Orang
berakal adalah mereka yang mempersiapkan kehidupan dunianya sebagai bekal
kehidupan di akhirat. Dengan bekal amal salehnya, ia akan berjumpa Tuhannya dengan
hati yang bersih. Harta dan anak-anak mereka tak sedikitpun dapat memberikan
manfaat. Walaupun manusia dalam hidupnya diberi kenikmatan berupa kesehatan,
harta, jabatan, dan wanita. Sungguh semua yang dimilikinya akan lenyap dan
sirna. Maka dari itu, mempersiapkan bekal untuk perjalanan panjang –yaitu hari kematian dan perpisahan– merupakan hal paling mendasar bagi
setiap manusia yang harus diperhatikan secara sadar dan
waspada.
Di
samping itu, kita telah banyak menyaksikan ketakwaan dan kezuhudan orang-orang
saleh dengan sinaran ilmu dan amal mereka. Mereka benar-benar mempersiapkan hari
kematian dengan kesungguhan agar tidak terlena oleh kenikmatan duniawi semata.
Bahkan
demi persiapan menyambut hari kematian telah menyebabkan mereka melinangkan air
mata, serta kaki-kaki mereka membengkak. Hal ini terjadi lantaran mereka tak merasa lelah untuk selalu bermunajat
kepada Sang Pencipta di kegelapan malam.
Mereka
telah pula mempersiapkan diri akan tibanya hari itu (kematian) yang disertai
dengan siksaan-siksaan yang amat pedih. Mereka senantiasa bermunajat mendekatkan
diri kepada Allah SWT di setiap waktunya, baik itu dalam keadaan sembunyi-sembunyi
ataupun terang-terangan, malam hari ataupun siang hari, dan dalam keadaan bahagia
ataupun sedih.
Mereka
telah mempersiapkan bekal untuk menyambut kedatangan hari
yang dinanti-nanti itu. Hingga mereka merasa mendapatkan sebenar-benarnya
kemenangan. Karena itu, mereka rela menukar kehidupan duniawi ini dengan
kehidupan yang jauh lebih nikmat ketika berada di dalamnya, yaitu kehidupan
akhirat. Hal ini mereka lakukan demi meraih kemenangan yang hakiki bagi seorang
Muslim. Lantaran, bagi mereka, dunia ini merupakan
tempat hina, tidak kekal dan akan berlangsung beberapa saat saja. Sementara
kehidupan akhirat pasti kekal dan tempat memetik buah amal kesalehan ketika
berada di dunia.
Mereka
juga tahu bahwa setiap sesuatu yang seharusnya datang pasti akan datang. Dan
angan-angan yang terlampau jauh tanpa diiringi dengan perbuatan nyata itu hanyalah
sekadar ilusi dan pasti tak akan datang.
“Ingatlah!
Akan datang kematian kepada kita beserta rasa sakitnya saat sakaratul maut.
Ingatlah!
Akan datang kematian kepada kita beserta kengeriaannya.
Ingatlah!
Akan datang kubur kepada kita beserta keganasannya.
Ingatlah! Akan datang hari kiamat kepada kita beserta rasa khawatir di
dalamnya.
Bagaimana perasaan kalian wahai umat Islam?
Siapa
yang akan menshalatkan kalian setelah mati nanti?
Siapa
yang akan membayarkan puasa kalian setelah kalian tiada?
Siapa
yang akan mendoakan kalian setelah kalian mati?
Bukankah
kalian akan menangisi diri kalian sendiri di sisa-sisa hidup kalian ini?”
Kematian
akan mendatangi siapa saja. Kubur akan jadi rumahnya, tanah jadi tempat
tidurnya, dan cacing jadi sahabatnya.
Di dalam
kubur, setiap manusia menunggu akan datangnya hari paling mengerikan dan
menakutkan, yaitu hari kiamat. Apakah kalian pernah membayangkan bagaimana
keadaan kalian saat itu?
Seperti
inilah sedikit gambaran dari para sahabat dan tabi’in di detik-detik mereka
dalam menjemput ajal. Mereka yang memiliki keteguhan hati tetap saja gelisah. Yang
semula tenang-tenang saja jadi terganggu. Yang keras hatinya menjadi
lunak. Air mata yang beku menjadi cair. Dan, mereka yang malas jadi bangkit dan
semangat.
No comments:
Post a Comment