikator kemajuan suatu daerah atau wilayah dapat dilihat pada tingkat kesejahteraan masyarakat yang meliputi pendidikan, kesehatan, kemiskinan, kepemilikan tanah, kesempatan kerja dan kriminalitas.
Indikator pendidikan, dapat dilihat dari angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi murni, angka partisipasi kasar dan angka jenjang pendidik yang ditamatkan. Selama tiga tahun terakhir (2009-2011) terasa pembangunan sektor pendidikan di Kabupaten Rote Ndao menunjukkan gelagat perbaikan pada hampir semua indikator, kecuali indikator angka jenjang pendidikan yang ditamatkan yang masih berada di sekitar angka 6,2 tahun.
Rendahnya tingkat pendidikan penduduk berbanding lurus dengan kualitas angkatan kerja di Kabupaten Rote Ndao yang juga rendah. Hal ini dirasakan ketika mereka memasuki pasar kerja lantaran tingkat persaingan dunia kerja yang menuntut calon-calon pekerja dengan kualifikasi pendidikan yang semakin tinggi.
Tabel 4.2 Pencapaian Kinerja Bidang Pendidikan di Kabupaten Rote Ndao
No
Indikator
2009
2010
2011
1
Angka melek huruf usia >15 th
87,65
--
97
2
Angka rerata lama sekolah
6,2
6,2
6,2
3
Angka partisipasi murni (%)




SD
108,07
111,05
109,8

SLP
99,18
98,35
96,08

SLTA/SMK
85,07
88,07
85,07
4
Angka partisipasi kasar




SD
121,83
117,05
117,05

SLTP
80,57
99,57
98,23

SLTA/SMK
88
91
91
5
Angka pendidikan yang ditamatkan




SD
33,91
24,27
35,66

SLTP
11,63
15,58
12,71

SLTA/SMK
10,39
13,58
12,85

Diploma I/II
0,37
0,37
1,23

Diploma III/Sarjana Muda
0,47
0,47
0,34

Diploma IV/Sarjana/S1/S2
1,13
1,13
2,75
Sumber: - BPS Provinsi NTT, Indeks Pembangunan Manusia NTT 2008
-       Susenas 2007, 2009, 2011
-       Rote Ndao dalam Angka 2009, 2010, 2011, 2012   

Yang sedikit menggembirakan, dalam dua tahun terakhir (2010-2011) angka kelulusan pendidikan SLTP dan SLTA mencapai angka 100%. Dengan pencapaian ini, Kabupaten Rote Ndao menempati peringkat terbaik kelulusan siswa SLTP-SLTA se-Provinsi NTT dalam dua tahun belakangan. Rote Ndao pun mampu mendongkrak kualitas pembangunan sektor pendidikan di NTT yang terpuruk.
Kemudian indikator kesehatan, dilihat dari angka kematian bayi, angka usia harapan hidup, dan balita gizi buruk. Angka kematian bayi di Kabupaten Rote Ndao bersifat fluktuatif. Pun demikian dengan angka balita gizi buruk. Jumlah kematian bayi pada tahun 2008 sebesar 21,53 dari total 1.000 kelahiran hidup, lalu menurun menjadi 3,37 pada tahun 2009 sebelum naik lagi ke angka 14 dan 34,2 pada tahun 2010 dan 2011. Perilaku warga masyarakat yang belum sesuai dengan Pola hidup Bersih dan Sehat (PHBS) memberi andil besar atas derajat kesehatan masyarakat yang rendah. Terdapat 10 penyakit yang menjangkiti warga Rote Ndao, yakni Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) akut; penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat; malaria klinis; observasi fibris; penyakit kulit infeksi; diare (termasuk terduga kholera); penyakit kulit alergi; Myalgia; Gastritis dan penyakit lain-lain. Pada dasarnya penyakit-penyakit yang terjadi di wilayah Kabupaten Rote Ndao dapat dicegah bilamana warga masyarakat secara sadar bersedia menerapkan pola hidup sehat dan menjaga lingkungannya tetap bersih dan sehat.
Angka usia harapan hidup hanya sedikit mengalami perubahan, tahun 2009 berada pada angka 67,6 tahun naik menjadi 67,9 pada tahun 2010 dan 2011. Sementara itu angka balita gizi buruk berfluktuasi sedikit dari 0,93 (2009), 1,17 (2010) dan 0,96 (2011). Pemerintah Kabupaten Rote Ndao berusaha memperbaiki gizi balita dengan mengandalkan pangan lokal yang dikenal padat gizi.
Indikator kemiskinan, biasa dilihat dari dinamika angka penduduk miskin sesuai dengan perkembangan Garis Kemiskinan. Data statistik dari Pemerintah Kabupaten Rote Ndao menggambarkan bahwa perkembangan jumlah penduduk miskin sejak tahun 2006 cenderung fluktuatif dan mencapai puncaknya pada tahun 2008, yakni sebesar 36,56% (naik dari 27,83% tahun 2006) sebelum berangsur-angsur menurun kembali pada tahun 2009 (34,09%) dan 2010 (32,81%).
Indikator kesempatan kerja. Kesempatan kerja merupakan peluang penduduk yang masuk dalam kategori angkatan kerja untuk memperoleh pekerjaan. Tercatat bahwa pada tahun 2008 kesempatan kerja mencapai 94,98% yang kemudian mengalami penurunan menjadi 94,25% pada tahun 2011.
Indikator kriminalitas. Indikator ini mencerminkan tingkat keseriusan pemerintah dalam mengelola dan menangani kasus-kasus kriminalitas di satu sisi dan tingkat kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan tindakan kriminalitas pada sisi yang lain. Pada tahun 2006 indikator kriminalitas mencapai 93% dan diharapkan terus mengalami penurunan pada tahun-tahun mendatang.

C. Pelayanan Umum
Kualitas pelayanan umum dapat diukur dari beberapa variabel, antara lain pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, lingkungan hidup, pengadaan sarana dan prasarana umum serta perhubungan.  
Mari kita lihat mulai dari pelayanan pendidikan. Tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao memperoleh anggaran pembangunan sektor pendidikan sebesar Rp25.530.901.289 dari APBD (16% dari APBD Kabupaten Rote Ndao 2012) dan Rp10.034.980 dari APBN. Anggaran sebesar itu digunakan untuk membangun perpustakaan, ruang kelas baru, rehabilitasi ruang kelas dan aula sekolah-sekolah yang ada di seluruh wilayah Kabupaten Rote Ndao. Tahun sebelumnya, 2011, sektor pendidikan memperoleh alokasi dari APBD sebesar Rp45.171.536.522 dan Rp12.181.900.000 dari APBN. Gambaran jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Rote Ndao saat ini: jumlah kelas 1.358 unit, ruang kelas rusak berat 255 unit dan ruang kelas baru 121 unit.
Selain buat memperbaiki dan membangun kelas baru, anggaran pendidikan juga dialokasikan buat Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Untuk tingkat SD, BOS yang digelontorkan mencapai Rp2.925.085.000. Sedangkan jenjang SMP dianggarkan dana BOS sebesar Rp1.094.465.000. Dan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao telah melaksanakan pendidikan gratis tingkat SD dan SMP sejak tahun anggaran 2010.
Dengan prioritas pembangunan sektor pendidikan yang memperoleh alokasi anggaran yang cuku, kini Pemerintah Kabupaten Rote Ndao menuai buah baik bahwa lulusan siswa SLTP dan SLTA dalam dua tahun terakhir mencapai angka sempurna, 100%. Sebuah pencapaian yang lumayan membanggakan mengingat kualitas sumber daya manusia yang masih relatif terbatas. Pencapaian ini pun mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi prestasi kelulusan siswa-siswa tingkat SLTP dan SLTA wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sempat terpuruk. Berkat prestasi kelulusan siswa-siswi SLTP dan SLTA Kabupaten Rote Ndao, kelulusan siswa-siswi SLTP dan SLTA sewilayah Provinsi NTT tidak terlampau mengecewakan.
Pelayanan kesehatan. Tahun 2012, sektor kesehatan memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp3,33 miliar dari APBN dan Rp15,82 miliar dari APBD (12,42% dari total APBD Kabupaten Rote Ndao). Dari dana sebesar itu, sekitar Rp2,57 miliar digunakan untuk membiayai perluasan gedung Kantor Dinas Kesehatan, perluasan instalasi farmasi (pembangunan gudang obat P2P dan ruang vaksin), rehabilitasi instalasi farmasi kabupaten, dan perluasan Puskesmas Delha menjadi Puskesmas mampu PONED. Masih dari dana sekitar Rp2,57 miliar itu, dialokasikan pula buat dana pembangunan rumah tenaga paramedis Puskesmas Delha, Oelaba dan Korbafo; pembangunan rumah dokter Puskesmas Delha, Oelaba, Korbafo dan Busalangga; dan pembangunan lanjutan ruang persalinan Puskesmas Busalangga.
Dana sektor kesehatan tahun 2012 lebih besar dibandingkan tahun 2011 yang hanya Rp18,69 miliar. Yang cukup menarik, dana kesehatan tahun 2011 juga dialokasikan untuk meng-cover dana Jamkesmas sebesar Rp1,145 miliar dengan peserta sebanyak 86.816 jiwa dan dana Jampersal senilai Rp525 juta. Selain tentunya juga untuk pembangunan fisik ruang persalinan Puskesmas Busalangga dan Puskesmas Baa; pembangunan dapur gizi Puskesmas Oelaba, Eahun dan Korbafo; ruang konsultasi gizi Puskesmas Oelaba, Eahun dan Korbafo; dan ruang pertemuan Puskesmas Sotimori, Sonimanu dan Delha.
Berkat penganggaran yang terencana relatif baik, Kabupaten Rote Ndao kini telah memiliki satu unit rumah sakit, 12 unit Puskesmas, 85 unit Puskesmas Pembantu (Pustu), dan 6 unit Poskesdes (Pos Kesehatan Desa). Pemerintah Kabupaten Rote Ndao terus berupaya memperluas pelayanan kesehatan dengan menambah sarana fisik pelayanan kesehatan dan program-program jaminan kesehatan –terutama untuk masyarakat yang kurang mampu.
Kualitas pelayanan lingkungan hidup. Dalam hal ini dapat diukur dari penanganan sampah, akses air minum dan permukinan yang tertata apik. Selama tiga tahun terakhir (2009-2011), persentase penanganan sampah mengalami kenaikan dari 62%, 70% sampai 73%. Demikian pula akses air minum bergerak dari angka 69,62%, 72,63% sampai 87,39%. Sumber air minum yang ada meliputi air minum isi ulang (0,75%), ledeng meteran (8,08%), ledeng eceran (8,23%), sumur terlindung (57,08%), sumur tak terlindung (5,13%), mata air terlindung (15,29%), mata air tak terlindung (4,16%), sungai (0,70%), dan lain-lain (0,59%).      
Ketersediaan air bersih yang diukur dari persentase rumah tangga yang memiliki akses air bersih menampakkan gelagat peningkatan yang lumayan berarti. Tahun 2008, ketersediaan air bersih baru 4,70%. Angka ini kemudian meningkat menjasi 13,81% *2009), 15,71% (2010) dan 16,75% (2011). Ketersediaan air bersih itu dapat pula dilihat dari pelanggan PDAM Kabupaten Rote Ndao. Tahun 2010, PDAM baru melayani tiga kecamatan, yakni Lobalain, Rote Timur dan Pantai Baru dengan jumlah pelanggan sebanyak 1.414 unit dan konsumsi 349.866 M3. Selanjutnya pada tahun 2011, PDAM melebarkan pelayanan dengan memasok air bersih ke Kecamatan Delha dan jumlah pelanggan meningkat menjadi 1.597 unit dan konsumsi air bersih sebanyak 376.573 M3. Agar pelanggan meningkat dan air bersih yang dijual bertambah, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao mendorong langkah penyulingan air laut sebagai bahan baku air bersih PDAM. Tahun 2011, penyulingan air laut telah dilakukan di sekitar Pulau Ndana dan Pulau Usul. Dan di tahun 2012, penyulingan air laut dilaksanakan di sekitar Pulau Landu dan Pulau Nuse.
Kemudian dari kondisi lingkungan permukiman warga, catatan terakhir tahun 2012 menggambarkan proporsi rumah tembok sebanyak 57,91%, rumah kayu 10,60%, dan rumah lainnya 31,49%. Selain itu, yang juga cukup menggembirakan ada kecenderungan naik jumlah perkampungan yang tertata dari 33,8% (2009), 34,2% (2010) dan 35% (2011). Pun permukiman yang layak huni mengalami gelagat peningkatan cukup signifikan: 67,5% (2009), 67,9% (2010), dan 68,4% (2011). Rumah tinggal yang bersanitasi layak sehat mengalami kenaikan pula: 77,23%, 78,92% dan 79,81%. Pemerintah Kabupaten Rote Ndao menganggarkan dana sebesar Rp701 juta pada tahun 2012 untuk peningkatan sanitasi yang sehat dan ramah lingkungan.
Pelayanan sarana dan prasarana umum. Dari sisi ini, kita dapat melihat pada proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik yang mengalami peningkatan lumayan berarti dari 34,01% (2009) menjadi 36,17% (2010) dan 67,33% (2011). Tahun 2012 disediakan anggaran sebesar Rp4,439 miliar untuk perbaikan jalan. Kemudian rasio jaringan irigasi pun memperlihatkan kenaikan cukup signifikan berkisar 1,12%, 1,824% dan 2,528% serta dialokasikan anggaran senilai Rp3,219 miliar untuk perbaikan dan peningkatan jaringan irigasi. Juga rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk yang stabil pada angka 8,69.
Secara keseluruhan, tahun anggaran 2012, dana alokasi khusus bidang pekerjaan umum mencapai Rp9,209 miliar dengan rincian: infrastruktur jalan Rp4,439 miliar, infrastruktur irigasi Rp3,219 miliar, infrastruktur air minum Rp849 juta, dan infrastruktur sanitasi sebesar Rp701.780.000. Dana ini diupayakan buat membangun dan memperbaiki sarana dan prasarana infrastruktur di 10 wilayah kecamatan.
Dengan perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan infrastruktur pekerjaan umum diharapkan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao mampu memaksimalkan pemberdayaan dan pemanfaatan potensi pertambangan, pariwisata, pertanian, perikanan dan kelautan.
Kualitas pelayanan infrastruktur itu kemudian diperkuat lagi dengan peningkatan kualitas pelayanan bidang perhubungan. Hal ini tampak pada jumlah uji kir kendaraan angkutan umum yang cukup besar pada dua tahun terakhir: 297 (2010) dan 265 (2011). Sementara untuk mendukung kelancaran arus penumpang dan barang, Pemkab Rote Ndao telah menyediakan enam pelabuhan laut, pelabuhan udara dan terminal bus. Ketersediaan sarana pelayanan perhubungan ini diharapkan pula menambah daya tarik investasi di wilayah paling selatan NKRI ini.

D. Peningkatan Daya Saing
Investasi dapat dikatakan merupakan darah segar bagi percepatan pembangunan dan gerak ekonomi masyarakat Kabupaten Rote Ndao. Tanpa adanya investasi, pembangunan besar kemungkinan akan melambat bahkan mandek (stagnan). Namun begitu tidak semua daerah (kabupaten) bisa secara mudah menarik para pemilik modal menanamkan dana di daerahnya. Semua daerah bersaing ketat guna mendapatkan investor sebanyak mungkin. Investor akan senang hati masuk ke daerah-daerah yang memiliki kelengkapan infrastruktur jaringan jalan, listrik, air bersih, dan perizinan yang cepat dan murah.
Sebab itu, untuk terus meningkatkan daya saing daerah, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao bekerja keras menggenjot pembangunan infrastruktur berupa bangunan jalan, embung-embung, listrik, dan telekomunikasi seluler yang kini telah mampu menjangkau delapan dari 10 wilayah kecamatan yang ada. Pelayanan perizinan yang cepat dan tepat diberikan pula melalui Kantor Pelayanan Terpadu.
Ihwal fasilitas kelistrikan, dalam tiga tahun terakhir, rasio ketersediaan daya listrik tergambar pada fluktuasi: 21,2%, 25,3%, 26,2% dan 30,1%. Pemerintah Kabupaten Rote Ndao menargetkan 100% rumah tangga dapat teraliri listrik pada tahun 2014. Untuk itu Pemerintah Kabupaten terus berupaya menggandeng PLN dan investor swasta untuk menggapai target tersebut. Termasuk secepatnya merampungkan pembangunan PLTU di Rote Tengah yang telah dimulai pada September 2012.
Daya saing daerah tidak semata-mata didorong melalui pembangunan infrastruktur fisik. Karena, daya saing lebih menunjuk pada kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional.
Daya saing daerah ditentukan oleh beberapa indikator, yakni kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah, iklim berinvestasi, dan kualitas sumber daya manusia.
Kemampuan ekonomi daerah menjadi daya tarik dan merupakan cermin kualitas dan kuantitas kegiatan perekonomian khususnya –baik pada level rumah tangga maupun level komunitas. Berdasarkan realisasi pencapaian kinerja pembangunan di Kabupaten Rote Ndao terlihat bahwa kemampuan ekonomi daerah ini terus mengalami peningkatan pada semua indikator kemampuan ekonomi daerah. Dari sisi pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita misalkan, tahun 2009 baru sebesar Rp233.694, tahun 2010 naik menjadi Rp380.052, dan tahun 2011 naik lagi ke angka Rp392.720. Kemudian pengeluaran konsumsi non-pangan: tahun 2009 sebanyak 34,42%, 2010 sekitar 40,34% dan 2011 sekitar 46,42%.
Tabel 4.3 Kemampuan Ekonomi Daerah Kabupaten Rote Ndao
No
Indikator
2009
2010
2011
1
Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita (Rp)
233.694
380.052
392.720
2
Pengeluaran konsumsi non-pangan per kapita (%)
34,42
40,34
46,42
3
Produktivitas total daerah (Rp miliar)
522,11
597,4
692,76
Sumber: BPS Kabupaten Rote Ndao 2010, 2011, 2012

Lalu, bagaimana dengan daya saing daerah dari indikator fasilitas wilayah? Dalam tiga tahun belakangan, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao mampu menjaga stabilitas rasio panjang jalan per jumlah kendaraan bermotor pada angka 1,23. Kemudian dari sisi jumlah orang dan barang yang mampu diangkut oleh kendaraan angkutan umum terlihat peningkatan yang lumayan berarti. Dari jumlah orang, kendaraan angkutan umum di Rote Ndao mampu mengangkut penumpang pada kisaran 207 ribu sampai 209 ribu orang. Sementara itu dari sisi barang, berhasil diangkut barang sekitar 21 ribu ton sampai 23 ribu ton.
Selanjutnya, dari indikator penataan wilayah, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao berhasil mengurangi wilayah kekeringan: 78.098 Ha (2009), 70.098 Ha (2010), dan 51.068 Ha (2011). Sedangkan luas wilayah produktif, wilayah banjir dan wilayah perkotaan relatif stabil.
Berikutnya, fasilitas lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan non-bank, terdapat lima lembaga jenis ini beroperasi di wilayah Kabupaten Rote Ndao. Di sini ada satu cabang BRI (Bank BRI Cabang Baa) dan tiga cabang Bank NTT (di antaranya Cabang Rote Ndao dan Cabang Pantai Baru). Yang agak kurang menggembirakan, kredit yang dikucurkan Bank BRI misalkan, dari penggelontoran sekitar Rp45 miliar di tahun 2011, sekitar Rp42 miliar merupakan kredit konsumsi dan hanya sekitar Rp3 miliar yang digunakan untuk modal kerja. Selain itu, untuk lembaga keuangan non-bank terdapat satu kantor cabang PT Asuransi Jiwasraya yang beroperasi di Rote Ndao. Juga terdapat Pegadaian Cabang Baa yang pada tahun 2010 mengucurkan kredit rata-rata Rp19 miliar per bulan dan menerima pelunasan sekitar Rp16 miliar per bulan. Tahun 2011, per bulan, kucuran kredit Pegadaian Cabang Baa mencapai Rp24,9 miliar dan pelunasan sekitar Rp22,8 miliar.
Masih seputar fasilitas sejenis lembaga keuangan, data 2012, di Kabupaten Rote Ndao terdapat 107 unit koperasi dengan rincian 65 unit Koperasi Serba Usaha, 10 unit Koperasi Unit Desa (KUD), 6 unit Koperasi Pegawai Negeri, 6 unit Koperasi Kredit, 8 unit Koperasi Lain, 4 unit Koperasi Pertanian, 7 unit Koperasi Wanita, dan satu unit Koperasi ABRI. Koperasi sebanyak itu memiliki 8.661 anggota aktif dan memobilisasi dana simpanan pokok Rp445.424.750, simpanan wajib Rp2.205.731.086 dan simpanan sukarela sebesar Rp640.060.475.
Kemudian pada sisi fasilitas akomodasi hotel dan penginapan, di wilayah Kabupaten Rote Ndao terdapat satu hotel berbintang satu, sembilan hotel melati, dan 64 losmen (Rote dalam Angka 2012). Sementara fasilitas restoran ada 38 unit.
Bagaimana pula iklim investasi yang sesungguhnya di Kabupaten Rote Ndao? Dilihat dari keamanan dan ketertiban, kasus-kasus kriminal di wilayah ini relatif kecil, sepanjang tahun 2009 terjadi 267 kasus, 331 kasus di tahun 2010 dan tahun 2011 menurun cukup tajam jadi 193 kasus.
Pada sisi pemasukan pajak dan retribusi daerah relatif stabil. Pemasukan pajak berada pada kisaran Rp2,6 miliar sampai Rp2,8 miliar. Sedangkan pemasukan retribusi daerah sekitar Rp3,6 miliar sampai Rp3,8 miliar. Atas dasar data ini dapat dikatakan bahwa para investor tidak perlu merasa khawatir dan was-was bahwa berinvestasi di Rote Ndao akan dibebani pajak dan retribusi daerah yang berlebihan. Semua sudah ditata secara tepat sesuai dengan potensi dan proporsi yang ada.
Lalu daya dukung sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia Rote Ndao boleh dikatakan relatif tidak mengecewakan. Tahun 2009 misalkan, sebanyak 41 orang asal Rote bekerja di Malaysia. Kemudian tahun 2010, sebanyak 440 orang bekerja di Malaysia, 13 orang di Singapura dan dua orang di Hongkong. Data ini menyiratkan bahwa sumber daya manusia (tenaga kerja) asal Rote Ndao mampu bersaing dalam pasar kerja ke mancanegara.
Memang, harus diakui, bahwa sebagian besar (83,51%) tenaga kerja di Rote Ndao bekerja di sektor pertanian (primer). Satu hal yang patut menjadi pertimbangan adalah kualitas mental mereka cukup bagus. Hal ini terlihat (sebagaimana hasil Susenas 2011) sekitar 34,24% tenaga kerja bekerja sendiri atau mandiri dan 20,99% bekerja dengan melibatkan orang-orang terdekat mereka. Hanya sekitar 10,34% yang bermental buruh atau karyawan. Dari gambaran ini dapat dikatakan bahwa investasi sektor pertanian dan perkebunan akan lebih kondusif perkembangannya di Bumi Ita Esa ini.
Secara makro ekonomi, dalam tiga tahun belakangan, wilayah Kabupaten Rote Ndao cukup kondusif utnuk berinvestasi. Dalam tiga tahun terakhir (2009-2011), pertumbuhan ekonomi kabupaten ini berada pada kisaran 4,68% sampai 5,56% per tahun. Angka pengangguran relatif kecil, sekitar 5,45% sampai 5,75%. Angka kemiskinan pun relatif stabil di angka 32,80% sampai 34,09%. Kemudian dengan pendapatan per kapita sekitar Rp4,5juta, daya beli masyarakat tentu tidak terlampau buruk.
Apa yang telah dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Rote Ndao di bawah kepemimpinan Bupati Lens Haning tidak mengecewakan. Ada banyak keberhasilan telah diretas yang harus dituntaskan. Dalam rentang dua tahun pengabdian yang masih tersisa, Lens Haning berusaha semakin mengintensifkan kunjungan “Mendengar Suara Rakyat” –terutama ke wilayah-wilayah terpencil yang belum sempat dikunjungi dalam tempo tiga tahun ini.
Lens berusaha mewujudkan mimpi bahwa di akhir masa pengabdiannya seluruh wilayah Kabupaten Rote Ndao telah dapat dikunjungi dan rakyatnya disapa sepenuh hati. Dia ingin seperti Gubernur DKI Jakarta periode 1987-1992 Wiyogo Atmodarminto yang di akhir masa jabatannya (Oktober 1992) berhasil menyapa rakyat Jakarta yang tersebar di 265 kelurahan, 44 kecamatan dan lima wilayah kota. Setiap hari Jumat dan hari Minggu, Bang Wi (sapaan akrab Wiyogo Atmodarminto di mata warga Jakarta) dengan mengendarai motor kesayangannya masuk-keluar kampung-kampung Jakarta yang penuh warna-warni. Menyapa warga di perkampungan kumuh. Mengajak bekerja bakti warga perumahan elit. Dan, menggelar pengobatan murah buat warga kurang beruntung.
Lens Haning ingin rakyat Rote Ndao betul-betul merindukan kehadirannya yang penuh dedikasi, konservasi, inovasi dan rekonsiliasi. Dia ingin benar-benar rakyat-masyarakat Rote Ndao bersatu dalam kebersamaan untuk memajukan Bumi Ita Esa sebagai pintu terdepan NKRI.
Lens benar-benar hendak menyempurnakan 10 misi pembangunan Pemerintah Kabupaten Rode Ndao. Misi pembangunan yang meliputi: pertama, meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) pesisir dan laut. Kedua, meningkatkan produksi dan produktivitas sumberdaya kultural.
Ketiga, menciptakan lapangan kerja dan iklim berusaha yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Keempat, meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan).
Kelima, mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA). Keenam, meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah yang bertumpu pada pengembangan potensi ekonomi geografis.
Ketujuh, meningkatkan penyediaan dan pemerataan sarana dan prasarana publik. Kedelapan, mengembangkan pariwisata dan budaya lokal.
Kesembilan, meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang baik. Dan kesepuluh, mengembangkan rekayasa dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
Bupati Lens Haning menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah dilakuannya selama tiga tahun memimpin Kabupaten Rote Ndao masih jauh dari keberhasilan yang memuaskan segenap rakyat-masyarakat Rote. Masih banyak kegagalan atau kekurangan yang harus diperbaiki, mulai dari kualitas SDM yang belum menggembirakan, kemiskinan di sejumlah wilayah, disparitas pembangunan antarwilayah, sampai daya dukung infrastruktur yang belum terlalu kuat buat dijadikan daya tarik investasi.
Untuk menyelesaikan isu-isu tersebut agar berbuah keberhasilan, Lens Haning mengajak segenap rakyat-masyarakat, aparatur pemerintah kabupaten dan mitra kerja terus bekerja keras mengimplementasikan misi pembangunan yang telah dicanangkan bersama. Lens akan memanfaatkan waktu yang tersisa untuk terus menyambangi rakyat-masyarakat Rote, terus aktif membangkitkan partisipasi aktif rakyat agar mampu memberdayakan dirinya keluar dari garis kemiskinan. Terus memberi teladan kerja keras dan kerja cerdas agar rakyat tidak berkubang pada kegagalan demi kegagalan.
Bupati Lens Haning tak hendak terjebak pada ujaran ekstrim Soichiro Honda (pendiri Honda Motor) bahwa kesuksesan adalah hasil 1% setelah 99% kegagalan. ***    
    
            

No comments:

Post a Comment